Chapter 2

9.6K 1.2K 363
                                    

Hari ini pelajaran olahraga, Jeno sangat menyukai pelajaran ini terutama basket. Apalagi hari ini kelasnya akan bermain basket, Jeno makin tidak sabar. Ia melakukan beberapa peregangan sebelum memulai olahraga.

Matanya tidak sengaja mentap ke arah tepi lapangan yang rindang, itu Jaemin dan Mark yang sedang duduk sambil memainkan ponsel mereka. Jeno membenci kedua orang itu. Untuk apa ia repot – repot pergi ke sekolah jika yang dilakukan hanya bermain ponsel.

"Enak ya jadi Jaemin, enggak perlu ikut olahraga. Tinggal duduk manis saja di tepi lapangan, mana enggak kepanasan pula"

"Apalagi ditemenin pangeran ganteng"

"Udahlah, kita cuman butiran debu"

Jeno bukannya menguping, hanya saja suara Yuqi, Yeri dan Siyeon yang sedang menggosipi Jaemin terdengar keras. Jeno tidak ambil pusing, ia tidak peduli dengan teman sebangkunya yang seperti putri kerajaan itu. Bukan urusannya jika si manja itu tidak ikut berolahraga.

Lima menit kemudian, guru olahraga mereka Park saem datang sambil membawa bola basket. Siswa – siswi yang tadinya menyebar segera berbaris rapi. Termasuk Mark yang tadi menemani Jaemin di tepi lapangan.

"Sebelum olahraga ayo kita pemanasan dulu. Silahkan cari pasangan kalian"

Semua siswi perempuan berharap akan berpasangan dengan si pangeran tampan, Mark. Namun sayang, laki – laki itu berjalan menuju Jeno dan mengatakan jika ia akan berpasangan dengannya. Jeno hanya mengedikkan bahu acuh.

"Sorry untuk yang kemarin"

Mark membuka percakapan ditengah – tengah kegiatan pemanasan mereka. Jeno hanya melirik sekilas lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

"Aku hanya nggak mau Jaemin kenapa – kenapa"

Sepertinya Mark ini tipe yang protektif sekali terhadap pasangannya.

"Oke"

Jeno membalas singkat lalu bangkit menuju tengah lapangan.

.

.

"Kamu nggak bosen apa belajar terus?"

Jeno melirik Jaemin yang sudah duduk manis di sampingnya. Teman sebangkunya itu terlalu banyak tanya dan sangat ingin tahu urusan orang. Jeno membenci orang yang seperti Jaemin ini.

"Aku harus mempertahankan beasiswaku"

"Apa kamu sebegitu miskinnya sampai harus mempertahankan beasiswamu?"

Refleks Jeno menoleh ke arah samping. Respon teman sebangkunya itu membuatnya kesal. Apakah Jaemin tidak diajari sopan santun di rumahnya.

Jeno lupa, jika teman sebangkunya ini adalah orang kaya yang bergelimang harta sedari kecil. Ia yang miskin ini tentu saja hanya akan jadi bahan ejekannya saja.

"Iya aku miskin" Jeno membalas dengan dingin.

"Tapi aku tetep mau jadi temanmu kok"

Di luar dugaan, Jaemin membalas ucapannya dengan santai. Tanpa merasa dirinya telah melukai seseorang. Ia bahkan tersenyum manis setelah mengucapkan kalimat tersebut. Jeno tidak habis pikir dengan pola pikir teman sebangkunya itu.

.

.

Bel istirahat berbunyi, Jeno membereskan buku – bukunya dan pergi menuju perpustakaan sekolah. Hari ini tenggat waktunya untuk mengembalikan buku yang sudah satu minggu dipinjamnya.

When Love Comes [N O M I N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang