Pada saat kematian Henry pada tahun 1547, putranya Edward, yang masih muda, memerintah selama enam tahun.
1. Edward menghentikan penganiayaan terhadap kaum Protestan, dan bahkan memberikan pengampunan kepada sejumlah kriminal; tetapi penganiayaan terhadap kaum Baptis berlanjut. Sedikitnya dua orang Baptis dibakar di tiang bakar selama pemerintahan Edward.
2. Walaupun demikian, jumlah kaum Baptis terus meningkat pesat. Uskup John Hooper menulis pada tahun 1549 untuk mengeluh tentang "kawanan domba Anabaptis" di London yang "memberikan saya banyak masalah." Sangatlah jelas melalui pernyataan-pernyataan lain dari otoritas-otoritas gereja pada waktu itu bahwa ada sebuah gereja Baptis yang terorganisir yang menjalankan upacara-upacara Kristiani. Kita telah melihat bahwa kaum Baptis eksis di London pada masa pemerintahan Henry. Juga ada gereja-gereja Baptis di distrik Kent pada paruh pertama tahun 1500an. Pada Juni 1550, Uskup Hooper menulis, "Distrik itu tergoncang oleh semangat Anabaptis lebih dari bagian kerajaan yang lain manapun" (Ellis, Original Letters, I. 87).
3. Humphrey Middleton adalah seorang Baptis yang dipenjarakan selama bertahun-tahun pada masa pemerintahan Edward. Taktik yang brutal ini didukung oleh reformator Protestan, Thomas Cranmer. "Ketika Cranmer menjatuhkan hukumannya yang berat [melawan Middleton], si tokoh Baptis yang pintar itu menjawab, "Tuan reverend, jatuhkanlah hukuman apa yang menurutmu pantas untuk kami. Tetapi supaya jangan nanti anda berkata anda tidak diperingatkan, saya bersaksi sekarang bahwa berikutnya bisa saja giliranmu." Hanya beberapa tahun kemudian, sang Protestan Cranmer, yang telah mendukung pemenjaraan dan pembakaran kaum Baptis, dirinya sendiri dibakar oleh Ratu Mary yang Katolik (Evans, Early English Baptists, volume 1; Foxe, Martyrs).
4. Pada Mei 1549, Joan Boucher ditangkap. Dia adalah seorang wanita Anabaptis dari Kent, kemungkinan seorang anggota sebuah jemaat kecil di kota Eythorne. Dia adalah seorang wanita yang memiliki cukup banyak harta dan sering berkunjung ke istana kerajaan selama zaman Henry VIII dan Edward. Dia juga adalah teman dekat dari Anne Askew yang saleh, yang dibakar pada zaman Henry VIII, dan seperti Anne, mencintai Perjanjian Baru Tyndale dan mendistribusikan salinan-salinannya kepada orang-orang lain dengan bahaya besar untuk dirinya sendiri. Dia juga mengunjungi orang-orang tahanan dan memakai kekayaannya untuk meringankan orang-orang yang menderita demi iman mereka.
Pada saat dia ditangkap, Joan dituduh mempercayai "bahwa Kristus tidak menjadi daging dari Perawan Maria," tetapi tuduhan itu sama sekali tidak benar. Dia memegang kepercayaan yang eksentrik dan salah bahwa Maria memiliki dua benih, satu benih alami dan satu rohani, dan bahwa Kristus adalah dari benih rohani. Jika membaca catatan pengadilan, sulit untuk mengetahui persisnya apa yang dia maksudkan, tetapi satu hal ini jelas: dia dengan jelas bersaksi bahwa Maria adalah seorang perawan ketika Yesus dilahirkan dan bahwa dia menerima Kristus sebagai baik manusia maupun Allah dan sebagai Anak Allah yang lahir dari perawan. Jadi, jika dia mempercayai hal-hal aneh mengenai benih Maria, jelas itu bukanlah kesalahan yang lebih besar dari baptisan bayi dan regenerasi melalui baptisan, dan ketidakberdosaan Maria, yaitu kesalahan-kesalahan yang dipegang oleh orang-orang yang menghukum Joan.
Gereja Inggris membakar Joan dari Kent hingga mati pada 2 Mei 1550.
5. Tokoh Baptis lainnya yang mengalami kemartiran di bawah rezim Edward VI adalah George van Pare (atau Parris), seorang ahli bedah dari Jerman. Adalah suatu noda hitam yang menyedihkan atas nama yang sangat bagus, yaitu penerjemah Alkitab Miles Coverdale, karena dia duduk sebagai hakim atas pengadilan Pare. Pare dibakar hidup-hidup pada April 1551. "Dia menderita dengan keteguhan pikiran yang kuat, dan mencium tiang bakar dan kayu bakar yang akan dipakai untuk menghanguskannya" (Burnet, History of the Reformation, II).
6. Contoh lain penganiaya dari pihak Protestan di Inggris adalah John Hooper. Dia adalah seorang pemimpin di Gereja Inggris selama pemerintahan Edward, dan pada tahun 1549, dia menulis kepada pemimpin Protestan, Henry Bullinger di Jenewa, untuk mengeluh masalah "kawanan Anabaptis" yang "membuat banyak masalah bagi saya" (Ellis, Originial Letters Relative to the English Reformation, I. 65).
Hooper, sang Protestan yang menganiaya kaum Baptis itu, belakangan dibakar juga oleh Ratu Mary yang Katolik.
7. Contoh lain adalah Nicholas Ridley, yang dibakar oleh Ratu Mary pada 17 Oktober 1555 (pada waktu yang sama dengan Latimer). Seperti Thomas Cranmer, Ridley terlibat dalam penghukuman mati Joan Bucher (Joan dari Kent) selama pemerintahan Edward VI. Ridley juga terlibat dalam pembakaran George van Pare pada tahun 1551. Hukuman mati tokoh Anabaptis ini ditandatangani oleh Ridley, Cranmer, dan Coverdale.
8. Tokoh Protestan, John Philpot, yang dibakar oleh Ratu Mary pada 18 Desember 1555, juga mendukung pembakaran Joan dari Kent. Philpot bersaksi, "Mengenai Joan dari Kent, dia adalah seorang wanita murahan (saya mengenal baik dia), dan sungguh seorang penyesat, sangat pantas untuk dibakar..." (Philpot's Work's, Parker Society, hal. 55). Demikian juga yang dikatakan oleh Ratu Katolik Mary tentang sang Protestan Philpot.
9. Contoh lain lagi dalam urusan yang menyedihkan ini adalah John Rogers. Dia juga mendukung pembakaran Anabaptis, Joan Boucher. Sejarahwan John Foxe, yang memperlihatkan kebaikan dirinya, menentang pembakaran tersebut, dan mencoba untuk menyelamatkan wanita tersebut dari pengadilan itu. Foxe memohon temannya Rogers untuk membantunya. Rogers menolak, dengan berkata bahwa dia
[Joan] perlu dibakar dan berbicara tentang kematian melalui pembakaran sebagai sesuatu yang ringan. Foxe menarik tangan Rogers dan menjawab, "Nah, bisa jadi bahwa kamu sendiri akan suatu hari diperhadapkan kepada pembakaran yang ringan ini" (Thomas Armitage, A History of the Baptists, 1890).
Kita bertanya-tanya apakah Rogers ada memikirkan pernyataan tersebut, ketika beberapa tahun kemudian dia digiring keluar ke setumpuk kayu bakar dan dibakar di hadapan istri dan 11 anaknya oleh Ratu Katolik Mary.
10. Hugh Latimer juga adalah seorang reformator Protestan lainnya yang terkenal yang mendukung penganiayaan dan pembakaran kaum Baptis pada zaman Edward. Latimer dibakar oleh Ratu Katolik Mary pada 17 Oktober 1555, tetapi sebelum itu dia sendiri tangannya berlumuran darah orang-orang kudus. Dia adalah uskup London di bawah Edward VI, dan walaupun dikabarkan bahwa dia adalah seorang yang baik hati, kebaikan itu tidak berlaku bagi kaum Anabaptis. Dalam salah satu khotbah yang dia sampaikan di hadapan Raja Edward, Latimer menyebut para Anabaptis "penyesat-penyesat beracun" dan mengacu kepada pembakaran mereka, dengan dingin berkata, "Ya, biarkan mereka pergi" (Cranmer's Sermons, Parker Society, vol. v).
Mengenai martir mereka sendiri, kaum Protestan jelas tidak menunjukkan sikap yang sama, "Ya, biarkan mereka pergi" -- dengan kata lain, bagus sekalian hilang sana. Mereka sama sekali tidak memiliki sikap ini. Para sejarahwan Protestan, seperti Foxe dan Wylie dan ribuan lainnya, telah mendirikan peringatan-peringatan besar untuk ingatan akan martir-martir mereka, tetapi sejarahwan-sejarahwan yang sama ini secara umum tidak menyinggung sedikit pun kecuali cercaan bagi ingatan akan kaum Baptis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penganiayaan Kaum Protestant
Non-Fictionoleh Dr. David Cloud (Penerjemah: Dr. Steven Liauw) Walaupun para Reformator Protestan dari abad ke-16 hingga abad ke-18 menuntut kebebasan beragama dari Gereja Roma Katolik, dalam banyak kasus mereka tidak memberikan kebebasan itu kepada pihak la...