Gereja Anglikan berlanjut menganiaya orang-orang yang berusaha untuk menyembah Tuhan secara independen, hingga hampir akhir abad 17.
1. Banyak pengkhotbah Baptis menderita hukuman penjara yang panjang selama abad 17 di Inggris.
Francis Bampfield mati di penjara setelah menghabiskan sembilan tahun hidupnya dalam rantai.
John Miller dipenjarakan selama sepuluh tahun.
Henry Forty menghabiskan dua belas tahun dalam penjara.
John Bunyan menulis Perjalanan Seorang Musafir-nya yang terkenal sementara mendekam di penjara selama 12 tahun yang panjang, tanpa dapat menunjang istrinya dan putrinya terkasih yang buta.
Joseph Wright terbaring di penjara Maidstone selama dua puluh tahun.
George Fownes mati di penjara Gloucester.
Samuel Howe mati di penjara pada tahun 1640 dan dikuburkan disamping sebuah jalan karena Gereja Inggris menolak untuk mengizinkan dia dikuburkan di tempat pemakaman.
Thomas Delaune dan keluarganya mati di Penjara Newgate yang penuh sengsara.
Delaune tumbuh besar dalam sebuah keluarga Roma Katolik di Irlandia, mendapatkan pendidikan yang bagus, dan dimenangkan kepada Kristus oleh seorang pengkhotbah Baptis. Dia pindah ke London dan menjadi seorang kepala sekolah dan adalah anggota sebuah gereja Baptis.
Benjamin Calamy, seorang rohaniwan yang melayani raja, menerbitkan sebuah khotbah yang menantang para non-conformist (orang-orang yang tidak mau ikut gereja resmi dari negara) untuk menuliskan doktrin dan ketidaksetujuan mereka terhadap Gereja Inggris. Delaune menjawab tantangan tersebut dan menuliskan "Plea for the Nonconformists" (Permohonan bagi Para Nonconformists). Ketika buku itu diterbitkan, segera disita oleh seorang utusan raja dan Delaune dipenjarakan.
Dari dalam penjara dia menulis kepada Calamy dan memintanya untuk mengintervensi baginya, tetapi orang itu tidak mau menolongnya atau bahkan menjawab surat Delaune.
Pada Januari 1684, Delaune didenda 100 mark, dan akan dipenjarakan hingga denda itu dibayar, untuk menjamin setahun ke depan, dan buku-bukunya harus dibakar. Karena kini dia tidak memiliki pekerjaan, dia tidak dapat membayar dendanya, dan dia beserta keluarga jatuh miskin. Istrinya dan dua orang anak yang masih kecil harus hidup bersama dia dalam penjara karena tidak adanya penghidupan, dan situasi yang tidak sehat di sana merenggut nyawa mereka satu per satu.
2. Orang-orang yang percaya Alkitab dianiaya secara kejam selama pemerintahan Raja Charles II (1660-1685) dan Raja James II (1685-1688).
3. "Undang-Undang Keseragaman" pada tahun 1662, membuat banyak orang dipukuli dan dipenjarakan.
Undang-undang Conventicle yang pertama, pada tahun 1664, melarang semua pertemuan agamawi yang tidak sejalan dengan Gereja Inggris. Hukuman-hukuman yang diancamkan antara lain denda yang berat dan pemenjaraan, dan bagi pelanggaran ketiga, pengusiran ke koloni Amerika selama tujuh tahun.
Undang-undang Five-Mile pada taun 1665 melarang para pengkhotbah non-conformist untuk masuk dalam radius lima mil ke kota atau desa apapun yang mengandung sebuah jemaat Gereja Inggris di
dalamnya. UU ini juga melarang mereka untuk mengajar di sekolah umum ataupun pribadi mana pun. Hukuman untuk setiap pelanggaran adalah denda yang berat yang melampaui kemampuan kebanyakan
orang.
Undang-undang Conventicle kedua pada tahun 1670 lebih parah lagi. Selain pemenjaraan dan siksaan lainnya, juga akan ada denda berat bukan hanya atas semua pengkhotbah dan pengikut non-
conformist, tetapi juga atas semua pemilik gedung yang dipakai untuk pertemuan-pertemuan non-
conformist.
Denda-denda tersebut dibayar oleh penjualan harta milik orang-orang percaya, yang sering terjual dengan harga sangat rendah dibandingkan nilai sejati mereka. Karena sepertiga dari harga denda akan diberikan kepada informan, banyak orang termotivasi untuk melaporkan para separatis dari Gereja Inggris tersebut.
Banyak yang jatuh miskin melarat. Ayah-ayah yang mendekam dalam penjara tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolong keluarga mereka yang miskin papa. Antara tahun 1660 dan 1689, sekitar 70.000 lelaki dan wanita menderita di bawah penganiayaan agamawi di Inggris; 8.000 orang mati; dan puluhan
juta dolar dibayarkan lewat denda.
4. Tangan panjang Gereja Anglikan juga menimbulkan penganiayaan kepada orang-orang yang percaya
Alkitab di Amerika, sebelum kemerdekaan. Koloni Virginia adalah koloni Anglikan, dan pada tahun 1643, sang gubernur menjalankan penganiayaan terhadap orang-orang yang tidak sepaham. Banyak orang yang dicambuk, dicap besi panas, dipenjarakan, didenda, dan diusir dari koloni tersebut.
5. Akhirnya, pada tahun 1689, Undang-undang Toleransi dimunculkan di Inggris, yang mengurangi jauh tekanan pada semua penentang, memberikan kepada mereka kebebasan hati nurani dan menjadikan tindakan kriminal siapapun yang mengganggu tindakan agamawi orang lain. Jadi, barulah 155 tahun setelah pembentukannya, Gereja Inggris berhenti menganiaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penganiayaan Kaum Protestant
Sachbücheroleh Dr. David Cloud (Penerjemah: Dr. Steven Liauw) Walaupun para Reformator Protestan dari abad ke-16 hingga abad ke-18 menuntut kebebasan beragama dari Gereja Roma Katolik, dalam banyak kasus mereka tidak memberikan kebebasan itu kepada pihak la...