III. JOHN CALVIN DI JENEWA ADALAH SEORANG PENGANIAYA

32 0 0
                                    

1. Calvin memaksakan doktrin dan prinsip-prinsip Kristiani dengan todongan pedang. Pada Oktober 1563, pemerintah Jenewa membakar hingga mati Michael Servetus karena kesesatan. Servetus berpegang pada pandangan unitarian dan jelas adalah seorang guru palsu, tetapi Perjanjian Baru sama sekali tidak pernah menginstruksikan gereja-gereja Tuhan untuk membunuh guru-guru palsu. Hukuman mati Servetus didukung bukan hanya oleh Calvin, tetapi juga oleh Melanchthon di Jerman dan Bullinger di Jenewa dan pemimpin-pemimpin Protestan lainnya yang dimintai pendapat tentang kasus tersebut.

2. Orang-orang lain juga dihukum mati di bawah pengawasan Calvin. "Sedemikian setujunya dia dengan tindakan-tindakan penganiayaan itu, sehingga dia menulis sebuah buku untuk mempertahankannya, yaitu mempertahankan legalitas mematikan para penyesat; dan dia menerapkan teori-teori kaku ini kepada prakteknya, dalam perlakuan dia terhadap Castellio, Jerom Bolsee, dan Servetus, orang-orang yang nasibnya sudah diketahui umum sehingga tidak perlu diulangi di sini. Pada konsili Jenewa 1632, Nicholas Anthoine dijatuhi hukuman pertama-tama digantung, dan lalu dibakar, karena menentang doktrin Tritunggal..." (J.J. Stockdale, The History of the Inquisitions, 1810, hal. Xxviii).

3. Pada zaman Raja Edward VI di Inggris, Calvin menulis sebuah surat ke Lord Protector Somerset, dan menghimbau dia untuk membunuh para Anabaptis: "Mereka ini semua pantas untuk dihukum dengan pedang, karena mereka sungguh bersekongkol melawan Allah, yang telah menempatkan dia di kursi kerajaannya" (John Christian, A History of the Baptists, Vol. 1, chap. 15).

4. Sejarahwan John Christian mengobservasi bahwa Calvin "bertanggung jawab besar untuk setan

kebencian dan perlawanan sengit yang harus dihadapi oleh kaum Baptis di Inggris."


Penganiayaan Kaum ProtestantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang