Chapter 4

7K 1K 82
                                    

Jaemin menatap kecambah kacang hijau dengan pandangan berbinar. Kecambah itu tumbuh tinggi dan ini sudah hari kelima praktikum mereka berlangsung. Artinya dua hari lagi praktikum ini akan berakhir. Ia pasti akan merindukan kecambah – kecambahnya yang tumbuh tinggi ini.

Jaemin merasa takjub akan pertumbuhan biji kacang hijau itu. Ini pertama kali dalam hidupnya melihat hal seperti ini. Ia sangat takjub tentang bagaimana cara alam bekerja. Ini adalah kegiatan yang menyenangkan.

"Ayo tumbuh lebih tinggi lagi. Karena dua hari lagi kita harus berpisah"katanya sambil mengelus salah satu kecambah itu.

Mark yang berjongkok di sampingnya menatapnya dengan geli. Jaemin itu sangat polos, ia bahkan sangat takjub dengan hal sekecil itu. Mark berharap Jaemin akan selalu ceria selamanya.

"Apa yang kalian lakukan?"

Keduanya menoleh dan mendapati tatapan tidak suka Jeno. Ia berdiri sambil membawa sebuah penggaris dan buku juga pulpen di tangannya. Sepertinya ia akan mengamati praktikumnya.

"Mengukur kecambahnya Jen. Tingginya dua puluh senti"

"Kemarin aku kan sudah bilang, jangan ikut campur praktikum ini. lagipula jika mengukur harus menggunakan penggaris bukan perkiraan seperti itu!"Jeno menatap sengit Jaemin yang memasang tatapan datar padanya.

"Setidaknya Jaemin udah usaha Jen!"

Mark menimpali sambil menahan Jeno yang akan mengamati kecambahnya. Ia tidak terima Jaemin selalu dimarahi oleh Jeno. Apalagi laki – laki itu selalu menatapnya dengan sengit. Mark tidak suka.

"Minggir!" Jeno menepis tangan Mark, ia lalu melanjutkan langkahnya menuju pot kecambah dan mulai mengukurnya.

"Udahlah Mark, aku nggak apa – apa. Kayaknya Jeno masih marah sama aku, aku yang salah sih nggak bantuin dia. Ayo kita liat kecambahmu, sudah jadi jagung belum"

Jaemin lalu mengamit lengan Mark dan menariknya pergi dari sana menuju ke belakang laboratorium untuk melihat kecambah milik kelompok Mark.

.

.

Hal yang paling Jaemin suka saat jam kosong adalah duduk di bawah pohon rindang di dekat lapangan tengah sekolahnya. Dari sini ia bisa melihat gumpalan awan yang lucu atau memperhatikan siswa siswi yang sedang bermain di lapangan. Jaemin iri dengan mereka yang bisa bermain dengan bebas. Andai saja ayahnya mengijinkannya, pasti ia akan sangat bahagia.

Jaemin mendesah malas, lima menit yang lalu Mark meninggalkannya karena harus ke kamar kecil. Dan sampai sekarang ia belum kembali. Jaemin ingin kembali ke kelas karena baterai ponselnya habis dan ia ingin mengisinya.

Jika Jaemin kembali ke kelas tanpa sepngetahuan Mark, lelaki itu pasti akan panik mencarinya, namun jika ia tetap diam disini ia pasti akan kebosanan. Akhirnya Jaemin memilih untuk kembali ke kelas, nanti ia akan mengirim pesan pada Mark jika baterai ponselnya sudah terisi.

"Awas!!!"

Jaemin mendongak mendapati sebuah bola voli yang melayang ke arahnya. Refleks ia menutup kepalanya dengan lengan tangannya. Namun hingga beberapa detik berlalu tidak ada sebuah benda pun yang mengenainya.

Jaemin menurunkan tangannya, di depannya berdiri teman sebangkunya, Jeno menghalaunya dari hantaman bola.

"Sorry Jen!"Jinyoung menghampiri Jeno sambil mengambil bolanya.

"Lain kali jangan terlalu tinggi nyervis bolanya"Jeno menyerahkan bola itu kepada Jinyoung yang dibalas dengan kekehan kecil darinya.

"Jaem! Kamu nggak apa – apa?"

Mark berteriak ke arahnya. Wajahnya terlihat sangat khawatir. Mark pasti takut terjadi apa – apa dengannya. Mark membantu Jaemin berdiri. Ia juga memeriksa seluruh tubuhnya karena khawatir terjadi luka.

Jeno yang melihat Mark datang segera pergi meninggalkan mereka. Tadi ia hanya kebetulan lewat dan melihat teman sebangkunya itu berjalan dengan tatapan kosong dan tidak menyadari jika ada sebuah bola menuju ke arahnya.

"Jeno!"

Jeno menghentikan langkahnya dan berbalik. Jaemin menatapnya dengan senyum lembut di wajahnya. Ini pertama kalinya Jeno melihat Jaemin tersenyum semanis itu.

"Terima kasih"

Jeno tidak menyangka jika Jaemin akan mengucapkan itu, biasanya ia akan mengeluarkan kata – kata yang tak berperasaan. Namun hari ini, Jaemin mengucapkan terima kasih dan tersenyum manis kepadanya. Tidak, Jeno tidak boleh luluh. Adiknya Haechan masih jauh lebih manis daripada teman sebangku bodohnya itu.

.

.

"Kenapa bisa begini hyung?"

Haechan menatap Jeno tidak percaya. Bagaimana bisa kacamata hyungnya itu retak bahkan hampir pecah pada sisi kanannya.

"Kena bola"

Jeno masih fokus dengan buku pelajarannya. Besok ia ada ujian fisika. Ia harus belajar malam ini agar memperoleh nilai yang bagus. Namun sayangnya, matanya sulit diajak bekerja sama.

Ia harus mendekatkan bukunya agar dapat melihat lebih jelas. Jeno belum bisa memperbaiki kacamatanya dalam waktu dekat ini, biayanya cukup mahal. Ia takut uang mereka tidak akan cukup.

Haechan beranjak dari sisi Jeno. Ia masuk ke dalam kamarnya dan kembali lagi dengan kotak kecil di tangannya. Ia menarik buku Jeno dan membuat sang pemilik mendengus. Tidak taukah adiknya jika ia harus belajar.

Haechan memutar tubuh Jeno agar menghadap ke arahnya. Ia melepaskan kacamata Jeno yang terlihat mengenaskan.

"Pake lensa ku aja dulu hyung. Aku tau hyung pasti nggak mau memperbaiki kacamata hyung"

Jeno mengernyit tidak suka, adiknya itu juga memiliki masalah mata sepertinya. Namun karena Haechan aktif dalam kegiatan fisik membuatnya harus memakai kontak lense daripada kacamata.

"Kamu pakai apa kalau nanti hyung yang pake? Kamu mau lomba bulan depan Chan. Hyung pakai kaca kamu aja"

"Kaca aku kan kekecilan kalau hyung pake"

Jeno menyerah, ia akhirnya membiarkan adiknya memasang kontak lense padanya.

"Ingat kalau tidur harus dilepas"

Haechan memperingatkan Jeno sambil membereskan kotak lensanya. Jeno tersenyum lalu mengusak rambut Haechan.

"Terima kasih adik hyung yang manis"

Haechan mendongak. Kata manis terdengar familiar untuknya. Ah ia ingat, Mark sang pangeran sekolah pernah menyebutnya manis. Tiba – tiba pipi Haechan bersemu mengingat itu.

Mana mungkin pangeran mau dengan upik abu seperti dia, pasti Mark hanya ingin menghiburnya saja. Lagipula Mark sudah punya Jaemin yang jauh diatasnya.

.

.

.

TBC

-------------------------------------------------------

Author's Note

Terima kasih untuk yang baca, vote dan komen💕 semoga nggak ngebosenin karena banyak narasinya hehe

Kalau aku bikin work NoRenMin gimana? Ada yang minat kah? Hehe

Jangan lupa mampir ke work aku yg You, Clouds, and Rain

Terimakasiihhhh

Jangan lupa vote dan comment ^^

When Love Comes [N O M I N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang