Mulai?

41 16 1
                                    

BUKKKK!!!

"Aduhh,," Dae sedikit meringis. Ia memegang bahunya yang bertubrukan dengan seseorang. Dae langsung menoleh kesamping, menatap tajam kepada pelaku itu.

Sepertinya ia kenal? Pria yang sedang memilih tas kemarin? Yang ganteng itu? Ahh.. bukan-bukan. Mungkin ini hanya halusinasinya saja,, sehingga ia menganggap orang lain sama dengan pria ditoko tas itu.

"Kenapa lu nggak minta maaf ??!" Kesal Dae yang melihat pria dihadapannya hanya diam saja,, bahkan tanpa ekspresi.

"Kenapa harus minta maaf? Kan kamu yang salah?"

Dae langsung membelalakan matanya setelah mendengar jawaban dari pria tanpa ekspresi itu.

"Kamuu!! Jadi maksudmu??!"

"Kok nanya? Mungkin kamu udah punya jawabannya."

Dae mengerutkan dahinya. Iyaa.. jawaban pria dihadapannya tak salah. Tapi apakah dia tak mengerti bahasa kode atau apa..? Dia seperti orang asing yang mempelajari bahasa indonesia. Kaku. Mungkinkan dia dari luar negeri? Dia murid baru?

"Tauk ahh.. males ngomong sama lu,,"

***
Bel masuk berbunyi. Seperti rata-rata siswa dikebanyakan sekolah. Para siswa langsung berhamburan masuk saat bel dibunyikan.

Dae yang berada didalam ruangan tinggal duduk manis saja.. menunggu guru datang kekelasnya. Tidak rusuh seperti mereka yang masih diluar.

Dae menoleh kesamping kiri. Melihat kearah bangku Alice. Kosong.

"Hhh,, anak itu. Mungkinkah dia tak masuk sekolah karena sudah membaca buku Alien??! Si bodoh ituu!!" Ucap Dae dalam hati.

Tap.. tap.. tap..

Suara langkah guru dengan sepatu pantofel ber-hak nya terdengar begitu jelas. Derap langkahnya menuju kekelas X MIA 3.

"Pagi anak-anak,," sapa Bu Ani. Beliau guru bahasa Sejarah Indonesia.

Tapi seorang pria dengan postur badan tinggi mengikuti bu Ani dari belakang. Wajahnya tampak familier dibenak Dae.

"Kulkas berjalan!!" Gerutu Dae dalam hati. Feelingnya benar. Sesuatu yang buruk akan terjadi pada hari ini.

Kenapa pria ini mesti disini?

"Yaa pagi semua. Sekolah ini kedatangan murid baru. Dia awalnya sekolah diluar negeri tapi pindah dan memutuskan sekolah diindonesia karena menurutnya Indonesia bagus soal pendidikan. Wahhh... Keren kan alasannya??!" Bu Ani yang terkenal modis dan prilakunya yang lebay mulai bertingkah lebay. Karena para siswa telah memaklumi karakternya  mereka langsung merespon "iya.. huhuu.. keren bingittts" dengan ekspresi yang tiada tara.

Lebay sih memang. Mohon dimaklum,, karena hampir semua orang disini aneh-aneh.

"Baik kalo begitu saatnya mengatakan..." bu Ani mulai mengaba-aba.

"Selamat datang diSMASH,, semoga betah dan syuka sekolah ini.. yeee" para siswa serentak berkata seperti itu setelah diaba oleh bu Ani.

Dae memalingkan wajah. "Cihh.. modal tampan dia. Paling pindah dari luar negeri karena iq nya pas-pasan.."

"Okeh,, sekarang kamu boleh perkenalan.." ucap bu Ani mempersilahkan anak baru itu berkenalan.

"Okehh.. halo semua. Perkenalkan nama saya Zulfan Permana,, kalian bisa manggil saya Zulfan. Ya sesuai yang dikatakan guru kita,, saya pindahan dari program abroad. Yap! Mungkin cukup perkenalan dari saya, semoga kita bisa berteman baik.." Seselesai Zulfan kenalan para siswa dibuat kagum oleh Zulfan. Mereka berharap menjadi teman baiknya Zulfan,, adapun yang ingin menjadi pacarya. Tapi lain lagi dengan Dae.

"Sumpah demi apapun gw baru denger orang perkenalan diri segitu nya.." lagi-lagi Dae berbisik dalam hati.

"Okehh Zulfan,, sekarang kamu boleh memilih bangku sesuka mu.."

"Yang itu.." Zulfan menunjuk kearah bangku Alice.

Dae langsung membelalakan mata.

"Yang ini udah ada pemiliknya. Lu cari lagi bangku lain." Dae menolak mentah-mentah.

"Daee..." sinis bu Ani.

"Tapi buu.."

"Yaps! silahkan Zulfan. Kamu boleh duduk disamping Dae,," ucap bu Ani dengan senyumannya.

Sungguh,, teman-teman Dae dibuat iri oleh Dae.

Dae ingin meronta, berteriak, melabrak... hari ini benar-benar sial baginya!!

"Haii.. salken,," sapa Zulfan. Dae tak menjawab. Bahkan Dae tak menoleh kearah Zulfan.

Dae benar-benar susah mengendalikan mood-nya. Jika seperti ini,, apa yang harus dirinya lakukan? Bagaimana menjelaskan semua ini kepada Alice? Rasanya berat,, tak sebangku dengan orang yang sudah akrab. Bukan itu saja yang ada dipikirannya sekarang,, Dae berpikir hubungan pertemanan dirinya dan murid baru itu akan tak baik. Ia masih terngiang-ngiang kejadian tadi pagi.

Selama pelajaran sejarah indonesia berlangsung.. tak ada percakapan sama sekali antar keduanya. Apakah karena bangku mereka berada paling depan? Sehingga mereka memilih etika kepada guru kebanding etika kepada teman sebangku? Entahlahh,, hati mereka yang tau.
***
Bel istirahat tlah tiba dari 5 menit lalu. Para siswa telah siap dengan bekal adapun yang beli jajanan dikantin. Mereka mulai menghampiri kearah bangku Zulfan.

"Salken.. gw shasha.." ucap Shasha. Yaa,, Shasha terkenal dengan gosipnya yaitu sianak orang kaya. Bahasa kasarnya,, Shasha hanya bermodalkan orangtua.

"Zulfan,,"

Semua yang berkumpul hampir semuanya memperkenalkan diri. Ingin namanya diingat oleh anak permata dihadapannya.

"Oyaahh Fan,, lu nggak ke kantin? Atau mungkin bawa bekal dari rumah?"

"Engga,,"

"Zul gw mau nanya dehh.. nama sekolah lu diabroad apa? Biar kita searching.. hhe,,"

"Oxford"

"Wooooww,," semua siswa berdecak kagum.

"Klo gitu .. gw nggak jadi searching,, hhe"

"Zul,, berarti lu di oxford cuman bentar? Terus ... waktu smp lu diindo?" Tanya Dwi.

"Iyh bentar,, smp aku diJFK"

"D mana itu zul? Luar negri juga?"

"Swiss"

Lagi-lagi mereka dibuat kagum.

Dae menggaruk kepalanya yang gatal. Sungguh,, Dae lebih memilih baca buku yang dibelinya kemarin pada saat jalan kedaerah perkotaan. Ia sama sekali tak tertarik untuk bermuka baik kepada Zulfan.

"Oyahh.. yang pinter dipelajaran eksak siapa?" Tanya Zulfan.

Siswa-siswa yang berkumpul disitu rasanya ingin mengakui bahwa dialah yang bagus eksaknya. Rasanya kenalan dengan Zulfan sia-sia.

"Dae.." jawab mereka akhirnya dengan senyum terpaksa sambil menunjuk kearah wanita yang sedang baca buku itu.

Zulfan melirik kearah Dae. Ia menganggung-anggukan kepalanya.

"Ternyata dia pintar,, haruskah aku berhati-hati?" _Dimengerti_

***


REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang