Chapter 13

8.2K 861 31
                                    

Mark dilanda kebosanan ketika ia menunggu Jaemin di depan perpustakaan. Biasanya ia akan melihat gerombolan anak – anak bermain voli maupun basket, namun kini terlihat sepi. Mark seketika teringat sesuatu, ia lalu melangkahkan kakinya menuju ruangan indoor di belakang gedung. Kosong. Biasanya ruangan itu ramai karena banyak yang berlatih.

"Mark Hyung?"

Mark membalikkan badannya. Ia melihat Haechan dengan seragam sekolahnya, sepertinya memang tidak ada latihan taekwondo hari ini.

"Haii" Lagi – lagi Mark merasa nada suaranya bergetar.

"Ngapain? Kok sendiri?"

"Kebetulan lewat. Jaemin diperpustakaan. Kamu mau kemana Chan?"

"Aku mau ke ruang musik untuk latihan"

"Latihan?"

"Iya, bulan depan aku lomba hyung"

"Seriously? Aku pikir kamu cuma ikut taekwondo aja"

"Aku duluan ya hyung" Haechan melangkah meninggalkan Mark. namun belum lima langkah Mark memanggilnya.

"Haechan" Haechan berbalik, menatap Mark bingung.

"Iya Hyung?"

"Em, aku, aku boleh ikut?" Haechan terkejut dengan pertanyaan Mark, ia lalu mengangguk dan membiarkan Mark mengikutinya.

Mark belum pernah pergi ke ruang musik, ternyata ruang musik di sekolahnya cukup lengkap dan luas. Beberapa alat musik untuk orchestra bahkan ada di sini. Haechan duduk di depan sebuah grand piano, lalu menarikan jemarinya di atas tuts piano tersebut.

Mark benar – benar terpesona akan Haechan. Haechan yang sedang bermain piano sambil bernyanyi terlihat begitu indah. Mark tidak pernah tau jika sosok Haechan yang kuat itu terlihat sangat lembut dan indah saat ini. Yang bisa Mark lakukan hanya terpaku memandangi setiap hal yang Haechan lakukan. Suara lembutnya benar – benar menyihir Mark.

Mark masih terpaku meskipun Haechan telah menyelesaikan permainannya. Melihat Haechan bermain piano, membawa ingatan masa lalunya kembali. Dulu ketika kecil, ayah Mark akan memainkan lagu untuknya, lalu ibunya akan mengajaknya berdansa. Mark rindu masa – masa itu. Bersama Haechan selalu membuatnya bernostalgia akan masa lalunya. Haechan akan membuatnya mengenang sekaligus menjadi obat penawarnya. Mark rasa, ia benar – benar jatuh cinta pada laki – laki manis itu.

"Hyung? Mark Hyung?"

Entah sejak kapan Haechan sudah berdiri di hadapan Mark dengan tatapan bingungnya. Ia bahkan sudah berkali – kali melambaikan tangannya di hadapan Mark. Namun laki – laki itu tetap diam tak bergeming.

"Ahh, Haechan"

Mark akhirnya tersadar dan mendapati Haechan yang menatapnya bingung.

"Hyung baik?"

"Ah iya, permainanmu sangat bagus sekali Chan. Aku tidak menyangka seorang atlit taekwondo bisa bermain piano selembut itu"

Haechan tersipu, selama ini hanya Jeno yang selalu memujinya. Bakat bermusik Haechan diturunkan dari kedua orangtua mereka. Teman – teman sekelas juga sering memujinya, namun entah mengapa lain rasanya jika Mark yang memujinya. Lagi – lagi Haechan merasa debaran di dadanya seolah tidak terkontrol. Rasanya seperti mimpi di siang bolong ketika orang yang kau sukai berada dengan jarak yang sangat dekat denganmu. Seperti hari ini, Mark menemaninya berlatih, rasanya tidak nyata seperti kejadian yang sudah – sudah.

"Terimakasih hyung"

Haechan lalu kembali dan menutup grand piano tersebut. Sementara Mark berjalan mendekat ke arahnya.

"Chan, kalau besok kamu latihan lagi, aku boleh ikut lagi nggak?"

Haechan terdiam. Mark bilang akan melihatnya latihan lagi. Setiap hari saat jam istirahat hingga lomba nanti. Rasanya Haechan benar – benar akan gila. Andai saja lombanya bisa ia undur jadi enam bulan atau beberapa bulan lagi. Pasti akan Haechan lakukan.

"Emangnya nggak apa – apa hyung? Jaemin hyung gimana nanti?"

"Enggak apa – apa Chan, selama Jaemin di perpustakaan dia pasti aman. Sepertinya akan lebih asyik melihatmu berlatih daripada harus duduk diam di luar perpustakaan sambil bermain handphone. Gimana? Boleh kan?"

Haechan diam, tidak langsung menjawab. Ia tentu saja sangat senang dengan tawaran Mark. Namun ia takut salah mengambil keputusan. Takut jika ia akan benar – benar terjatuh dengan sosok pangeran seperti Mark.

"Chan?"

Suara Mark membuyarkan lamunannya, ia kemudian mengangguk. Sekali lagi, Haechan harap ia sudah membuat keputusan yang benar.

.

.

.

TBC

-------------------------------------------------

Singkat dulu ya hehe soalnya kalo dijadiin satu panjang banget. Terimakasih yang udah baca dan voment

Ayo jangan lupa voment ya, jangan cuman dimasukkin ke dalam daftar bacaan aja tanpa voment hehe

When Love Comes [N O M I N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang