"Gitu dong, kalo keputusan lo yang satu ini gue dukung banget. Kan di dunia ini masih ada beribu-ribu cowok lain selain gebetan lo."
"Nis, kayaknya gue jatuh cinta pandangan pertama sama seseorang." Ucap Dira tersipu malu.
"Sama siapa ?" Tanya Nisa.
"Tebak dong."
"Abdul ?"
"Etdah, kalo gue sama Abdul gimana masa depan gue. Di kelas aja gue nggak pernah akur apalagi jadi calon anak anak dari gue." Seru Dira sembari terkekeh.
"Hati hati lo kata pepatah, benci itu bisa jadi cinta lo." Ucap Nisa seraya tersenyum menggoda.
"Halah, itu cuma pepatah doang."
"kita liat aja nanti. Bdw, lo sukanya sama siapa dong klo bukan si Abdul ?." Tanya Nisa
"Yah, si anak.....baru itu." Balas Dira sembari menunjuk Elvan.
"What ????" Nisa sontak kaget mendengar jawaban Dira.
"Emang napa ?"
"Dia itu memiliki sakit kejiwaan tau. Masa yah waktu gue nggak sengaja nabrak dia, dianya malah ham hem ham hem aja kayak orang sariawan tau nggak."
"OMG, apaaa??? Lo pernah ketemu sama diaa ? Dimana ? Kapan ? lo kok nggak ngajak gue sih." Dira melontarkan Pertanyaan beruntun kepada Nisa.
"lo klo nge bahas si anak baru itu kok semangat banget yah. Hati hati lo nanti nggak sesuai harapan lo, trus nangis lagi deh." Ucap Nisa.
"Katanya tadi dukung keputusan gue tapi sekarang kok lo malah nyuruh gue mundur. Jangan-jangan lo ada rasa yah sama dia?" Tanya Dira dengan tatapan tanya pada Nisa.
"Bukan gitu, kan gue nggak mau liat lo nangis lagi. Dan sekarang lo nge judg gue ada rasa suka sama dia, sadar Dir. Mana mungkin juga gue ngerebut apa yang sahabat gue ini mau." Jawab Nisa sembari merangkul bahu Dira.
"Iyya iyya, gue cuma takut aja kalo lo mulai ada rasa sama dia."
"Adduh Dira, pikiran lo ada ada aja sih." Ucap Nisa seraya tersenyum.
"Kalo gitu gue mau pdkt dulu yah, doain semoga sahabat lo ini bisa menaklukan hati Elvan." Ucap Dira sambil mengecup pipi Nisa lalu menuju ke meja Elvan. Belum sempat Nisa menjawabnya, bel istirahat berbunyi.
Tak seperti biasanya, kini semua murid lebih tepatnya kaum hawa tak ada yang menuju kekantin. Semua ingin berkenalan lebih jauh dengan siswa baru kelasnya, siapa lagi kalau bukan Elvan-seseorang siswa yang membuat siapapun melihat wajah tampannya akan meleleh . Tapi tidak dengan Nisa, ia tetap setia kepada tempat duduknya dengan novel di pangkuannya. Jangan tanyakan lagi kemana Dira-sahabat Nisa pergi, sekarang dia berada paling dekat dengan Elvan dikarenakan posisi duduknya yang bersebelahan.
Nisa lebih memilih ke perpustakaan daripada berdiam diri di kelasnya yang gaduh akibat datangnya Elvan. Sarah yang melihat Nisa keluar kelas langsung mengikutinya karena ada suatu hal yang ia ingin tanyakan mengenai kuis fisika tadi. Setelah Sarah berhasil menyusul Nisa, Ia menyapa Nisa terlebih dahulu.
"Hai Nisa!"Sapa Sarah. "Lo mau kemana? Ada banyak hal yang pengen gue tanyain ke elo masalah kuis tadi." Tanya Sarah dengan senyum khasnya.
"Gue mau ke perpustakaan. Lo mau ikut ? Ngomong ngomong lo gercep banget pas ngerjain soalnya." Puji Nisa
"Bisa aja kok, itu cuman kebetulan. Tapi, Lo lebih hebat sih dari gue karena bisa ngerjain soal sesulit tadi. Oh ya, gue mau belajar sama lo, boleh yah... yah... yah." Goda Sarah sembari menampilkan puppy eyes nya.
"Iya... iya... iya. Emang kapan ?"
"Kapan aja. Tapi pas pulang sekolah yah."
"Okke deh." Nisa mengangkat jarinya membentuk symbol 'OK'.
***
Sekarang Nisa berada di tempat yang menghilangkan rasa jenuhnya saat ini. Tidak lain adalah mengunjungi perpustakaan, karena terdapat banyak hal seru tersimpan diantara kumpulan buku-buku berbaris rapi nan indah itu. Selang beberapa menit kemudian, entah mengapa suasana perpustakaan kini di kelilingi oleh banyak orang. Ia heran dengan keadaan sekarang ini tapi saat pandangannya lurus kedepan, seolah matanya terkunci dengan mata hazel milik Elvan untuk kedua kalinya. Kini pemilik mata hazel itu semakin mendekat ke arahnya, hatinya saat ini berdebar tak karuan.
"Pak kepsek manggil lo." Ucap Elvan dengan nada dinginnya. Setelah mengatakannya ia langsung meninggalkan Nisa yang mematung di tempatnya. Setelah Elvan menghilang dari pandangannya, Nisa langsung menghilangkan pikiran yang negatif saat ini.
'Kok hati gue jadi berdebar gini yah kalo lagi ngeliat mata si Elvan. Apa gue emang ada rasa sama dia seperti kata Dira.' Gumam Nisa. 'Tidak... tidak... tidak." Nisa langsung menggelengkan kepalanya. " Ini tidak mungkin, kan tadi gue udah janji sama Dira kalo gue nggak bakal ambil apa yang Dira inginkan dan ini salah satunya. Dan gue nggak mau persahabatan yang selama ini gue jaga, hancur berkeping keping hanya karena perasaan gue." Lanjut Nisa dalam hatinya.
Setelah itu, salah satu siswa kelas X yang berlalu lalang di perpustakaannya memberanikan diri untuk menepuk bahu Nisa yang sedari tadi ngelamun.
"Kakak kenapa ? Kok dari tadi ngelamun terus ?" Tanya siswa kelas X itu yang mampu membuyarkan lamunan Nisa.
"Eh, nggak papa kok." Jawab Dira sembari tersenyum. "Kalo gitu kakak duluan yah." Lanjutnya dengan melambaikan tangan pada siswa itu.
Di perjalanan menuju ruang kepala sekolahnya, ia berkutat dengan pikirannya sendiri.
"Kenapa sekarang saat gue liat matanya, hati gue deg deg ser gitu yah. apakah ini yang dinamakan cinta ? Ah, tidak mungkin. Kalo emang iya, gue harus ngapain? Sedangkan gue udah janji sama Dira. Pokoknya mulai sekarang gue harus menghilangkan perasaan ini sebelum bertambah besar dan gue harus berusaha menghindari kontak mata dengannya. Intinya gue nggak mau persahabatan gue jadi hancur karena perasaan ini." Pikir Nisa sembari membulatkan tekadnya.
~♡~
Tbc
Piss Damai✌
Lay
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema
Teen FictionKisah seorang gadis yang merelakan seseorang yang dicintainya demi sahabat tercintanya. Bagi Nisa persahabatannya jauh lebih berharga daripada perasaannya. Tapi apakah ia sanggup menahan perasaannya lebih lama lagi ??? Penasaran👇 . . . . . Baca yuk...