Dengar,
Ruangan ini tidak lagi terasa sama semenjak kamu menghabiskan malam disini beberapa hari yang lalu.
Baru saja minggu kemarin aku cerita pada tuhan, minta bertemu denganmu sekali lagi,
Tapi ya, gak gitu juga,
Bukan berarti aku ingin kamu punya masalah baru menemuiku,
Terdengar bodoh, tapi kadang, aku, tidak mau kamu punya masalah.
Akupun sakit, menatapmu dalam sorot mata itu,
Akupun sakit, menatapmu dengan senyum biru itu,
Kurasa sama perih pada yang kamu rasakan, tentu tidak kutunjukkan,
Betul.
Aku menyayangimu dengan sangat, jadi, tidak usah dipikirkan apa yang aku berikan.
Hal untukku, tidaklah penting,
Kamu, tentu penting.
Kamu, aku, dan pemandangan kota dari teras tempatku,
Kamu, aku, dan lampu biru temaram yang aku punya,
Kamu, aku, dan selimut yang kemudian kuberikan padamu saat aku terbangun,
Ucapan "pagi.." yang kamu katakan sambil terkantuk, kamu kira aku tidak meleleh?
Tapi, sebenarnya bukan tugasku untuk merekatkan kamu yang sedang hancur,
Bukan tugasku untuk memelukmu,
Bukan tugasku untuk menggenggam tanganmu malam itu,
Bukan tugasku untuk buatmu setidaknya sedikit bahagia.
Aku bukan orang itu.
Aku bukan,
Aku bukan orang itu.
Jadi...
Si Aku, tentu tetap pada rencanaku.
Hidup memang begitu, kamu bagian dari pecahan waktu,
Yang kebetulan bersinggungan denganku.
Jika desember akan berakhir, maka bulan kelahiranmu datang.
Sedikit senang mengetahui bahwa kamu masih menyimpan kado dariku tahun lalu.
Karena tahun ini, tentu tidak akan berani aku berikan lagi,
Sekali lagi, bukan tugasku.
Aku hanya, tempat berteduh kala hujan sesaat mengguyur hari milikmu.
Mungkin sesekali, bangunlah dari tidurmu,
Jung Yein.
Karena kalau aku, sudah harus pergi dari sana,
Waktuku tidak banyak.
2 Desember 2020,
Kota-ku yang dikelilingi gunung
KAMU SEDANG MEMBACA
Unboxing my Head ✔
De TodoCoffeeganger™ ©2018 to ©2021 • My Self diary • When the cafe's closed, meet me on the way home. I'm the person behind this cashier, who was served you coffee. Kalau bisa jangan dibaca.