TOMBOY [1]

4.6K 170 20
                                    

Chapter 1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 1

Prolog
~~~~~~~~~~~~~~~~

"HAI, Cantik!" goda Rio.

Dia bersandar menyikukan kedua tangannya ke meja dan mencondongkan tubuhnya ke arah tiga cewek berseragam sama dengan dirinya di hadapannya.

"..."

Tidak ada jawaban dari gadis-gadis itu, terutama Bara, yang menjadi tujuan utamanya menegur mereka.

Gadis itu benar-benar menganggap bahwa tidak ada siapapun disekitarnya kecuali Vania dan Ryn, sahabatnya, serta orang-orang di kantin kecuali cowok playboy yang tengah berbicara padanya itu.

Farel dan Albert yang duduk di meja lain hanya tertawa melihat teman mereka sedang susah payah membuat Bara tersipu.

Karena gemas usahanya tak berhasil, akhirnya Rio duduk di sebelah Bara. Ia sengaja menempelkan pundaknya pada pundak Bara agar Bara mau melihat dia di sampingnya.

"Bara, Sayang. Serius banget, si, makannya." Rio tidak putus asa. Dia tetap saja menggoda Bara yang tengah mengunyah bakso berkuah merah itu.

Bara yang merasa makan siangnya terganggu akhirnya mencubit paha Rio dengan cubitan yang mampu merobek kulit paha laki-laki itu tanpa arah matanya terusik dari mangkuk bakso.

"Pergi dari sini atau gua siram muka lu pake kuah bakso?" bisik Bara pelan namun tegas pada Rio dengan ibu jari dan telunjuknya masih sigap menghimpit kecil kulit paha Rio yang masih dibalut celana sekolah itu.

Melihat ekspresi menahan sakit dari Rio membuat kedua teman cowok cabul itu tak bisa menahan untuk tidak merekam aksi Rio yang terjebak dalam permainan TOD (Truth or Dare) mereka.

"Ehe, neng Bara..., cantik deh!"

Rio menarik tangan Bara dari pahanya lalu dengan gesit dia keluar dari kursi kantin meja yang dikuasai Bara dan kedua sahabatnya itu kemudian berlari kembali ke bentengnya--meja para cowok cabul itu.

"Setan! Tuh cewek kekuatannya udah kaya kolor ijo, anjir! Nyubit aja hampir bikin kulit gue kekupas!" Rio mengadu pada teman-temannya yang sedang asik tertawa ketika sudah sampai di meja mereka. Dia mengusap-usap pahanya, berharap rasa sakit yang ditambah panas ini tidak merambat ke otak.

Dengan takut, dia kembali melirik meja Bara di belakangnya. Jarak meja mereka tiga meter yang dihalangi dua meja lainnya.

Bara juga menatap mereka kesal seraya mengacungkan jari tengahnya ke arah mereka--tepatnya Rio--dengan wajah yang datar. Kedua teman Rio tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan teman mereka yang sedang sengsara itu.

"Udah, Bangsat, ketawanya!" Kesal Rio pada teman-temannya yang masih tertawa.

"Ra, sadis lu!" komentar Ryn cekikikkan.

My Tomboy PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang