Kini tibalah Elvan di sebuah rumah mewah yang tak lain dan tak bukan adalah rumahnya. Elvan menggendong Nisa ke kamar mamanya karena ia tidak sadarkan diri alias pingsan.
"Bi...Bi...Bibi." teriak Elvan
"Iya Den. Ada apa ?" Tanya Bibi sambil mengerutkan keningnya karena melihat Elvan membawa seorang gadis untuk pertama kalinya.
"Jangan mikir macem macem Bi. Entar Elvan jelasin. Pokoknya sekarang, Bibi gantiin dia baju dulu." Ucap Elvan
"Baik Den." Kata Bibi sembari mengangguk angguk.
Beberapa menit kemudian, Nisa sadarkan diri. Perlahan matanya terbuka dan ia merasa aneh. Bajunya yang ia pakai berbeda dengan sebelumnya, dan pakaiannya tergantung rapi disampingnya. Nisa berusaha mengingat kejadian sebelum pingsan, dan ia baru sadar bahwa pasti Elvan yang membawanya kemari.
"Elvan...Elvan...Elvan." Teriak Nisa dengan muka memerah, kini Nisa benar benar marah atas yang di perbuat oleh dirinya.
Saat menemukan sosok Elvan, Nisa langsung melemparinya bantal yang ia pegang saat jaraknya sudah dekat.Elvan yang sedang duduk santai dan menikmati film kesukaannya, terlonjak kaget. "Apa-apaan sih lo ? Kayak hilang akal aja."
"Lo masih nggak merasa bersalah. Dasar yah lo." Kata Nisa sambil memukul mukul Elvan.
Elvan yang merasa tersakiti, menghindar atas perlakuan kasar Nisa. Terjadilah kejar-kejaran dan lempar bantal. Hingga akhirnya, Bibi datang membawa sebuah makanan dan tak sengaja Nisa menabraknya
Brukkk,,,
Nisa dan Elvan terlonjak kaget. Betapa kagetnya Nisa saat melihat kaki Bibi mengeluarkan darah segar akibat pecahan kaca di lantai.
"Mana kotak P3K lo ?" Ucap Nisa panik.
"Di lemari." Jawab Elvan sembari menunjuk lemari yang di maksud.
Saat mendapatkan kotak P3K, Nisa berlari ke arah Bibi dan mendudukkannya di sebuah kursi. Kemudian, Nisa membersihkan darah yang keluar dan membalutinya dengan perlahan.
"Bibi, nggak kenapa-kenapa ?" Tanya Elvan
"Nggak kok Den. Cuma tergores sedikit aja." Jawab Bibi
"Ini semua gara gara lo tau." Kata Elvan sambil menunjuk Nisa
"Kok gue ?"
"Kan lo yang nabrak Bibi gue."
"Itu juga karena Lo. Jadi lo juga salah."
"Eh, kok gue. Lo yang mulai duluan kan ?"
"Emang. Tapi semuanya bermula dari Lo." Ucap Nisa yang emosinya mulai terpancing.
"Kok gue mulu sih ?"
"Emang ya lo, nggak peka banget. Lo seharusnya jelasin ke gue, kenapa lo bawa gue ke sini dan kenapa gue pake baju ini." Kata Nisa yang berusaha membesarkan suaranya.
"Gimana jelasinnya. Lo dateng-dateng langsung marah marah dan lemparin gue bantal."
"Udah Den, Non. Kalian ini kayak tom and jerry saja." Ujar Bibi untuk melerai mereka berdua."Begini, yang gantiin baju Non itu bibi. Den Elvan nggak berbuat apa-apa kok Non." Lanjutnya.
"Denger tuh, makanya jangan ke geer an." Seru Elvan
"Hehehhehe. Iyya Bi." Ucap Nisa seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tidak membalas perkataan Elvan karena pasti tiada akhirnya jika ia tak mengalah.
"Lo pasti udah mikir aneh-aneh yah ?" Tanya Elvan sambil menahan senyumnya.
"Yah enggaklah. Gue cuma--"
"Cuma apa ?" Potong Elvan yang masih menahan senyumnya.
Nisa menghiraukan pertanyaan Elvan karena memang ia tak tahu harus menjawab apa. Nisa menghampiri Bibi untuk membantunya membersihkan pecahan kaca yang berserakan.
"Nggak usah Non. Ini udah pekerjaan Bibi." Ucap Bibi sambil menahan tangan Nisa agar tak memegangnya.
"Nggak papa Bi. Ini juga kesalahan Nisa."
"Nggak usah Non."
"Lo mending ke dapur daripada bantuin Bibi. Perut gue udah keroncongan nih." Kata Elvan sembari memegangi perutnya.
"Nggak usah Den,biar Bibi aja. Kasian Non-nya baru sadar." Timpal Bibi
"Biarin aja Bi. Kan dia yang buat salah."
"Nggak papa Bi. Nisa bisa kok." Ucap Nisa sambil tersenyum."yaudah, kalo gitu tunjukin gue dapurnya." Lanjutnya dengan wajah datar.
Elvan berjalan menuju ke dapur, di ikuti oleh Nisa.
"Van." Panggil Nisa dengan suara lembutnya.
Yang di panggil pun membalikkan badannya menghadap Nisa, "apa?" Tanya Elvan dengan nada dinginnya.
"Boleh nggak makanannya pesen online aja, bukan karena gue nggak bisa masak tapi kan lo tau ini udah malem banget. Apa kata mama gue nanti kalo gue pulang larut malam apalagi kan gue ini cewe. Nggak baik pulang malem-malem." Jelas Nisa dengan pelan agar Elvan mengerti.
Setelah Elvan fikir-fikir, ternyata ada benarnya juga. Jadilah dia mengantar Nisa ke rumahnya. Saat hampir di gerbang rumahnya, Elvan melihat seseorang yang berdiri sambil celingak-celinguk seperti menunggu kedatangan seseorang yang tak lain adalah Mamanya Nisa.
"Assalamu alaikum Ma." Ucap Nisa setelah turun dari motor Elvan dan mencium punggung tangan mamanya. Elvan pun melakukan hal yg sama.
"Kamu darimana aja sih, buat mama khawatir aja." Ujar Mama Nisa, " trus dia siapa?" Tanyanya dengan melihat Elvan.
"Teman sekelas Ma." Jawab Nisa.
"Maaf Tan sebelumnya, saya nggak bermaksud bawa anak Tante malam-malam begini. Soalnya tadi dia pingsan trus saya nggak tau rumahnya di mana, jadi saya bawa ke rumah dulu Tan. Tapi saya nggak berdua kok Tan, dirumah ada Bibi juga." Jelas Revan panjang lebar sebelum Mama Nisa berfikir yang aneh-aneh.
"Baguslah. Kalau begitu, masuk dulu Nak. Nggak baik bicara di luar begini." Ajak Mama Nisa.
"Tapi Tan ...
"Tante nggak nerima penolakan." potong Mama Nisa dengan tegas lalu menuju ke dalam rumah.
"Masuk aja. Nanti Mama gue mikir macem-macem kalo lo nggak masuk." Ucap Nisa sebelum mengikuti Mamanya.
Elvan bergelut dengan pikirannya beberapa detik, akhirnya ia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah yang sederhana tersebut yang tak lain adalah rumah Nisa.
'Nyaman' itulah kata yang bisa menggambarkan perasaan Elvan saat pertama kali memasuki rumah Nisa. Entah apa yang membuatnya nyaman. Padahal rumah Nisa tak begitu mewah seperti yang ada di rumahnya.
"Duduk dulu Nak." Ucap Mama Nisa dengan lembut.
"Iyya Tan."
"Nama kamu siapa Nak ?" Tanyanya
"Elvan Tan." Jawab Elvan
"Ma, Nisa ke dapur dulu yah buat makanan sama minumannya." Izin Nisa sebelum ke dapur karena ia tahu bahwa tadi Elvan belum sempat makan, "sambil nungguin Nisa, mama ngobrol aja sama Elvan." Lanjutnya
"Oh iya mama sampe lupa, yaudah buat yang cepat yah lagian mama juga lapar nungguin kamu daritadi." Ujar Mama Nisa.
"Siap ma." Nisa langsung beranjak menuju dapur.
Semenjak Nisa meninggalkan Mamanya dengan Elvan, banyak hal yang di tanyakan Mama nisa kepada Elvan dan ada beberapa hal juga yang diberitahu mengenai trauma yang di alami oleh Nisa. Dan mulai saat ini Mama Nisa mempercayakan Elvan untuk menjaga Nisa dari traumanya karena merasa Elvan adalah anak yang baik baik.
~♡~
Kira-kira trauma apa yah yang pernah di alami Nisa ? Dan apakah trauma Nisa bisa membuat Elvan lebih dekat dengannya?
Piss Damai ✌
LaY
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema
Novela JuvenilKisah seorang gadis yang merelakan seseorang yang dicintainya demi sahabat tercintanya. Bagi Nisa persahabatannya jauh lebih berharga daripada perasaannya. Tapi apakah ia sanggup menahan perasaannya lebih lama lagi ??? Penasaran👇 . . . . . Baca yuk...