hampir

86 8 8
                                    






Aku tidak punya tempat di dunia ini.

Orang sepertiku.

Memang pantasnya mati saja.












Sabar ya,

Sebentar lagi.

Tolong jangan salahkan saya lagi.

Nanti juga saya pergi.











Tidak ada yang bisa dilakukan, mau saya bagaimanapun.

Memang semua salah saya.

Saya yang malas, saya yang gak berguna, saya yang bodoh, saya yang lemah, saya yang gagal, saya memalukan, saya yang jadi beban buat orang lain.

Pantas mati, kan?

Iya, saya juga tau.








Jangan suruh saya jadi kuat, jangan suruh saya bisa lebih baik karena orang lain bisa melakukannya, saya sudah berusaha.

Saya memang bukan apa-apa.








Semuanya karena uang, kan?

Apa yang orang bilang pengakuan, perbandingan.

Apa yang saya bisa, apa yang saya tidak bisa.

Tidak, saya tidak bisa apa-apa.

Jangan menaruh harapan pada saya, tidak usah menunggu, tidak usah percaya, jangan berharap, saya memang orang gagal.

Kamu muak?

Sebelum itu, saya sudah jauh muak dan benci pada diri saya sendiri.

Saya pukul, saya sayat, saya bentur, tidak mati-mati.

Tidak bisa.

Saya tau saya tidak akan bisa.

Hidup atau mati, rasanya tidak ada bedanya.

Saya tidak minta pengakuan, tidak minta atensi, tidak minta apapun, pada siapapun.

Saya hanya minta kematian. Biar saya tidak jadi beban lagi.

Jika saya punya uang, saya sewa pembunuh untuk bunuh saya.

Katanya, kalau lelah ya istirahat, jangan berhenti.

Tapi diri saya akan selalu begini, selamanya.

Itu sebabnya saya harus dihentikan, harus dimatikan, sebelum lebih jauh dari ini.

Kematian tidak menyelesaikan apapun, katanya.

Tapi setidaknya saya tidak perlu jadi beban untuk orang lain.


Ah, berharap apa?

Kalau mau mati, ya mati saja, pakai nulis segala. Berisik.

Baiklah..

Nanti kalau ibu sudah sembuh, saya yang mungkin pergi.




Unboxing my Head ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang