Pecahan waktu; Danilla

148 20 2
                                    






"Aku kesel banget sama kamu,"

"Loh, kenapa?"

"Gampang banget sih bikin orang lain nyaman... Jadi takut,"

"Kok malah takut?"

"Takut kamu begitu sama yang lain,"

Nyatanya kamu membicarakan dirimu sendiri, kan?






"Kenapa berhenti?"

"Jangan ngeliatin begitu,"

"Mau gimana lagi? Aku suka banget kalau kamu lagi main gitar sambil nyanyi, "

Kamu selalu disana, mendengarkanku dengan antusias.








"Would you fall into my constellation arms?"

Yes, I did.







"Kamu kenapa sih suka ngegigit - kebiasaan deh.. nggak rokok, gak sedotan, semuanya,"

"Maaf, sakit ya?"

"Sakit, tapi aku suka..."

Suka? Selanjutnya kamu juga melakukan dengan dia.





"Udah, berhenti dong nangisnya..."

"Aku gak suka kamu minum lagi, ngerokok lagi,"

Denganmu aku sempat menjadi pecandu air putih, menyelingkuhi kopi, mungkin iya tubuhku sehat, tidak dengan perasaanku.







"Aku mau jujur,"

"Coba jelasin,"

"Dua hari itu waktu aku gak ada kabar, aku nginep di tempatnya dia, dan...."

"Oh..... iya gak apa-apa, aku tau"

"Maaf banget... Kamu pasti kecewa"

Kata maaf itu apa?








"bisa gak, kalau lagi ciuman jangan senyum begitu... Seksi banget sih, aku gila lama-lama"

Se gila apa? Aku cuma senang, aku suka, waktu itu bahagia.






"Begini aja ya, peluk, jangan dilepas"

"Kenapa?"

"Badan kamu hangat..."

Kamu itu lebih tinggi, sedangkan aku kecil begini. Harusnya kamu waktu itu menjadi sendok besarnya.






".... Lagi dimana?"

"Kenapa? Kok nangis lagi?"

"Bisa kesini sekarang gak?"

Malam menjelang pagi, terulang terus menerus.






"I fall in love with your brains, fall too hard. Kenapa kamu bisa se jenius itu sih?"

Tidak juga, danilla, jatuh cinta denganmu, aku begitu tolol.









Sampai sekarang
aku masih tidak paham,
apa yang salah dengan kita?
Hingga kamu memilih untuk menghentikannya,
Jenuh, katamu,
Aku memang salah

Orang bilang jika benar-benar mencintai maka akan mempertahankan,
Bagaimana mungkin?
Jika salah satunya sudah benar-benar akan pergi,
Dua kaki akan pincang jika salah satunya tidak mau berjalan,
Seimbang,
beberapa hal harus seimbang

Dulu aku pernah bertanya tanya dan menunggu,
Siapa yang mampu membius akalku,
Mampu membuat aku terhanyut,
Aku terlalu fokus dengan semua isi kepalaku, logikaku,
Seberapa banyak aku minum
Mabuk pun aku tak mampu,
Bagaimana orang akan bisa menciumku?

Ternyata kamu,

Dengan sesederhana itu,
Semudah itu,
Hingga kemudian lupa,
Semua berlalu begitu saja
Sialnya, aku mulai dewasa
Terbiasa menerima,
Mengiyakan, toleransi atas segalanya
Merendahkan akal,
meninggikan perasaan

Jatuh cinta bisa semanis itu,
Sebodoh itu,
Dengan kamu,
Penyuka seni,
Aku pembuat seni,


Kata orang kita akan terus menyatu,
Nyatanya
waktu memotong begitu saja
Tidak ada yang lebih kuat daripada waktu,

Kau tau itu kan, danilla?

Unboxing my Head ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang