Chapter 10

5.7K 828 29
                                    

Mark begitu gugup saat mengantarkan Haechan pulang. Ia takut Haechan mendengar jantungnya yang berdetak cepat. Apalagi melihat Haechan yang berbinar cerah saat melihat pemandangan di luar. Mark merasa ia menyukai laki – laki manis itu. Ini pertama kalinya dalam hidupnya ia seperti ini. Rasanya sangat sulit dijelaskan.

"Di perempatan ke kanan Hyung"

"I..iya" Suara Mark terdengar gugup dan bergetar. Apa jatuh cinta seperti ini rasanya. Seperti orang bodoh.

"Lalu ke kiri hyung"Mark mengikuti intruksi Haechan.

"Oh, iya tapi mobil Hyung tidak bisa masuk. Parkir di dekat taman gimana?"

"Okay Chan"

Mark segera menepikan mobilnya di dekat sebuah taman. Ini pertama kalinya Mark ke daerah ini. Banyak terdapat gang kecil di dekat taman. Haechan menuntunnya menuju salah satu gang di kanan taman. Gang itu sedikit menanjak dan padat penghuni di kanan kirinya. Daerah ini sangat berbeda dengan tempat tinggalnya. Bahkan gang di daerahnya sana bisa empat hingga lima kali lebih besar dari gang ini.

Antara satu rumah dan rumah lainnya benar – benar sangat berdekatan. Bahkan beberapa rumah tidak memiliki gerbang. Pemilik rumah bahkan menjemur pakaian mereka di depan rumah. Mark sedikit ngeri melihatnya. Bagaimana jika hilang atau malah semakin kotor karena terkena debu. Mark bersyukur akan hidupnya, meskipun ayah ibunya selalu sibuk namun setidaknya ia hidup dengan layak. Bahkan lebih dari kata layak.

Haechan berhenti melangkahkan kakinya ketika ia sadar Mark tidak lagi berjalan di sampingnya. Ia berbalik dan mendapati Mark yang berdiri sejauh dua puluh meter di belakangnya. Laki – laki terdiam sambil menatap sebuah rumah di kanan jalan. Haechan segera menghampiri Mark yang masih terdiam.

"Hyungg"Panggilnya sambil menyentuh tangan Mark.

"Yaa" Mark segera tersadar dari lamunannya.

"Ada apa Hyung?"

"Tidak, hanya saja. Aku merasa beruntung saat ini. Meskipun ayah ibuku sibuk bekerja tapi mereka selalu membuatku nyaman dan hidup layak"

"Hyung tentu saja harus bersyukur. Kedua orangtuaku bahkan sudah meninggal"

Mark mengerutkan keningnya, Haechan mengatakannya dengan ringan bahkan seperti tanpa beban. Ia benar – benar sosok yang kuat.

"Kenapa?"

"Kecelakaan hyung. Empat tahun yang lalu"

"Aku turut berduka cita"

"Bukan masalah Hyung"

Haechan tersenyum dengan sangat manis. Sangat manis sehingga membuat Mark ingin meledak saat itu juga rasanya. Mark benar – benar jatuh cinta kepada makhluk manis bernama Haechan.

.

.

Ternyata jarak dari taman ke rumah Haechan cukup jauh juga. mereka bahkan berjalan selama lima belas menit tadi. Rumah ini sangat sederhana besarnya mungkin hanya seluas kamar Mark di rumah. bahkan kamarnya lebih luas dari ini. Mark heran bagaimana bisa mereka berdua tinggal di tempat seperti ini. Tidak ada kursi di tempat yang disebut ruang tamu, hanya ada karpet dan sebuah meja. Bahkan tidak banyak terdapat peralatan eletronik, hanya ada sebuah kipas angin kecil di atas meja dan kulkas kecil di bawah pantry dapur. Rumah ini bahkan tidak punya penghangat, bagaimana jika musim dingin. Mark penasaran dengan kehidupan Haechan. Laki – laki selalu terlihat ceria seolah tak memiliki beban hidup.

"Ini minum hyung, maaf hanya punya air putih"

Haechan menyodorkan segelas air kepada Mark yang terlihat sedang mengamati rumahnya. Mau bagaimana lagi, beginilah keadaan rumahnya yang pasti hanya sepersekian rumah Mark. Rumah sekecil ini saja uang sewanya cukup mahal bagi dua siswa yatim piatu seperti mereka. Mereka harus menghemat uang peninggalan kedua orangtua mereka dan juga uang hasil menjual rumah mereka yang lama. terkadang Haechan rindu hidupnya yang dulu.

"Rumahmu sangat nyaman"

Haechan berusaha mencerna perkataan Mark, ia tidak menyangka Mark akan mengatakan demikian. Ia pikir Mark akan mengatakan jika rumahnya sangat sesak dan kecil. Lalu pada akhirnya ia hanya mengangguk kaku.

"Tempat membeli bukunya apa jauh?"

"Aku kurang tau Hyung, karena Jeno Hyung selalu pergi ke sana sendiri. Tapi sepertinya tidak terlalu jauh sih"

Haechan mengerti, Mark sedang mengkhawatirkan Jaemin. Seharusnya Mark tidak membiarkan Jaemin tadi jika ia sebegitu khawatirnya. Haechan tersenyum kecut.

"Hyung, aku ke dapur dulu. Aku harus masak untuk makan malam"

Haechan meninggalkan Mark dan melangkah menuju dapur. Dari tempat duduknya Mark bisa melihat Haechan tengah memotong sesuatu lalu mencucinya. Mark memandang Haechan dengan takjub, Haechan terlihat sangat cekatan dan tidak kaku. Ia penasaran sehingga tanpa sadar melangkah mendekati Haechan.

"Kamu bisa masak?"

Haechan menoleh, kaget setengah mati begitu melihat Mark yang sudah berdiri menyandar pada dinding. Haechan sengaja ke dapur untuk menghindari laki – laki itu, namun ternyata Mark mengikutinya kemari.

"Bisa sedikit"

Haechan menjawab sambil kembali meneruskan pekerjaannya. Hari ini ia berniat memasak samgyetang, dua hari yang lalu tetangganya memberikan mereka sebuah ayam dan Haechan akan memasaknya hari ini.

Mark mengangguk mendengar jawaban Haechan. Ia teringat ibunya yang selalu menyempatkan untuk memasakkannya sesuatu sebelum ia berangkat bekerja dulu. Namun saat ini ibunya sudah tidak pernah lagi memasakkannya. Mark rindu masa – masa itu.

Mark tanpa sadar tersenyum melihat Haechan yang sedang dalam mode serius memasak. Ia fokus memperhatikan bagaimana tangan lentik Haechan dalam mengolah makanan. Haechan benar – benar seperti ibunya saat memasak. Mark sangat takjub akan laki – laki manis itu.

Mata Mark melotot ketika melihat Haechan mengambil sebuah pisau besar dan menggunakannya untuk memotong ayam menjadi beberapa bagian karena berencana akan menyimpannya sebagian.

"Kamu enggak takut?"Haechan menghentikkan kegiatannya. Ia menatap Mark bingung.

"Pisau. Kamu enggak takut kena pisau?"Haechan mengangguk paham.

"Kalau masak kan harus pakai pisau. Lagian mau gimana lagi, udah tugasku untuk masak"

Mark menatap Haechan yang berusaha membelah ayam tersebut. Ia ngilu melihat pisau yang begitu berkilat tajam. Bagaimana jika pisau itu mengenai Haechan, bagaimana jika Haechan meleset dalam memotong. Berbagai pertanyaan timbul di benak Mark dan satu yang ia tau, ia ingin melindungi sosok selain Jaemin dan memastikan jika Haechan baik – baik saja.

"Kenapa enggak Jeno? Kalau aku jadi Jeno, aku akan gantiin kamu supaya kamu nggak apa – apa karena hal berbahaya gitu"

Lagi, Haechan menghentikkan kegiatannya. Laki – laki itu berkata seolah ia benar – benar pangeran negeri dongeng yang takkan membiakan sang putri terluka. Dan pangeran tersebut terlalu indah untuk jadi nyata, apalagi untuk rakyat jelata sepertinya. Pangeran itu hanya ada dalam mimpinya saja karena sangat sulit untuk ia raih.

.

.

.

TBC

---------------------------------------------------

Author's Note

Sama sekali enggak nyangka work ini yang baca sampe 5k, terimakasih yaaa. Jangan lupa vomentnya juga hehe

Bacanya sambil dengerin NCT Dream - Walk You Home wkwk

Terimakasih sudah baca dan jangan lupa voment❤

When Love Comes [N O M I N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang