Pertengkaran Kecil

21 9 4
                                    

Di sela sela pembicaraan mereka, datanglah Mama Nisa dengan makanan dan minuman di tangannya. Dira langsung menghampirinya untuk membantu.

"Maaf yah, Tante lama soalnya stock di rumah habis."

"Nggak papa kok Tan." Ucap Dira

"Kayaknya pembicaraan kalian seru banget. Lagi bahas apa ?" Tanya Mama Nisa.

"Bahas tugas Tan." Jawab Dira

"Bohong Ma. Kita lagi bahas gebetan Dira." Timpal Nisa

"Nggak kok Tan."

"Bener juga nggak papa." Ucap Mama Nisa sembari tersenyum.

"Hehhehe... Tante bisa aja" ujar Dira dengan cengiran khasnya. "Tan, boleh nggak kalo Dira manggil Tante dengan sebutan Mama ?" Tanya Dira dengan berhati hati.

"Emmm, gimana yah." Pikir Mama Nisa."Boleh sih, tapi ada satu syarat." Lanjutnya.

"Apa Tan ?"

"Syaratnya kamu harus jadi anak yang nurut sama Mama."

"Iyya Ma." Ucap Dira sembari memeluknya. Sudah lama Dira tak merasakan pelukan sehangat ini. Ia rindu sekali dengan suasana seperti ini.

"Gitu yah, sekarang Mama nggak sayang Nisa lagi." Kata Nisa dengan wajah cemberut.

"Maaf, Nisa. Gu... gu...e " Ujar Dira gugup karena melihat muka Nisa yang langsung berubah.

"Hahahah... bercanda kok." Sambil mengulas senyum di bibirnya.

"Jadi lo ngerjain gue ?" Tanya Dira

"Iyya. Kok lo gampang banget percaya sih."

"Gimana nggak percaya, muka lo serius banget. Kayaknya lo berbakat jadi pesinetron deh." Ucap Dira sambil cengengesan.

"Bisa aja lo." Sambil meninju manja lengan Dira.

"Ekhm... ekhm...ekhm. Ada yang di lupakan nih." Kata mama Nisa karena merasa terabaikan.

"Eh, maaf Ma."ucap mereka berdua sambil mengaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ma, sekarang Dira bakalan sering main kesini. Karena disini ada Mama, ada Nisa yang temenin Dira. Kalo di rumah Dira, hanya ada Mbok Lastri aja. Semuanya nggak sayang Dira." Tak sengaja Dira meneteskan air matanya saat menceritakan keluarganya. Nisa langsung memeluk sahabatnya itu dan memberinya motivasi.

"Udah ah, jangan sedih sedih. Kan di sini ada gue, ada Mama yang selalu ada buat Lo." Ujar Nisa

"Kalo gitu Mama ke pasar dulu. Dira, titip Nisa yah. Dan kamu Nisa, istrahat jangan belajar dulu nanti kepalanya tambah pusing lo." Titah Mama Nisa.

"Baik Ma. Serahkan aja sama Dira Ma, nanti biar Dira aja yang marahin kalo Nisa nggak istrahat." Kata Dira

"Iyya Ma." Timpal Nisa

"Kalau begitu jaga diri kalian baik baik yah, Mama pergi dulu. Kalau kalian lapar, ambil saja di kulkas." Ucap Mama Nisa sebelum meninggalkan mereka berdua.

***


Semangat Dira yang tak pernah surut kiang pasang menyeka ombak yang semakin menderu, bahkan kelalaian waktu baginya merupakan langkah awal menuju kegagalan. Hari ini Dira go to school amat kepagian hingga ia tak ke rumah Nisa ngajak bareng ke sekolah.

Sebenarnya Dira memang sengaja tak menjemput Nisa khusus untuk hari ini soalnya ada suprise yang ingin ditunjukkannya pada Nisa. Dira yang lebih dulu datang di kelas sedang bercengkrama dengan beberapa teman yang juga datang cepat hingga Nisa datang dengan raut muka masem lagi acuh tak acuh menuju kursi paling pojok kelas. Tak biasanya Nisa berlaku demikian hingga Dira yang tadinya mikir untuk minta maaf soal yang tadi tak jadi karena rasa kesal atas sikap Nisa yang masem banget. Sepatah kata tak di ucapkan sama sekali oleh Nisa hingga ia memilih untuk diam dan menelungkupkan kepalanya di kedua lipatan tangannya, memikirkan nasib yang seperti tak ada orang yang bisa memahaminya sebab kehisterisannya. Entahlah...

~Flashback On~

Tak lama kepulangan Dira dari rumahnya Nisa, bapak kepala sekolah menelponnya.

"Halo, Assalamu alaikum. Dengan Dira ?" Ucap pak kepsek-nya

"Iyya, Walaikum salam. Maaf dengan siapa ?" Nisa bingung karena nomor ini tak dikenal.

"Saya bapak Ardi, kepala sekolah kamu." Ucapnya.

"Oh iya pak. Ada apa ?"

"Begini nak. Besok kamu sudah les privat sama Si Elvan karena setelah bapak melihat kondisi dan waktu ternyata kalau lesnya di mulai minggu depan, sepertinya materi lombanya tidak akan selesai. Maka dari itu kita harus bergerak cepat karena ingin membawa sekolah kita di tingkat nasional tahun ini." Jelas pak Ardi.

Nisa yang kaget mendengar semua itu, hanya bisa berkata " iyya pak." Saking kagetnya, ia tak bisa tidur memikirkan perkataan Bapak Kepala Sekolahnya di telepon.

~Flashback off~

Dira masih menunggu Nisa memulai pembicaraan. Tetapi, sampai bel berbunyi pun tak ada sepatah kata yang di ucapkan Nisa. Bahkan di jam pertama mereka saling diam-diaman, tak ada yang memulai pembicaraan. Hari ini begitu berbeda, tak ada lagi Dira yang antusias menceritakan dan mendekati Elvan, dan tak ada lagi Nisa yang bersemangat.

Kali ini waktu terasa berjalan sangat cepat, mereka berdua hampir tak menyadari bel istrahat berbunyi karena bergulat dengan pikirannya masing-masing.

Kring... kring... kring...

Satu persatu siswa di kelasnya keluar, hingga tinggallah Dira, Nisa dan Elvan. Nisa yang memilih menenggelamkan wajahnya di kedua lipatan tangannya, Elvan yang sibuk membaca novel, dan Dira yang mulai bosan dengan keadaan seperti ini akhirnya Dira memecahkan suasana hening tersebut.

"Nis, lo kenapa sih ?" Tanya Dira

Nisa tak menjawab, ia masih nyaman dengan posisinya.

"Gue tau sekarang lo pura pura nggak denger gue, tapi gue udah nggak tahan dengan diam diaman kayak gini Nis. Kalo gitu gue itung sampe tiga kalo lo nggak bangun gue bakalan musuhin lo selamanya." Ancam Dira agar Nisa bangun dari posisinya.

Nisa langsung menegakkan tubuhnya dan berkata " emang lo bisa musuhin gue ?" Tanya Nisa.

"Yah bisalah."sambil mengibaskan rambutnya.

"Coba aja."

"Jadi nantangin nih. Tapi, sebelum itu gue mau nanya sama lo. Dari tadi kok lo nggak ngajak gue bicara ? Lo marah sama gue gara gara kemarin ? Lo nggak suka gue panggil Mama lo dengan sebutan Mama? Lo marah karena gue nggak jemput lo ? Atau gimana sih." Tanya Dira yang bertubi tubi kepada Nisa.

"Nggak ada sangkut pautnya sama yang kemarin Dira sayang." Sambil mencubit pipi Dira yang bagaikan bakpau. "Besok aja yah gue ceritainnya sama lo, hari ini gue bener bener nggak punya tenaga. Dan maaf karena gue nggak nyapa lo hari ini." Nisa langsung mencium pipi kanan sahabatnya itu dan kembali menenggelamkan wajahnya seperti posisinya semula.

Tak sengaja Elvan tersenyum walau hanya beberapa detik karena matanya tak sengaja menyaksikan pertengkaran kecil yang terjadi antara Nisa dan Dira. Ternyata Dira yang ia lihat sebelumnya berbeda dengan hari ini, ia ternyata mempunyai sisi baik. Sedangkan Nisa mempunyai banyak hal menarik dari dirinya di mata Elvan. Tapi, Elvan masih belum bisa membuka hatinya untuk seseorang karena kejadian masa lalunya tak ingin terulang lagi. Ia tak ingin kecewa untuk kedua kalinya.

~Tbc~

Elvan mulai tertarik nih sama Nisa. menurut kalian akankah Elvan membuka pintu hatinya ???

Piss Damai✌

Lay

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang