Perspektif

91 19 5
                                    

Jakarta 2018

Bel pulang sekolah berbunyi. Para siswa berhamburan keluar dari kelas  menuju gerbang depan sekolah. Pak Didin sang satpam hampir kewalahan dengan  tindakan murid yang menyuruhnya cepat-cepat membuka pintu gerbang.

"Ehh sabarr tohh,, ini bapak juga sudah  cepet nduuk.." respon pak Didin terhadap makian para siswa. Kakinya tetap ia langkahkan menuju gerbang, sedikit terhambat oleh desakan siswa sedangkan tangannya sibuk mencari kunci gerbang ditas selempangnya.

"Ahh.. ngopi-ngopi baee pakk.. cepett!!" Teriak salah satu siswa cowok diikuti dengan jawaban dari temannya yang pro terhadap hujatan dirinya  kepada pak Didin.

Gerbang dibuka. Bisa kalian bayangkan bagaimana keadaan saat ini. Banyak siswa yang berlomba-lomba keluar gerbang sekolah,, seakan mereka tak sudi untuk menginjakan kaki mereka diarea sekolah.

"Astaghfirullah.. anak-anak jaman sekarang... memang ndak ada sopan santunnya.." bisik pria berkepala 5 itu yang berprofesi sebagai satpam sekolah. Ia sering mendapat cacian dan makian dari para siswa dan siswi disekolah ini. Sampai-sampai dirinya sudah dua kali pernah menulis surat pengunduran diri kepada pihak yang berwajib disekolah ini. Tapi apa daya,, orang macam pak Didin lah yang  sekolah ini butuhkan untuk menjaga keamanan sekolah. Sikap jujur dan tanggung jawabnya tak usah dipertanyakan. Itulah alasan para staf sekolah mempertahankan pak Didin dengan profesinya.

Pak Didin mengusap dadanya, seakan ia ingin mengakhiri pemandangan tak sedap prilaku siswa disekolah ini. Lalu ia kembali ketempat duduk miliknya, temannya sudah menanti dengan kopi hangat yang barusan ia pesan.

***

"Ehh.. bel pulang udah bunyi cuyy,, belom pulang??!" Tanya gadis dengan paras cantik tapi terlihat agak berantakan.. ya,, terutama pakaian dan rambutnya. *untung bukan muka yang kusut yaa mbook😨

"Hhhh,, Lice.. gue lagi ngomong sama luu!!"

"Kebiasaan nihh anakk!!"

"Lice!!" Ucap perempuan cantik itu sedikit memukul meja. Tapi.. gadis disampingnya sama sekali tidak merespon usaha teman sebangkunya itu.

Dae sudah kehilangan kesabarannya.

"Alice Elisa yang cantik imut nyegeriinn.. pacarnya Daffa yang gantengnya minta ampunn.. dan cerewetnya juga kagakk kelewatt!! Hh..hh..hh.." Dae memilih berteriak dan melontarkan semua kalimat itu dengan satu tarikan nafas. Alhasil ia menghirup udara dalam-dalam setelah selesai berteriak.

"Iyahh Dae sayang,," wanita yang biasa dipanggil Alice itu akhirnya merespon. Dan tentunya responan yang Dae benci. Dae membenci Alice yang berlagak sok imut dan anggun bak putri ratu.

Dae hanya menatap Alice.

"Ada apa manggil aku?"

"Hhh,, nggak jadi nanya. Energi gue buat ngomong sama lu udah terkuras saat manggil lu!!" Jawab Dae lemas.

"Hmmm,, yaudah dehh.. gw lanjut lagi baca bukunya!!" Alice terlihat sedikit kesal. Ia melanjutkan lagi aktifitasnya yang tertunda.

Dae menoleh kesamping kiri, melihat Alice yang terlihat badmood.

"Anjayy.. !! Seharusnya gw yang marah sama luu! Taik luu!" Ucap Dae. Kata-kata sampahnya mulai keluar.

Alice memutarkan pandangannya 90°.

"Dae.. itu enggak boleh diucapin. Itu enggak baik. Capek gw ngingetin lu!!"

"Hh.. serah gw! Mulut mulut gw. Enggak usah lu urusin!!"

Alice hanya menggeleng mendengar jawaban Dae.

"Lu itu ada perubahan dikit kekk,,  udah semester dua nih. Harus ada perubahan dari semester satu kemaren! Dan jangan sampe lu jadi buah bibir  panitia MOPD kemaren yang ngelantik kita. Cukup semester satu Daee!!"

Dae menatap kearah Alice. Keduanya saling bertatapan.

"Lu sahabat gw kan?"

Alice mengangguk.

"..sahabat itu harus mensyukuri kelebihan sahabatnya dan tahan akan hal-hal yang menjengkelkan yang sahabatnya itu lakuin..."

".. gw juga tahan sama lu yang suka cerita tentang alien yang padahal kagak ada. Masa lu kagak tahan sama gw yang bandelnya enggak seberapa..!!"

Dae tersenyum menang. Ia merasa keren dengan kata-katanya.

Sekarang Dae tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Yappp!! Menutup telinganya.

"Biar gw jelasin Dae..  alien itu ada! Alien juga pernah ke Indonesia.. banyak media yang mengumumkan adanya bendah aneh cakram ditahun 59-an..."

"Na na na na.. Dae nggak dengerr.. na na na na.. Dae enggak mau taukk.. na na na na... "

Mungkin Dae akan menutup telinganya hingga fajar tiba.

***

Dae berjalan dengan gontai kearah kelasnya. Kebetulan kelasnya berada dilantai dua, ia harus mempersiapkan energinya untuk menaiki tangga.

Dae, ia merasa bahwa dirinya bandel. Sifat bandelnya tidak bisa ia kontrol,, maksudnya.. dia kurang suka dengan gaya cewek yang sok baik atau apa. Dia lebih suka apa adanya, tak pandai menutupi suatu persoalan. Maka dari itu ia mencoba untuk melakukan relasi dengan lingkungan sekolahnya. Semoga dengan keikut sertaan dirinya sebagai CAPER (calon pengurus) MPK-OSIS,, mereka akan mengerti tentang dirinya.

X Mia 3

Dae melihat plang nama kelas tepat didepan atas pintu kelasnya.

Dae masuk kedalam kelas, ia mendapati Alice yang sedang memasukan buku-bukunya kedalam tas.

"Ehh.. udah kumpulan osis-nya lu??" Tanya Alice, ia menyadari kehadiran Dae. Dae hanya mengangguk, ditambah senyuman khas miliknya.

Keadaan kelas sepi. Teman-teman kelasnya memang banyak yang tak ikut ekskul. Hanya beberapa orang saja dikelas Dae.

"Hari sabtu minggu lu mau liburan kemana Lice?"

"Jangan ngajak gw main .. gw mau fokus sama buku alien gw!!"

Dae tak mau mendengar kata alien yang sering Alice ceritakan. Tapi... sudahlah,, itu sedah terlanjur didengarnya!!

"Hidup lu kurang logis Lice!!"

"Dae.. lu harus tau alien tuhh ada! Emang sih gw sekarang enggak bisa manggil mereka.. karena butuh 1500 thn buat ngasih info ke mereka..." Alice mulai mengeluarkan referensi-referensinya.

"Udah Lice,, gw lgi nggak mau denger bacotan lu!!"

"Kasar amat mbak.."

"Serah gw,,"

***

BUSHHH!! {♤} ¤ {♤}

***


REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang