Nadia mencengkeram kerah baju seorang perempuan beberapa ratus meter di depan pintu gerbang sekolahnya sesaat setelah bel tanda pulang berbunyi. Ia hendak menamparnya meski perempuan tersebut telah meminta maaf karena tidak sengaja menyenggol sehingga tas milik Nadia terjatuh. Belum sempat tangan kanannya melayang dan mendarat di pipi perempuan yang menyenggolnya, Nadia tiba-tiba diam, beberapa detik kemudian ia menangis. Ia meminta maaf dan berlari meninggalkan gerbang sekolah lalu pulang. Hal ini terjadi saat hari pertama sekolah, ketika Nadia lupa menyetel jam alarm sebelum tidur.
***
Makassar, Juni 2020.
Memasuki bulan Juni, setelah pengumuman hasil ujian nasional yang berlangsung beberapa bulan setelahnya. Seluruh siswa akan kembali disibukkan dengan kegiatan yang tidak kalah pentingnya, masa orientasi sekolah atau biasa dikenal dengan singkatan MOS. Setelah resmi terdaftar sebagai salah satu siswa yang berhak bersekolah di SMA Negeri 1 Makassar, Nadia masih sibuk mempersiapkan perlengkapan untuk digunakannya besok.
Seluruh siswa baru diwajibkan datang pukul enam pagi.
Begitulah isi pesan sms dari salah satu panitia mos. Nadia masih sibuk membuat tas ransel dari kardus mi instan yang mereknya telah ditentukan oleh panitia yang sulit ditemukan karena sudah jarang yang menjualnya. Beruntung, Nadia bisa menemukannya karena mendapat bantuan dari tetangga yang seorang pedagang di pasar. Tas ransel tersebut harus dilengkapi dengan tali berwarna ungu yang kali ini Nadia mendapatkannya dari seorang teman yang kebetulan membeli dua.
"Bu, tasnya belum selesai. Masih banyak yang harus saya siapkan, belum ada yang jadi," keluh Nadia kepada ibunya yang duduk di depan tv. "Sudah, kerjakan saja, nak," ucap ibunya tanpa melihat ke arah Nadia karena sibuk menonton berita tentang seorang bupati tertangkap tangan oleh KPK. Tanpa banyak respons, Nadia melanjutkan pekerjaannya.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tas ransel baru selesai. Nadia langsung melanjutkan menggunting pita berwarna merah, kuning, hijau, dan biru yang harus ia pakai besok sebagai ikat rambut sebanyak sepuluh untuk masing-masing warna. Tidak butuh waktu lama untuk Nadia menggunting pita, setelah selesai ia berhenti sejenak. Memikirkan apa yang akan terjadi kepadanya besok pagi.
Kenapa berhenti? Terdengar suara perempuan di dalam kepala Nadia.
Nadia kembali tersadar dan melanjutkan menyetrika seragam putih abu-abu miliknya.
"Nadia, ibu tidur duluan," ucap ibunya yang berlalu masuk ke dalam kamar.
"Iya, bu," jawab singkat Nadia sambil sesekali menyeka keringat karena kepanasan.
Setelah selesai menyetrika seragam putih dan rok abu-abu pendek miliknya, setrika pun telah dimatikan. Saat menggantung seragam dan rok di gagang pintu lemari di kamarnya, Nadia teringat sesuatu. Kaus kaki, ucap Nadia dalam hati. Buru-buru ia langsung mencari kaus kaki berwarna putih dan hitam yang akan digunakannya besok. Salah satu hal yang identik dari penyelenggaraan mos adalah peraturannya yang aneh-aneh. Salah satunya, seluruh siswa baru diwajibkan memakai kaus kaki berbeda warna; kaki kanan menggunakan kaus kaki putih dan kiri menggunakan kaus kaki hitam.
Maka dengan segala kepanikan yang timbul dari dalam, Nadia langsung mengubrak-abrik lemari kecil miliknya yang terletak di samping lemari pakaian tempat ia menggantungkan seragam dan roknya. Nadia semakin panik karena tidak menemukan kaus kaki yang dicarinya, padahal, seingatnya ibunya telah menyimpan di lemari kecil tersebut dua hari yang lalu. Nadia, hendak membangunkan ibunya tetapi melihat jam dinding kamarnya yang sudah menunjukkan pukul dua belas lewat lima menit, niatnya tersebut urung untuk dilaksanakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arah
Novela JuvenilArah, ke mana kau akan berlabuh untuk cinta yang belum meninggalkanmu? Masa depan atau masa lalu yang kau tinggalkan? Percayalah, cinta tidak akan tersesat.