Bukti samar

21 13 5
                                    

"Banyak yang ingin berada dibelakang seseorang yang melindungi kita dalam keadaan gentir. Dan aku berharap,, kamu melingdungiku.. karena hati,, bukan karena hausnya eksistensi.."
~Dae
***
Suasana masih tegang. Belum ada yang mengawali pembicaraan. Dan didetik selanjutnya seseorang memecahkan ketegangan yang hadir dalam keheningan ini.

"Baik,, biasa ajah ya jangan tegang. Karena kami sedang berinteraksi dengan kalian yang notabenenya adalah siswa.. jadi kita santai ajah yaa,," ucap pria yang memakai kacamata dengan rambutnya yang sudah beruban.

Dae kurang tau pasti siapa pria itu. Tapi dari tampilan fisik,, Dae bisa berpendapat bahwa beliau lebih tua diantara ketiga pria dihadapannya.

"Maaf. Izinkan kami memperkenalkan diri kami terlebih dahulu.." lagi-lagi bapak pemilik kacamata itu berucap dengan sopan dan lembut. Gerak-gerik dan gayanya,, jelas jauh berbeda dari khayalan menyeramkan milik Dae.

Dae tersenyum kikuk, tak tau harus apa. Dae juga sedikit bergaya hormat dengan menundukan tubuh dalam posisi duduknya.

"Ini pak Danil,, beliau kepala sekolah disini. Meskipun beliau lebih muda dari saya.. tapi saya sangat puas dengan kepemimpinannya sebagai kepala sekolah sekarang. Dan disebelah kiri pak Danil itu pak Supriadi, beliau junior kami disini.. karena beliau baru bergabung dengan sekolah kami beberapa tahun kebelakang. Meskipun begitu.. pengalaman beliau luar biasa. Pak Supriadi baru menyelesaikan pendidikan S1 nya diTurki. Dan perkenalkan nama saya Hendra,, saya sebagai sie pendidikan disekolah ini..."

".. yaa... mungkin itu cukup perkenalan dari kami,, jadi kalian tidak bingung lagi kan kami siapa. Pak Danil, pak Supriadi dan pak Hendra.. hhe,," pak Hendra mengingatkan Dae dan Zulfan akan nama rekan kerjanya dan dirinya.

Dae hanya tersenyum hormat. Entah apa yang harus ia lakukan,, ia merasa kikuk karena disini dirinya dijudge sebagai 'TERSANGKA'.

Suasana terasa aneh beberapa saat. Tetapi pak Hendra lagi-lagi berhasil menormalkan suasana.

"Okeh,, kita netral ajah. Tujuannya kamu dipanggil kesini Dae, kita hanya akan diskusi.. membicarakan hal yang menjadi perbincangan besar mungkin, bagi sebagian pihak.."

Dae mengangguk. Dae tau.. ini inti dari pertemuan ini.

".. nah jadi,, kamu .. curhat aja sama kita.. kenapa kamu ngelakuin itu?" Pak Hendra bertanya dengan bahasanya yang srekk dihati Dae. Tak begitu se-menyakitkan dibayangan Dae.

Dae menatap kearah kanan,, bertatapan dengan Zulfan. Dae meminta bantuan. Yaa.. meskipun Dae tau,, tak ada hal yang bisa pria itu bantu. Dae kembali menatap kearah pak Hendra .. lalu ia menunduk.

"Ouuh iyhh,, bapak belum tau siapa ini. Temen kamu ya? Namanya siapa? Atau.. pacar kamu Dae?? Hhe"

Pak Hendra menanyakan Zulfan. Pertanyaan pak Hendra diakhir, membuat Dae sedikit tak nyaman dengan pria disamping kanannya.

Dae tersenyum singkat kepada pak Hendra lalu menjawab pertanyaan dari lelaki dengan uban dikepalanya itu,, meski sebelumnya Dae tak berani berkata.

"Mmmmhh,, iyah pak kenalin.. ini Zulfan.. temen saya,,"

Ke-3 pria berwajah dewasa itu tersenyum kearah Zulfan. Zulfan membalas senyumannya sopan.

REALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang