Libur lima hari yang diberikan Pledis untuk Seventeen, dimanfaatkan Joshua untuk kembali ke kampung halamannya, Los Angeles. Lagipula dia belum sempat merayakan Natal dan Tahun baru bersama keluarganya di sini. Biasa, akhir tahun selalu dipenuhi dengan acara-acara tahunan televisi yang membuat Seventeen sibuk.
Joshua sekarang sedang berada di mobil. Ibunya yang menyetir, di samping ibunya ada sang nenek. Hari ini mereka akan pergi ke gereja, tempat yang sudah jarang Joshua kunjungi sejak sibuk menjadi Seventeen.
Waktu tiba di depan gedung gereja, Joshua tersenyum sejenak memandangi sekitarnya. Tempat ini adalah salah satu tempat favorit Joshua sejak kecil. Lahir di keluarga Kristen membuatnya juga tumbuh besar di lingkungan gereja dan aktif pelayanan sebagai tim musik. Nenek Joshua juga terkenal sebagai salah satu pengurus gereja. Nenek Joshua bahkan pernah mengadakan nobar, untuk menonton Joshua tampil bersama Seventeen di program kesukaan neneknya, Immortal Song.
"Kau merindukan tempat ini?" tanya Nenek Joshua sambil merangkul cucu yang jauh lebih tinggi darinya itu.
"Eung..." jawab Joshua tersenyum lebar.
Saat ini Joshua mengenakan setelan celana jeans hitam panjang, sweater rajut dan dilapisi mantel musim dingin. Dia mengenakan topi putih kesukaannya. Alasan Joshua mengenakan topi sebenarnya bukan karena ingin menutupi identitasnya, toh, tak banyak orang mengenal Joshua sebagai artis di sini. Hanya saja Joshua lupa keramas dan rambutnya terlihat sangat berminyak. Biasanya kalau ada Jeonghan, dia yang akan membantu Joshua menggunakan dry shampoo.
Sayangnya Jeonghan tidak ikut dengannya ke LA.
"Ayo masuk..." ajak Nenek Joshua. Joshua pun menurut lalu masuk bersama ibunya yang sudah selesai memarkirkan mobil.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hey, Josh! What's up!"
"Hey, Mark!"
"Long time no see ya? How's your group? Hey, you really need to tell me if you guys want to held a concert in LA! I always run out of tickets! You guys so amazing because you have many fans in here!"
Joshua tertawa mendengar salah satu teman lamanya, Mark, mengeluh soal tiket konser.
"I'm so sorry, Mark! I promise if we have a concert in LA, I will give you the ticket! For free!"
"Yeah! That's great!" seru Mark melakukan high five ke Joshua, "Ah, I think I need to prepare myself for this morning service!"
"Oh, okay! Good luck, Bro!"
Mark pun bergegas naik ke atas panggung gereja untuk mempersiapkan dirinya sebagai drummer. Joshua pun menyusul ibu dan neneknya yang duduk di bangku depan. Ibadah akan dimulai, namun Joshua sedikit disibukkan dengan beberapa orang gereja yang menanyakan kabar bahkan mengajaknya foto bersama.
Lima menit berlalu. Pemimpin pujian pun naik ke atas panggung. Musik dimulai, bersamaan dengan itu para penari yang berpakaian serba putih bak malaikat, keluar dan mulai mengatur posisi di depan panggung. Joshua memperhatikan sejenak satu per satu penari itu. Beberapa ia kenal karena pernah melayani bersama.
Tapi tidak dengan satu orang yang sedikit asing di mata Joshua.
Ah, sebenarnya bukan karena terasa asing. Joshua sekarang jadi memperhatikan gadis itu karena wajah serta penampilannya. Jujur Joshua terpesona karena gadis itu sangat cantik. Wajah asianya terasa paling bersinar di antara wajah-wajah bule lain. Joshua yakin gadis itu juga orang Korea sama sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Live With Seventeen 3
Fanfiction3rd Season of "Live with Seventeen" . . Ketika nggak cuman Wonwoo yang punya kisah percintaan rumit...