Chapter 5

7.2K 1K 74
                                    

Mark merasakan Jemin berubah akhir – akhir ini. Sahabatnya itu terlihat seperti orang bodoh dan lebih sering melamun. Bahkan Mark sering tanpa sengaja melihat Jaemin mencuri pandang terhadap teman sebangkunya, Jeno.

Mark belum siap jika hari itu datang. Hari dimana Jaeminnya akan mulai merasakan perasaan cinta. Mark belum siap dengan segala resiko yang ada dan Mark takut jika usahanya menjaga Jaemin selama ini gagal.

Sementara Jaemin merasakan perasaan aneh pada dirinya. Rasanya seperti jantungnya memompa darah dengan sangat cepat.

Jaemin takut jika itu adalah pertanda buruk baginya. Namun saat ia berobat kemarin, dokter bilang ia baik – baik saja dan terlihat sehat. Jaemin jadi tidak mengerti apa yang terjadi dengannya.

"Jaem, hati – hati. Lihat jalannya, jangan buru – buru. Belum jamnya masuk kok"

Jaemin terkekeh lalu mengamit lengan Mark. Ia tidak sadar berjalan cepat sehingga meninggalkan Mark di belakangnya. Entah mengapa hari ini Jaemin merasa sangat senang dan cuaca begitu cerah secerah hatinya.

Tiga hari tidak masuk sekolah membuatnya sangat bersemangat pergi ke sekolah. Namun ada hal lain lagi yang membuatnya lebih bersemangat datang ke sekolah, tapi ia tidak tahu apa itu.

Jaemin membuka pintu kelas dengan semangat. Ia berjalan cepat menuju bangkunya. Ia memiringkan kepalanya begitu berada di depan bangkunya.

Jaemin hampir tidak mengenali teman sebangkunya, Jeno. Laki – laki itu terlihat berbeda tanpa kacamata tebal dan besar yang membingkai wajahnya. Jeno terlihat lebih seperti karakter pangeran Disney yang pernah ia tonton di televisi.

Jeno mendongak ketika merasakan ada yang memperhatikannya. Itu teman sebangkunya yang sudah absen selama tiga hari karena sakit. Padahal di hari itu Jaemin sama sekali tidak terkena bola, ia bahkan tidak terluka sama sekali tapi harus ijin sakit selama tiga hari. Benar – benar tipikal tuan muda yang manja.

"Selamat pagi Jenoooo"

Jaemin menyapa dengan riang dan jangan lupakan senyum manisnya. Membuat seluruh kelas memperhatikan mereka. Bahkan Jeno sudah membulatkan mulutnya tak percaya jika Jaemin akan menyapa dengan begitu riang.

Biasanya laki – laki akan menyapanya dengan omangan pedas dan tak tersaringnya. Jangan lupakan ia juga tersenyum manis saat menyapanya tadi.

Jaemin masih berdiri di depan bangkunya. Ia menunggu Jeno membalas sapaanya. Rasanya Jaemin begitu senang saat ia menyapa Jeno tadi.

Ada sesuatu yang menggelitik di perutnya, padahal tadi pagi ia sudah sarapan. Lalu rasanya pipinya bersemu seperti terkena angina di musim dingin. Sepertinya ia harus ke dokter lagi pulang sekolah nanti.

"Ah, pagi Jaemin" Entah mengapa Jeno membalas dengan kikuk. Ia merasakan suaranya bergetar dan aneh. Suaranya bahkan seperti tercekat di tenggorokan.

Jaemin tersenyum senang begitu mendengar balasan dari Jeno, ia lalu duduk manis di bangkunya dan mengeluarkan buku pelajarannya. Ia bahkan tak menghiraukan Jeno yang masih menatapnya dengan bingung.

Sementara Mark masih mematung di depan pintu kelas. Sepertinya hari itu lebih cepat datang, hari dimana Jaemin akan mulai merasakan perasaan terhadap orang lain selain dia. Mark belum siap dengan resiko yang ada.

.

.

Jeno membereskan peralatannya dan mengambil beberapa buku lalu berjalan ke luar kelas. Ia berencana pergi ke perpustakaan untuk mencari bahan menulis essay yang akan ia ajukan untuk beasiswanya di perguruan tinggi nanti. Rencananya ia akan menulis tentang alat ramah lingkungan yang dapat mudah dibuat oleh warga.

When Love Comes [N O M I N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang