Hari demi hari, seakan berlari secepat lintasan cahaya tak terasa kini terlewatkan. semua siswa kelas XI Mia 1 sudah saling kenal mengenal. Seperti halnya dengan pertemanan Dira dan Nisa yang semakin erat.
~Flashback On~
Saat guru fisika yang biasa di sapa pak Retno memasuki kelas dengan wajah khasnya yang nampak sangar dari yang lain lengkap dengan buku tebalnya setebal catatan rakib atid. Semua siswa sudah tau dan kenal kekileran pak retno seakan-akan jadi catatan tersendiri bagi siapa pun yg mengenalnya, dan hari ini tiba2 pak retno mengumumkan bahwa ia akan memberikan ulangan mendadak dan memberikan waktu 15 menit untuk mempersiapkan diri. Tentu saja semua siswa kaget bukan kepalang, tapi ada daya bagi mereka, perkataan pak retno bagai titah yang tak bisa diganggu gugat. Tapi bagi Nisa itu hal yg biasa saja. Beda dengan Dira yang selalu bersikap santai dalam menghadapi berbagai persoalan sama halnya dengan saat ini, walaupun di hati Dira merasa gelisah dan tak karuan tetapi ia mampu menetralisir rasa tersebut. Hingga akhirnya pak retno bersuara
"Baiklah anak anak, sekarang juga masukkan buku kalian dan hanya ada pulpen di atas meja." Ucap pak retno dengan suara khasnya.
"Baik pak" balas semua murid.
Pak retno pun membagikan satu persatu soal kepada semua siswa. Hingga tibalah di bangku Nisa di pojok kanan belakang. Nisa yang melihat soal tersebut langsung tersenyum lebar seakan mendapat anugrah dari sang pencipta karena semua soalnya sudah ia pelajari semalam. Kemudian Nisa menulis jawabannya dengan lancar hingga selesai. Waktu tinggal beberapa menit lagi, Nisa menoleh ke arah Dira dan terlihat raut wajah Dira yang gelisah.
"Dir..." Bisik Nisa, Dira membalas dengan menatap kosong ke arah kertas soalnya. Nisa mengikuti arah pandang Dira dan seketika raut wajah Nisa berubah, ia melihat tak satupun di jawab oleh Dira. Nisa yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung😂 dan intinya peka terhadap perasaan teman sebangkunya langsung memberikan kertas jawabannya untuk Dira.
"Ini" sambil menyodorkan kertas jawabannya."cepetan tulis" Lanjutnya.
Dira yang mengetahui waktu tersisa sedikit lagi, langsung menyalin jawaban dari Nisa tanpa mengatakan apapun. Hingga akhirnya Pak Retno bersuara lagi
"Baiklah anak anak waktu sudah habis. Sekarang kumpulkan kertas jawaban kalian di mulai dari kamu." Ucap pak retno seraya menunjuk Nisa.
"Saya pak!!!" Ucap Nisa memastikan bahwa dirinya.
"Ya kamu."
Nisa melirik ke arah Dira yang masih menyalin jawabannya. Dira yang peka akan lirikan tersebut langsung memberikan kertas jawaban Nisa. Walaupun Dira belum sempat menyalin semua jawaban Nisa tapi setidaknya ia menjawab tiga dari lima nomor. Setelah semua di kumpulkan, Pak Retno pun keluar dari kelasnya.
"Nis, makasih ya." Ucap Dira sembari tersenyum hingga terlihat lesung pipinya.
"Untuk apa?" Balas Nisa.
"Yah untuk yang tadi Nis. Kalo lo nggak nolong gue tadi, bisa bisa kepala gue pecah mikirin jawabannya lalu gue di bawah ke rumah sakit deh gara gara susahnya minta ampun." Seru Dira sambil memegangngi kepalanya yang terasa pusing.
"Alay banget sih lo, masa gara gara soal fisika bisa bikin kepala lo pecah." Ucap Nisa sambil tertawa pelan.
"Ya bisalah. Kan lo pinter jadi nggak tau rasanya gimana." Balas Dira.
"Makanya jangan main handphone trus, kalo malam usahakan buka buku untuk mereview pelajaran."
"Ribet amat sih, kan Tuhan akan memberikan yang terbaik slalu buat hamba hambanya." ucap Dira dengan percaya diri
"Memang. Tapi, semua itu tergantung usaha yang kita lakukan."
"Iyain aja deh biar cepet. Lama lama ngomong sama lo, kok gue jadi laper yah."
"Lo laper ?" Tanya Nisa.
"Ya gitu deh." Jawab Dira dengan menautkan kedua alisnya.
"Kalo gitu makan bareng aja, kebetulan gue bawa bekal." ucap Nisa sambil mengeluarkan bekalnya.
"Nggak papa nih ?" Tanya Dira sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Nggak papalah. kan ini bekal yang gue bawa kayaknya porsinya banyak deh."
"Gimana cara makannya kan sendoknya cuma satu ?" Tanya Dira lagi.
"Lo itu bodoh atau pura pura bodoh sih. Kan kita cuman berdua, berarti kita gantian pake sendoknya." Jelas Nisa sambil terkekeh.
"Iya yah." Ucap Dira sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maklumlah kan gue tadi melewati masa masa tersulit gue." Lanjutnya.
"Iya iya iya.... ngalah deh biar cepet. Makan gih."
Mereka berdua melahap makanan tersebut. Terkadang Dira mencari bahan pembicaraan agar tidak merasa bosan mulai dari pembicaraan yang tidak penting hingga pembicaraan yang paling tidak penting.
~flashback off~
~♡~
TBC
Kalo kalian pernah di posisi siapa, Nisa atau Dira nih ?
Piss damai✌
Lay
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema
Teen FictionKisah seorang gadis yang merelakan seseorang yang dicintainya demi sahabat tercintanya. Bagi Nisa persahabatannya jauh lebih berharga daripada perasaannya. Tapi apakah ia sanggup menahan perasaannya lebih lama lagi ??? Penasaran👇 . . . . . Baca yuk...