3

5.9K 973 36
                                    

"Hoi, bocah!"

Baekhyun tersentak mendengar panggilan dari arah belakangnya. Wajahnya seketika merengut ketika menyadari kalau itu suara si manager sok tampan yang sedang dielu−elukan para wanita itu.

Baekhyun berkomat−kamit merapalkan mantra random hanya untuk mengusir sosok yang tengah menghampirinya itu. Walau sebenarnya itu tak berpengaruh sama sekali.

Pria itu kini berdiri di depannya dengan seringaian memuakkan yang entah kenapa terlihat mengerikan sekarang. Karena seringaian itu selalu berhasil membuatnya gugup entah karena apa.

"Aku tidak menyangka kau masih punya nyali."

Ya, sebenarnya Baekhyun tadi tengah mengendap−endap ke belakang panggung setelah acara fanmeeting itu. Berharap ia akan dipertemukan secara tidak sengaja dengan salah satu member group favoritnya itu. Dan jika beruntung, mungkin ia akan dipertemukan dengan Hyejeong.

Namun lagi−lagi niatan itu dihentikan oleh manager gila yang kaya akan kalsium itu. Argh! Baekhyun ingin mengutuk dewa fortuna hari ini.

"Aku tidak akan mengganggu, ahjussi. Aku hanya ingin melihat mereka lebih dekat." pintanya dengan wajah memelas. Ia pura−pura tentu saja.

Chanyeol menyilangkan kedua lengannya, mengaitkannya satu sama lain dengan tenang. Menatap Baekhyun dari atas ke bawah.

Remaja itu tampak berantakan. Wajahnya berkeringat dan pakaian sekolahnya sudah tampak lecek. Untung saja wajah manisnya itu tak ikut luntur terkena sapuan keringat. Yang ada, ia tambah terlihat seperti anak Sekolah Dasar yang habis bermain bola di depan kompleksnya.


"Ck, kau itu adalah sasaeng fans paling mengganggu dan paling bebal yang pernah kutemui."

"Aku bukan sasaeng fans!" teriak Baekhyun kesal.

"Ya, katakan itu pada bocah ingusan yang mengendap−endap di backstage acara fanmeeting girlband terkenal." Si mungil menatap Chanyeol dengan mata yang menyala−nyala menahan amarah. Ia benci disebut sasaeng.

Ia tak mengerikan seperti itu. Lagipula ia tak pernah menyakiti girlband kesayangannya itu. Ia hanya ingin melihat dari dekat dan mendapat foto limited yang bisa menambah pundi−pundi won di dompetnya.

Dia bukan anak manja yang bisa setiap saat mendapat uang dari orang tuanya. Dan inilah usahanya selama ini untuk memenuhi hal yang ia inginkan. Ia selalu membeli album, datang ke fanmeeting, dan menonton konser dengan uang hasil kerjanya sebagai anggota fansite master.



"Baik−baik, aku akan pergi. Kau puas?!"



"Iniㅡ" Tangan Baekhyun ditarik dan pria tampan itu meletakkan selembar tiket showcase sekaligus fansign AOA Cream di daerah Daegu.

Mata Baekhyun langsung membola dan bersinar layaknya bolham kamar mandi Chanyeol. Mulutnya menganga dengan tidak elitnya. Ia sendiri tak peduli sebodoh apa tampangnya sekarang. Demi Tuhan, ini tiket yang harganya sangat mahal itu.

"Kau bisa datang sebagai tamu VIP."

"A−Apa?" Baekhyun menatap Chanyeol dan tiket itu bergantian. "Ahjussi serius memberikan ini padaku secara gratis?"

Chanyeol menyeringai tanpa disadari pemuda mungil itu.

"Tidak ada yang gratis di dunia ini, bocah."

Sudah kuduga, Baekhyun mendengus kesal. Ia jadi berpikir dua kali untuk menerima tiket itu.

"Datanglah ke restaurant Vivapolo besok jam 2 siang. Jika kau terlambat 1 menit saja, aku akan mengambil tiket itu kembali dengan denda 10 persen dari harga sebenarnya."

"YAH AHJUSSI, KAU CURANG!"

"Baiklah, aku pergi."

"YACH!"







🐾







Baekhyun termenung di kamarnya dengan alunan 'Stay with me' memenuhi indera pendengarannya. Ia menatap lembar tiket di tangannya dengan pikiran yang melayang kemana−mana.

Ia tiba−tiba saja teringat pada pertemuan pertamanya dengan Chanyeol. Itu dimulai tiga bulan yang lalu saat ia kembali menjadi stalker girlband favoritnya itu.

Selama bertahun−tahun ia menjadi stalker semuanya selalu aman, sampai kehadiran pria yang entah dari mana datangnya itu. Baekhyun ingat betul saat pria tinggi itu menarik kerah seragamnya dari belakang hingga ia menjerit kaget seperti perempuan.

Pria itu menuduhnya penguntit, lalu bad stalker, dan lama−kelamaan ia memanggilnya sasaeng fans.

Semua tuduhan itu memang sangat beralasan. Baekhyun itu keras kepala dan bebal. Ketahuan satu kali bukan berarti ia takkan datang lagi. Dimarahi satu kali bukan berarti Baekhyun akan menurut.

Remaja 17 tahun itu justru tertarik dan semakin penasaran. Jadi tak heran lagi jika pria tinggi itu menemukannya dengan begitu mudah meskipun ia berada di tengah kerumunan para penggemar.

Mungkin Baekhyun sudah seperti kutu diantara helaian rambut indah, makanya ia dengan mudah bisa ditemukan.

"Ah, kau lagi. Aku benar−benar bosan melihat wajah sasaeng fans sepertimu. Pulanglah dan lakukan hal yang lebih berguna, adik kecil." Itulah salah satu kalimat entah keberapa kalinya yang diingat oleh Baekhyun.

Pria itu terlihat sangat frustasi kala menemukan Baekhyun menyembunyikan dirinya diantara ditumpukkan kardus kosong. Chanyeol bahkan tak segan memukul kepala mungilnya karena terlalu kesal akan kelakuan Baekhyun.

Dan semenjak itu pula, pria itu membiarkannya begitu saja. Pria itu memang masih menegurnya, namun wajahnya tak segarang dulu lagi.

Bahkan pria tinggi itu lebih sering tersenyum padanya. Memberikannya ice cream, gula kapas, atau sesuatu yang kadang membuat Baekhyun bingung sendiri.

"Coba rambut magentamu menjadi merah muda seperti gula kapas ini. Kau pasti terlihat cantik." Wajah Baekhyun perlahan memerah saat teringat ucapan laknat itu.

Pria gila mana yang menyebut sesama jenisnya dengan sebutan cantik. Dasar gila, batinnya. Namun wajahnya justru semakin panas saja.

"Arrgh!"

Baekhyun bergelung−gelung diatas ranjangnya. Membuat selimut tebalnya membungkus tubuh mungil itu dengan sempurna. Baekhyun sudah seperti sushi raksasa sekarang.



"Vivapolo restaurant ya? Apa mungkin dia mengajakku berkencan?"



Baekhyun mengigit bibir bawahnya. Jantungnya berdegup tidak jelas dan ia benci kenyataan kalau otaknya memproses senyuman tampan Chanyeol secara tiba−tiba.




"Apa yang kau pikirkan Baekhyun bodoh?! Hhaha. Hyejeong bahkan lebih menawan. Hhaha. Iya, bokongnya bahkan sangat indah saat pemotretan di pantai. Hhaha."




Ya, biarkan saja Baekhyun dan otak tidak warasnya itu bekerja secara tidak sinkron.




Ya, mulut terucap nama Hyejeong, namun otaknya memutar kilasan wajah tampan si manager.

[☑]『 ɪ'ᴍ ᴊᴇʟʟʏ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang