25

6.5K 397 149
                                    

Chanyeol masih saja bergelung didalam selimutnya. Menatapi ratusan foto putrinya yang terpajang disetiap sudut kamarnya. Ini sudah dua bulan, dan hal itu adalah hal yang rutin ia lakukan. Tidak ada pergi ke kantor, pergi keluar rumah pun hanya ke teras rumah.

Ia kacau, ia tidak harus bagaimana. Tuhan mengujinya terlalu berat, sampai-sampai ia berpikir untuk mati. Tapi ia tidak ingin mati dulu. Ia sudah berjanji untuk menunggu Byulhi kan ? Ia akan menunggu sampai Byulhi kembali padanya. Meskipun terlihat tidak ada celah untuknya. Tapi biarkanlah ia tetap berharap. Setidaknya itu membuatnya bisa bertahan lebih lama.

Sedang asyik-asyiknya melamun. Tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Boleh aku masuk ?"

"Masuk lah, bi."

Entah bibi Yoon akan mendengarnya atau tidak karena suara Chanyeol yang cukup pelan dan parau. Tapi sepertinya bibi Yoon mendengarnya, terbukti dari wanita paruh baya itu yang membuka pintu dan berjalan kearah Chanyeol.

"Hanya minum air putih lagi ?"

Bibi Yoon bertanya seperti itu karena lagi-lagi makanan diatas meja nakas itu masih utuh, hanya air putihnya saja yang tersisa sedikit.

"Aku belum lapar, bi."

"Kau bisa sakit jika terus seperti ini."

"Tidak. Aku baik-baik saja."
Jelas sekali jika perkataan itu bohong. Nada Chanyeol sangat tenang ketika mengatakannya tapi air matanya keluar dengan cukup banyak. Bukankah itu menjadi bukti yang kuat, bahwa Chanyeol tidaklah baik-baik saja.

"Jangan menangis."

Bibi Yoon ngelus halus rambut berantakan milik Chanyeol. Berharap bisa menenangkan Chanyeol sedikit saja.

"Aku harus bagaimana lagi ? Yang aku bisa hanya menunggu, bi. Aku masih bisa bertahan sekarang. Tapi bagaimana dengan nanti ?"

Selama sebulan ini Chanyeol terlalu sering menangis. Ia tidak pernah merasa sekacau ini.

Mengkhawatirkan dan merindukan Byulhi benar-benar menyiksanya. Chanyeol tidak hanya menangis seperti itu, ia sudah meminta bantuan pada siapapun untuk mencari tau dimana dan bagaimana keadaan putrinya tapi Hyunsoo benar-benar sudah menutup semua aksesnya. Dunianya benar-benar kacau.

"Apa aku salah, bi ? Aku sangat menginginkan Byulhi. Aku yang menjaganya dari bayi, aku yang selalu ada untuknya setiap saat... Aku yang mencintainya dengan sepenuh hati... Apa aku tidak pantas menerima imbalan yang setimpal. Aku hanya butuh Byulhi, bi."

"Kau pantas, Chanyeol. Tapi mungkin sekarang bukanlah waktunya. Aku tidak bisa mengatakan kau salah, karena tidak ada manusia yang benar."

"Apa Byulhi baik-baik saja ?"

"Tentu ia akan baik-baik saja. Maka kau juga harus baik-baik saja disini."

"Bagaimana jika Byulhi tidak-..."

"Ia akan baik-baik saja, Chanyeol. Percayalah."

Chanyeol akhirnya mengangguk mengiyakan ucapan bibi Yoon, meskipun ia tidak yakin.

"Sekarang kau harus makan. Aku memaksamu."











Sedangkan jauh disebrang sana. Byulhi hanya berdiam diri di dalam kamarnya menatap keluar jendela. Melihat seberapa jauh jarak antara ia dan juga daddy nya. Jika ada kata lebih dari kacau maka kata itulah yang pas untuk mendeskripsikan dirinya. Entah kenapa air matanya tak pernah kering bahkan setelah dua bulan lamanya. Hatinya belum juga membaik padahal semua orang sudah berusaha menghiburnya. Karena memang hanya satu yang ia butuhkan. Daddynya.

"Sayang..."

Byulhi tau itu suara mommynya tapi ia sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari luar jendela.

"Samuel bilang kau belum makan. Kenapa ?"

"Aku tidak lapar."

"Kau harus makan agar tidak sakit."

"Meskipun aku makan aku akan tetap sakit."

Hyunsoo tau kemana arah perkataan Byulhi tapi ia mencoba tuli dan mengalihkan ke arah yang lain.

"Apa Byulhi ingin makan ice cream ? Mommy baru saja belanja tadi."

"Aku tidak ingin."

"Lalu Byulhi ingin apa ? Mommy belanja cukup banyak tadi."

"Aku ingin daddy."

Hyunsoo menghela nafasnya. Ia sudah mulai sedikit kesal sekarang.

"Jangan membuat mommy marah."

"Aku bahkan tidak peduli jika mommy akan marah."

"Mommy tidak ingin berbuat jahat padamu."

Mendengar kalimat itu Byulhi malah tertawa dengan cukup keras. Ia benar-benar tertawa tapi air matanya mengalir terlalu deras.

"Mommy lucu sekali... Mommy tidak ingin berbuat jahat padaku ? Lalu ini semua apa ? Memisahkan ku dengan daddy dan menyiksaku seperti ini. Apa mommy pikir itu tidak jahat ?"

Hyunsoo terdiam karena tidak tau harus menjawab apa. Apa ia salah berbicara atau ia salah bertindak ?

"Aku sudah tidak tau harus memohon seperti apalagi pada mommy. Sepertinya aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi."

"Apa maskudmu ?"

"Aku ingin mati, mommy. Tolong bunuh aku sekarang juga."

"KAU GILA ?!"

"Ya. Bukankah mommy menganggapku seperti itu."

Hyunsoo benar-benar kesal sekarang. Ia mencengkram bahu Byulhi dan memaksa gadis itu untuk menatapnya.

"Tidak ada yang akan mati disini. Kita akan berjalan ke jalan yang benar bersama-sama."

"Aku yang akan mati disini, mommy. Aku tidak ingin menuju jalan yang benar jika rasanya sesakit ini."

"Mengertilah mommy, sayang."

"Lalu kapan mommy akan mengerti akan diriku ? Aku tidak pernah mengusik hidup mommy sebelumnya... Bahkan kita hanya bertemu beberapa kali. Lalu sekarang apa, mommy ? Kenapa kau melakukan ini padaku ?"

Setiap manusia memiliki rasa putus asa. Dan disinilah rasa putus asa milik Byulhi muncul. Ia tidak tau harus seperti apa lagi. Mungkin mati akan terasa lebih baik.

"Jika mommy tidak mengembalikan ku pada daddy, maka bunuh aku sekrang juga, mommy. Aku sudah terlalu lelah."

"Mommy tidak akan pernah membunuh mu."

"Mommy hanya tidak sadar jika mommy sudah membunuhku secara perlahan. Ini terlalu menyakitkan, mommy."

Hyunsoo sudah tidak tahan dengan segala perkataan yang Byulhi lontarkan. Entah kenapa ia malah merasa bersalah ketika mendengar itu semua. Bukankah ia sudah benar dengan melakukan semua ini ? Lalu kenapa sekarang ia merasa jahat pada Byulhi ? Ia harus memperkuat tekadnya untuk membuat semuanya benar. Ia tidak boleh goyah. Ini baru sebulan, ia yakin akan bisa membawa Byulhi pada jalan yang benar nanti.

"Sepertinya kau lapar. Aku akan memanggil Samuel untuk menemanimu."

Dengan itu Hyunsoo melangkah keluar dari kamar milik Byulhi. Meninggalkan gadis itu yang kembali menangis. Ia lelah dengan semua ini. Ia rasa ia tidak akan sanggup.

"Daddy... Sepertinya aku tidak bisa bertahan lagi... I miss you. Maaf karena aku sudah terlalu lelah."

Byulhi bergumam dengan sangat putus asa. Ia takut tidak akan pernah bertemu dengan daddynya lagi. Tapi ia sudah terlalu lelah untuk sekedar bertahan. Ia harus apa ? Ia harus bagaimana ? Semua ini membuatnya lelah. Dan bolehkan ia memilih untuk istirahat selamanya ?













Hai hai hai !!
Akhirnya kita ketemu lagi setelah sekian lama wkwkwk.
Mau bilang banyak banyak makasih buat semuanya karena cerita ini udah nyampek 100k pembaca yuhuuu 🎉🎊. Sayang banget sama kalian semua yang udah dukung dan masih mau baca cerita ini 💞❤️maaf juga sama jadwal update yang gak menentu. Intinya aku bener bener berterimakasih ke kalian semua. Love you all 😘😍❤️💞
See you soon 😊😊

DADDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang