Gw lg baek. Blom 300 gw dah kasi apdetan baru :'v Gilak ah pd demen jd ghost readers nih. Ayo donk, jgn malu2 vote kalo kepingin cpt keluar apdetan next nya 😘
Yok, cuss!
============
Semenjak tau cara berkomunikasi dengan Dante, Andrea jadi rajin memakai gelang pemberian sang ayah ketika mereka pulang dari Antediluvian.
Kini, kapan pun ada waktu luang, Andrea selalu sempatkan diri berbincang dengan suaminya. Meski ia masih berusaha profesional pada pekerjaan sebagai Dokter Hewan.
Setiap menjelang malam, sesudah makan, ia selalu ke kamarnya dengan Jovano dan asik menghubungi Dante. Ia sudah malas menonton televisi atau apapun. Setiap waktu senggang selalu ia gunakan untuk berbincang dengan Dante.
Kadang Shelly menggodanya. "Duuhh... yang lagi kasmaran, yang lagi sakit rindu. Dulu aja ogah ketemu, ogah ngobrol."
"Ya itu kan dulu!" sergah Andrea tak mau kalah. Shelly biasanya terbahak senang sahabatnya sudah mulai ceria lagi.
Malam ini seperti biasa, dia sudah berkubang di kasurnya bersama Jovano. Batu hijau diusap, lalu tak lama muncul kilatan sinar dari batu dan kemudian tampaklah wajah Dante.
"Sudah makan?"
"Udah, barusan. Kamu juga udah makan di sono?"
"Iya, sudah."
"Kamu keliatan kurus gitu, Dan."
"Oh ya? Entah, mungkin karena jauh dari kamu, yank."
"Bah! Gombalmu," gelak Andrea tersipu. "Hei, nih Jovano. Ngomong gih ke dia. Tapi jangan yang aneh-aneh." Andrea arahkan tangan ke anaknya agar Dante bisa bertatapan dengan Jovano.
"Daa-daa..." Suara lucu Jovano keluar.
Dante terbelalak tak percaya. "Hei! Dia manggil aku! Anakku manggil aku Dada! Lihat, dia ingin panggil aku Daddy, yank!"
"Gak! Gak boleh Daddy! Kebagusan, dih! Babeh! Jo, ikuti Mama... Ba-beh. Baaa...behh!"
"Sayank, please..." Dante Nampak nelangsa di sana.
Jovano malah tatap bingung ibunya. "Daadaa..."
Dante tergelak. "Lihat, tuh! Dia lebih suka manggil aku Dada."
"Daadaa~" ucap Jovano lagi sambil tunjuk ke Dante.
"Iya, Jovano sayank," sahut sang ayah. "Dada Mamamu memang lezat. Papa juga suka sekali. Kita berbagi, yah! Deal?"
"Danteeee!" Andrea mengerang sebal. "Dibilangin jangan ngomong yang aneh-aneh ke Jo!"
"Hahaha! Iya, iya, maaf, sayank. Saking kangennya ma kamu."
"Udah, ah. Aku matiin aja nih holo-nya."
"Eh, jangan! Aku masih kangen." Dante menolak.
Begitulah yang kini sering dikerjakan Andrea saban malam. Berbincang dengan Dante hingga larut. Semoga saja pihak Nirwana tidak mengetahui tentang gelang tersebut. Bisa-bisa hukuman Dante ditambah dua puluh lima tahun sungguhan nantinya.
Malam ini tak ada Jovano karena sedang dibawa sang kakek ke Underworld seperti biasa.
"Mana Jo?" tanya Dante di proyeksi.
"Lagi ke Underworld." Andrea berbaring telungkup sambil bertopang dagu memakai satu tangan menatap Dante.
"Amankah?"
"Semoga." Andrea menjawab asal. "Tenang aja, udah sering, kok diajak simbahnya ke sono. Ada Kak Myren juga yang jagain Jo di sono."
Dante terlihat lega. "Oh, ya sudah kalau memang aman. Kamu juga aman saja di situ, kan yank?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil's Fruit - Book 2
Fantasía"Kau tau Cambion? Yeah, itulah rasku. Unik namun menjengkelkan memiliki darah jenis tersebut. Dan aku sedang menanti suamiku, seorang Nephylim. Tentu kau tau itu jenis apa, bukan? Kami berdua bersatu dengan cara tak lazim. Saling benci, saling ingin...