Chapter 3

7.7K 1.1K 221
                                    

Kelas yang tadinya gaduh mendadak semakin gaduh begitu Felix dengan kencangnya berteriak jika guru mata pelajaran matematika mereka datang. Semua segera duduk di bangkunya masing - masing.

Jeno melirik teman sebangkunya. Ia masih teringat omongan Mark tentang Jaemin. Mungkin Jaemin memanglah orang yang seperti itu, terbukti ia sering melihat tatapan kosong Jaemin.

Song saem masuk dengan membawa beberapa tumpuk kertas. Ia lalu meminta Mina sebagai ketua kelas untuk membagikan kertas tersebut. Sepertinya hari ini aka nada kuis dadakan. Begitu kertas dibagikan terdengar suara decakan di seluruh kelas.

Jeno menatap kertas di tangannya, hanya ada dua soal. Soal itu cukup mudah karena itu adalah pelajaran yang mereka pelajari di kelas sebelas. Yang berbeda adalah, soal itu tidak sama satu dengan lainnya.

Jadi setiap orang mendapatkan soal yang berbeda. Tidak ada cara untuk bekerja sama karena soal yang mereka miliki berbeda. Gurunya sangat pintar sekali meminimalisir kerja sama.

Sementara Jaemin menatap kertasnya dengan pandangan kosong. Ia benci pelajaran matematika. Untuk apa ia belajar ini jika nanti ia akan kuliah desain atau fashion.

Jaemin melirik Jeno yang sibuk mengerjakan kuisnya, Jeno bahkan sudah hampir selesai mengerjakannya. Orang pintar memang berbeda. Tidak seperti dirinya yang mendapat peringkat tiga puluh dari tiga puluh dua siswa.

Jeno menghentikan kegiatan menulisnya ketika merasa ada yang memperhatikannya. Jaemin menatapnya dengan tatapan kosong.

Jeno melirik kertas Jaemin yang sama sekali belum terisi. Ia kemudian menarik kertas Jaemin dan menuliskan sebuah rumus di sana. Jaemin hanya diam memperhatikan apa yang dilakukan Jeno.

Jeno menggeser kembali kertas Jaemin dan membuat Jaemin menatapnya bingung. Ia hany mengedikkan bahunya acuh dan melanjutkan kegiatannya menulis jawaban di kertasnya. Sementara Jaemin masih bingung menatap kertasnya.

"Masukkan saja angkanya dan kau akan dapat jawabannya"Jeno berujar lirih. Jaemin segera mengikuti instruksinya dan mulai menghitung jawabannya.

"Ternyata benar, berteman denganmu tidak buruk juga meskipun kamu miskin"

Jeno menahan emosinya, ia masih ingat perkataan Mark jika Jaemin itu tidak mengerti apa yang diucapkannya. Ia memilih diam dan menatap keluar jendela tanpa perlu repot - repot membalas ucapan Jaemin. Bahkan sepertinya Jaemin tidak mengerti tentang kata terimakasih.

.

.

Siang ini kelas duabelas tiga mengikuti praktikum biologi di laboratorium yang terletak di gedung seberang. Sebelumnya Kim saem - guru biologi - sudah membagi mereka ke dalam beberapa kelompok. Dimana anggotanya adalah teman sebangku mereka sendiri.

Awalnya Mark ingin bertukar dengan Jeno, namun Kim saem menolaknya dan mengatakan bahwa ia dan Jaemin harus bersosialisasi dengan teman lainnya. Jeno setuju saja jika ia harus berpasangan dengan Dino, namun sekali lagi Kim saem melarang mereka.

Jadilah sekarang Jeno, Jaemin, Dino dan Mark duduk di satu meja yang sama dan saling berhadapan. Praktikum mereka ini tidak sulit dan tidak berbahaya. Mereka hanya harus menumbuhkan biji kacang hijau dan jagung lalu ditempatkan pada dua tempat berbeda.

Satu di tempat yang terkena cahaya matahari dan satu lagi di tempat yang tidak terkena cahaya matahari atau gelap. Jeno dan Jaemin kebagian menumbuhkan kacang hijau di tempat terang. Sementara Mark dan Dino menumbuhkan biji jagung di tempat gelap.

Mereka mulai mengisi pot tanaman yang sudah diberikan Kim saem dengan tanah. Mark dan Dino berpindah tempat karena harus berkumpul dengan kelompok yang juga menumbuhkan jagung. Mark tetap mengawasi Jaemin, meskipun ia tidak lagi duduk di hadapan Jaemin. Bekerja di laboratorium sangat membahayakan bagi Jaemin. Jaemin harus tetap pada jarak pandang dan pengawasannya.

"Masukkan tanahnya ke dalam pot dan aku akan memilih biji kacangnya"

Jeno menyerahkan sebuah pot kepada Jaemin yang hanya ditatap dengan datar.

"Aku nggak bisa, itu kotor. Aku nggak pernah megang tanah, kalau nanti ada pecahan kacanya gimana? Apalagi kalau sampe ada ulat dan serangga menjijikkan"

"Maaf ya kamu aja. aku merhatiin kamu aja"

Jaemin melanjutkan kata - katanya tanpa rasa bersalah. Ia menatap Jeno dengan tatapan polosnya. Sementara lawan bicaranya sudah hampir meledak menanggapinya.

Jeno menahan emosinya. Ini masih pada jam pelajaran. Jangan sampai Kim saem menghukumnya karena membuat kegaduhan saat jam pelajaran.

Jeno mendekat ke arah Jaemin yang masih menatapnya dengan tatapan polosnya.

"Oke! Aku akan mengerjakan praktikum ini dan kamu jangan mengganggu, jangan menyentuh apapun dan jangan pernah ikut campur! Kamu juga nggak perlu memperhatikan aku!" Jeno mendesis sebelum akhirnya meninggalkan Jaemin yang masih tidak mengerti di meja mereka.

"Maksudnya apasih anak itu?" Jaemin mengerucutkan bibirnya lucu. Membuat beberapa anak lelaki yang tak sengaja menatapnya histeris.

Lima menit kemudian Jeno kembali dengan sebuah pot yang sudah terisi penuh dengan tanah. Tidak tahu saja Jaemin jika Jeno memasukkan tanah ke dalamnya dengan emosi yang meluap - luap bahkan Jinyoung yang tadi ikut mengambil tanah bergidik ngeri menatapnya.

"Kamu marah ya Jen?"

"Nggak"

"Aku kan bukan nggak mau membantu kamu, tapi kan aku enggak bisa Jen"

"Terserah. Dan tolong kasih tau sama pacar kamu jangan ikut campur ke urusan kita juga!"

Jaemin hanya mengedikkan bahunya ketika ia tak sengaja bertatapan dengan Mark yang bertanya apa yang terjadi pada mereka.

.

.

TBC

-------------------------------------------------------
Author's Note :

Terima kasih buat yang udah baca, nggak nyangka kalo ada yang baca hehe. Jangan lupa buat vote dan comment juga yaa💕

Aku pikir cerita ini bakal ngebosenin karena terlalu banyak narasinya, tapi viewernya smpe seratus lebih, wow. Sekali lagi terima kasih💕

When Love Comes [N O M I N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang