Tentang Kepergian
Ada yang datang hari ini, setelah kemarin ada yang pergi. Bergantian menepi dan singgah di perjalanan. Sama saja dengan prosesnya revolusi untuk pergantian tiap detik yang dilewati.
Ada banyak alasan untuk pergi, dan rasa malu untuk kembali. Keseribu keinginan menepi, menjejak serta menyinggahi hal lain. Pada dasarnya ini memang proses kehidupan. Yang datang akan pergi, dan yang pergi karena memiliki alasan yang pasti. Tanpa peduli, yang tertinggal di sana adalah runtuhan cerita yang nantinya melukai. Mengapa? Karena kerinduan akan datang bersama senyum getir yang memilukan.
Walau faktanya aku benci kepergian, namun secara sadar atau tidak aku juga pernah melakukannya. Hal yang paling simple adalah, bergonta-ganti pasangan, ataupun teman. Bukankah itu menyakitkan untuk yang ditinggalkan? Bubar karena hal sepele yang dibesarkan.
Tapi tanpa kepergian, kita tak akan pernah beranjak. Diam di tempat. Di mana kita selalu mengaggap kepergian adalah hal yang amat menyakitkan. Padahal pada realitanya kita juga sering mengikuti jejak kepergian. Ketika kita memutuskan cari uang di perantauan, kita banyak meninggalkan orang tersayang. Apakah itu menyakitkan? Tentu saja, kita meninggalkan orang tua dan sanak saudara. Bagi yang telah menikah meninggalkan anak & isteri adalah sesuatu yang paling menusuk hati.
Tentu dari kepergianlah, pembelajaran berharga didapat. Ketika sesuatu yang kita sayang pergi untuk sementara ataupun selamanya. Di sanalah, waktu-waktu serta puing-puing kesadaran akan bermunculan, bahwa keabadian itu tidak ada. Yang namanya perjalanan, telah lama atau barunya pasti sewaktu-waktu bisa saja singgah.
Baca sembil dengerin lagu ini enak loh😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Lewat Indra Lintas Aksara
PoetrySeringkali kita lupa, bahwa hidup itu tidak hanya tentang tujuan, tetapi juga perjalanan. Di mana pada setiap persinggahannya kita akan mengalami yang namanya sakit dan terluka. Kita tidak hanya butuh kaki untuk berjalan, tangan untuk berpegang. Tap...