TOMBOY [7]

1K 81 5
                                    

Chapter 7Panti Asuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 7
Panti Asuhan

~~~~~~~~~~~~~~

"APAAN?" bentak Bara pada teleponnya yang ia letakkan di telinga.

"Sori, Bar!" ucap laki-laki itu sayu.

Langkah Bara terhenti. Dia terdiam untuk sesaat. Air matanya kembali meluncur. Namun dia tidak mau ada drama sekarang. Dia menghapus air matanya kasar yang kemudian mencari tempat untuk dirinya berteduh karena sinar matahari mulai menyengat panas kulit tangannya. Rambut gadis itu diikat kuda tanpa poni dengan seragam kemeja putih berlengan pendek yang memiliki saku berlogo OSIS, rok abu-abu sepanjang mata kaki, dasi dengan warna senada rok yang terikat rapi di kerah kemejanya, serta sepatu hitam dan kaus kaki putihnya. Dia tidak membawa tas apapun karena menurutnya, kantung pun sudah cukup untuk ponsel dan uang. Tinggal sebuah angkot yang menjadi tujuannya saat ini.

"Sorry buat apaan?" tanya Bara setelah beberapa menit hening.

Hanya terdengar helaan napas dari seberang dan suara motor yang tiba-tiba berhenti berdesing.

"Sori karena udah bikin lu sama bunda lu berantem," ujarnya.

Suaranya terdengar nyata di telinga Bara. Maksudnya nyata, suaranya tidak seperti suara kresek-kresek di dalam telepon, tapi ini benar seperti Rio berada di samping Bara dan berbicara dengannya.

"Kok lo tau?" tanya Bara bingung.

Tiba-tiba sebuah tangan mengambil tangan Bara untuk menjauhkan ponselnya dari telinga Bara. Bara pun terkejut karena kehadiran cowok di seberangnya sekarang berada di sampingnya.

"Gua nyari lu tadi. Gua bingung pas Nenek lu bilang lu ke sekolah padahal lu lagi diskors. Eh tiba-tiba bunda lu dateng. Mukanya serem, anjir. Dia nanya 'gua siapa?' gua jawab aja 'pacar'lu. Abis itu--"

"Hah? Pacar?!" belum selesai keterkejutan Bara atas kehadiran cowok itu, sekarang cowok itu menambah keterkejutan Bara dengan pernyataannya memberitahu kalau dia adalah pacarnya Bara.

Rio membulatkan mata lebar.

"Anjir, keceplosan!" ujar Rio baru menyadari kebodohannya seraya menyentuh mulutnya merasa benar-benar bodoh.

"KAMPRET, RIO!!!!" amuk Bara. Dia memukul-mukul lengan Rio kesal dengan air mata kekesalan meluncur di pipinya.

"Aduh, Bar! Ampun, Bar!" pinta Rio yang kini tengah kesakitan.

Pukulan Bara terasa nyeri hingga tulang kalau saja dia tidak membuat tangannya menjadi tameng. Banyak orang yang berlalu lalang dan menjadikan mereka pusat perhatian. Namun Bara tidak menghiraukan. Orang itu hanya memperhatikan saja dan terkadang ada yang mengambil gambar mereka. Karena mereka pikir itu hanya sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Ada yang tertawa juga melihat kejadian ini.

My Tomboy PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang