Prinsip Nisa

4 2 0
                                    

Hari demi hari, Elvan dan Nisa semakin dekat apalagi Elvan yang selalu pulang bareng dengan Nisa setelah les privat tapi disisi lain persahabatan Nisa dan Dira merenggang karena waktu-waktu berdua mereka digunakan Nisa untuk belajar.

Tak terasa lomba yang diikuti oleh Nisa dan Elvan akan dilaksanakan besok. Mereka berdua kini tengah bersiap-siap untuk berangkat.

"Sayang, sudah tidak ada yang ketinggalan ?" Tanya mama nisa sembari mengoleskan selai pada roti

"Kayaknya nggak lagi Ma." Jawab Nisa

"Ingat pesan mama yah jangan lupa minum obatnya, jangan terlalu memaksakan diri, kamu sudah berusaha sebaik mungkin jadi serahkan sisanya sama Tuhan." Ucap mama nisa

"Doakan Nisa yah Ma." Nisa mengambil rotinya dan mulai melahapnya

"Pasti dong sayang. Eh, kamu ke sekolah dijemput atau apa ?"

"Nisa naik ojol aja deh Ma biar cepet sampainya" Nisa mengambil kembali roti berselai coklat "Ma, ini lomba pertama Nisa dan pastinya Nisa tidak mau mengecewakan orang-orang yang berharap tinggi padaku." Lanjut Nisa

"Optimis dong sayang! Apapun hasilnya harus di syukuri baik itu menang ataupun kalah. Kan anak mama ini sudah berjuang sekuat tenaga." ujar mama nisa sambil mengusap kepala anaknya

Nisa tersenyum mendengar perkataan mamanya. Selesai sarapan, Nisa beranjak keluar rumah bersama mamanya dan kebetulan Elvan datang diwaktu yang tepat dengan motor kesayangannya.

"Assalamu alaikum tante." Ucap Elvan lalu mencium punggung tangan mama nisa

"Wa alaikum salam. Mau berangkat bareng yah ?" Tanyanya

"Iyya tan, boleh kan ?"

"Boleh dong, tante juga merasa aman kalau Nisa sama kamu."

"Apaan sih ma" Nisa memutar bola matanya malas, "Ma, nisa pamit dulu yah. Takut telat, doain Nisa yah Ma." Lanjutnya dengan mencium kedua pipi mamanya

"Assalamu alaikum Ma, Tan" pamit Nisa dan Elvan sembari mencium punggung tangannya.

"Wa alaikum salam. Hati-hati yah, ingat pesan mama."

"Siap Ma." Nisa mengacungkan jempolnya seraya tersenyum kepada mamanya.

Di perjalanan, nisa merasa jantungnya berdegub kencang dengan posisi sedekat ini. Tapi, disisi lain ia juga memikirkan mengenai perlombaan besok. Sesampainya di sekolah, sudah ada mobil yang siap mengantarkan kami ke hotel. Hari ini sekolah libur makanya tempat ini hanya ada sedikit orang yang berlalu lalang dan itu pasti karena kerjaan organisasi.

~¤~

Perjalanan yang cukup melelahkan karena kami harus menempuh 6 jam perjalanan untuk sampai ke hotel. Kami menginap dihotel yang sudah disediakan oleh pihak panitia.

Nisa langsung membaringkan tubuhnya di kasur yang begitu empuk dikarenakan kamar ini hanya untuk dirinya. Pembimbingnya juga memiliki kamar tersendiri mengingat lomba ini bergengsi jadi fasilitas yang disediakan juga harus sesuai.

Malam harinya, setelah makan malam Nisa dan Elvan bersama para pembimbingnya masing-masing. Banyak hal yang mereka bicarakan mulai dari peraturan lomba hingga membahas sedikit materi yang menurut mereka berdua sedikit sulit.

Setelah itu, mereka berdua kembali ke kamar masing-masing. Kini Nisa memikirkan bagaimana menghadapi Elvan kedepannya setelah lomba ini berakhir. Daripada memendamnya buat stres bisa membuat penyakitnya kambuh lebih baik mengungkapkannya kan!

"Elvan." Panggil Nisa ditengah keheningan yang terjadi

Elvan menoleh ke belakang karena memang posisinya berada didepan dengan Nisa seperti mengekori Elvan, "Apa ?"

Hal yang paling tak disukai Nisa adalah saat melihat mata Elvan yang seperti menghipnotis dirinya. Tapi, ia harus memberanikan diri mengatakannya daripada ia dianggap yang tidak-tidak oleh Elvan.

Nisa mengalihkan objek pandangannya selain mata Elvan, "Gue mau setelah pulang dari lomba ini, anggap gue sebagai orang asing apalagi saat disekolah."

"Emang lo orang asing bagi gue." Ucap Elvan yang kini sudah duduk di kursi depan kamar mereka.

Nisa pun ikut duduk disamping Elvan tapi tak terlalu dekat, "Baguslah kalo lo anggap gue begitu" Nisa kemudian mendongakkan kepalanya untuk melihat Elvan tapi tak disangka Elvan juga melihatnya. Jadilah mereka bertatapan hingga beberapa detik kemudian Nisa mengeluarkan suara, "Gue serius Elvan! Jauhi gue setelah lomba ini, anggap kita tak pernah kenal, tak pernah melewati moment ini. Bisa kan ?" Tanyanya

"Jadi lo baper selama ini. Jangan Ge-er deh, gue nggak bisa tanggung jawab dan selama ini gue hanya kasihan sama lo" Elvan bermaksud bercanda tapi melihat tatapan Nisa yang serius jadinya ia juga terbawa suasananya selanjutnya "kenapa gue harus lakuin itu ?" Tanya Elvan yang mulai serius

"Karena akan merusak sesuatu yang berharga bagi gue."

"Apa ?"

"Bisa kan ?"

"Apanya "

"Permintaan guelah."

"Yang mana ?"

"Barusan gue bilang."

"Gue nggak ngerti."

"Ish Elvan, lo tuh nyebelin yah." Ucap Nisa sembari mencubit lengan Elvan. " Seandainya lo bersikap kaya gini ke semua orang, pasti hidup lo berwarna deh."

"Gue nggak bisa."

"Kenapa ?"

"Kepo deh."

"Masa ?"

"Masako."

"Gak jelas."

"Perhatian yah."

"Nggak"

"Jangan baper gue nggak bisa tanggung jawab" Ini adalah ketiga kalinya Elvan mengatakannya. Entah mengapa ia sering mengatakan hal tersebut.

"Siapa yang baper ?"

"Lo-lah masa Bu Devi."

"Nggak lucu. Jangan kepedean yah. Udah deh gue masuk kamar aja, buang buang waktu gue di sini aja." Ucap Nisa sembari berdiri untuk memasuki kamarnya tapi tanpa diduga elvan mencekal pergelangan tangan Nisa.

Elvan pun berdiri dan mendekat ke Nisa sembari mengacak-acak rambut Nisa,"Langsung tidur, Ingat besok!!" ucap Elvan dan langsung berbalik meninggalkan Nisa yang mematung karena perlakuan Elvan.

~¤~

Maaf yah kalo nggak sesuai dengan ekspektasi kalian, author masih dalam proses pembelajaran. Mohon saran dan kritik yang membangun yah🙇

Piss Damai

Layul😎

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang