Chapter 16

5.1K 661 63
                                    

Sayangnya keinginan Mark tidak terlaksana. Sore itu Haechan harus pergi untuk mengecek tempat perlombaan untuk pertandingannya. Sehingga tinggalah dirinya, Jaemin dan Jeni. Jeno terlihat masih belum menerima kenyataan yang ada. Ia terlihat menghela nafas terus – menerus.

Akhirnya Jeno memutuskan untuk belajar Matematika karena beberapa hari yang lalu nilai ulangan keduanya berada di bawah standar. Jeno segera meminta keduanya untuk membuka buku cetak mereka. Keduanya segera saja menghembuskan nafas lelah akibat melihat deretan angka yang tersusun berdempetan. Jeno segera menggeleng melihat tingkah keduanya

"Kenapa kalian ambil sains sih?"

"Papanya Mark mau Mark jadi arsitek kayak beliau" Jaemin menjawab. Jeno segera mengalihkan pandangannya dari buku cetak dan beralih menatap Mark.

"Kamu mau jadi arsitek?"

"Belum tau sih Jen" Mark mengangkat bahunya acuh. Ayahnya memang menginginkan Mark untuk mengikuti jejaknya menjadi arsitek, membuat Mark tidak bisa bebas menentukan pilihan masa depannya. Padahal dirinya sudah duduk di kelas dua belas dan sebentar lagi akan menuju bangku kuliah.

"Kalau kamu Jen?" Mark balik bertanya.

"Aku mau ngambil Teknik, jadi programmer IT nggak buruk"

"Yang bikin program di komputer ya Jen?" Jaemin bertanya, karena ia sama sekali tidak paham istilah – istilah seperti itu. jeno segera mengangguk.

"Kamu suka main komputer pasti ya Jen?" Mark menimpali.

"Dulu sih. intinya nanti aku mau ambil teknik di SNU"

"SNU?" teriak keduanya.

"Iya, itulah kenapa aku nggak punya waktu untuk ngajarin kalian. Jadi-"

"Aku juga mau masuk SNU sama Jenoo!" belum Jeno sempat menyelesaikan kalimatnya, Jaemin sudah menyela, membuat Jeno menatapnya tak percaya.

"Engg, tapi ada jurusan fashion design kan?"

Jeno menatap Jaemin yang terlihat begitu bersemangat, ia tidak tega menghancurkan harapan laki – laki manis itu. sementara Mark hanya bisa melirik khawatir pada sahabatnya. Mark tau apa yang dipirkan Jeno.

"Sudah ayo belajar lagi" Jeno mengalihkan pembicaraan, ia segera membuka buku cetaknya. Kemudian mulai menjelaskan tentang materi yang lalu. Mark terlihat sibuk mendengarkan penjelasan Jeno. Sedangkan Jaemin, ia sibuk menelusuri wajah Jeno yang terlihat begitu tampan dari jarak dekat.

"Jadi, jenis transformasi itu ada empat, ada ...." Jeno menghentikan penjelasannya begitu ia mendapati tatapan kosong Jaemin padanya.

"Kamu niat belajar nggak sih?"

"Hngg.. jenis transformer kan?"

Hening sejenak sebelum Jeno dan Mark menyemburkan tawa mereka. Jaemin sendiri hanya diam, tidak tau dibagian mana yang lucu dari kata – katanya barusan.

Selama beberapa menit Jeno akhirnya sadar, ia tidak pernah lagi tertawa selepas ini setelah kematian kedua orangtuanya. Rasanya cukup menyenangkan dan mampu mengurangi kejenuhannya.

"Jahat banget kalian" Jaemin mencebikkan bibirnya. Membuat Jeno menganga. Teman sebangkunya terlihat begitu menggemaskan dan berkali – kali lipat lebih manis

"Sorry Na, lucu banget kamu" Mark masih terlihat menahan tawanya. Jaemin masih saja memasang wajah merajuk.

"Haechann pulangg"

Pemandangan pertama yang dilihat Haechan saat pulang adalah hyungnya yang sedang tertawa lepas. Hal yang tidak pernah Haechan lihat semenjak kematian kedua orang tua mereka.

When Love Comes [N O M I N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang