Judulnya ada bau2 gak enaknya, yak! :"v
Yok dah, 200 vote dl sblm baca, okei?
================
Andrea kini sudah menggendong Jovano, menoleh bingung ke kamar Shelly. Saking penasarannya, ia pun masuk ke sana, mendapati Shelly menangis histeris. "Beb?"
"Ndre! Ndre! Anakku~ uhuhuhu!" Wajah basah Shelly sungguh mengiba. Andrea pun tau apa yang sedang terjadi.
Andrea letakkan Jovano di kasur, lalu memeluk sahabatnya yang menangis pilu. "Shh~ dah, dah, percaya deh, pasti Kenzo bisa bawa pulang anakmu. Dia pasti selametin anak kalian. Oke?"
Mau tak mau, Shelly mengangguk saking tak tau harus bagaimana lagi. Ia hanya bisa berharap dan percaya bahwa suaminya akan membawa pulang anaknya dengan selamat tanpa kurang satupun.
Djanh dan Revka berhasil 'membersihkan' semua Vampir 'anak buah' Vaux.
"Kurasa sudah kita habisi semua, ya kan Kitty?" Djanh menoleh ke istrinya yang terengah. Meski tenaga mereka melebihi dari para Vampir, tapi jika harus secara kontinu bertempur tanpa henti selama berjam-jam tentu saja lelah. "Kau lelah, Kitty sayank?"
"Tentu aja, bodoh." Revka menepuk tangan suaminya yang singgah di bokongnya. Dasar suami mesum tiada henti. Djanh terkekeh.
"Kau di sini temani mereka, aku akan menyusul Kenz," ujar Djanh setelah yakin tak ada lagi musuh akan datang. Revka cuma angkat dagu menandakan iya, dan sang Pangeran pun melesat mengejar Kenzo.
Andrea menitipkan Jovano sebentar pada Revka, sementara dia mencari minum layak untuk Shelly. Sahabatnya pasti butuh sumber tenaga baru setelah berjuang nyaris mati melahirkan anak pertamanya.
Wanita Cambion mencari susu di dapur, berharap di tengah suasana porak-poranda rumahnya masih ada yang bisa dimakan dan diminum. Beruntunglah di lemari es masih ada apa yang ia harapkan.
Penuh cekatan karena Shelly harus lekas mengisi tenaga, Andrea memanaskan susu agar hangat dan juga hangatkan setangkup sandwich yang masih tersisa di lemari es.
Sebelum kembali ke kamar Shelly, dia sempat menengok kamarnya sendiri karena dia mencium bau daging gosong pula dari sana. Dahinya mengernyit mendapati seonggok mayat Vampir sudah nyaris menjadi abu di lantai kamarnya.
Hanya miringkan kepala, ia berpikir mungkin Djanh atau Kenzo yang sempat menyelamatkan anaknya tadi. Nanti ia akan berterima kasih pada keduanya.
Di kamar Shelly, Andrea memaksa Shelly agar mau makan dan minum hangat untuk memulihkan kondisi. Dalam keadaan begini, ia jadi ingin ada Druana di sini untuk menangani Shelly. Ia tak yakin mampu.
Untung saja Shelly berhasil dibujuk untuk minum susu hangat, meski belum mau makan karena masih mencemaskan bayinya. Tak apa. Mungkin nanti mau.
Menghela nafas, Andrea duduk di kursi kamar Shelly. Ia sangat ingin Dante ada di sini sekarang. Ia merasa sangat lemah dan rapuh tanpa Dante. Betapa ternyata lelaki itu begitu ia damba di saat demikian.
"Woi, ngelamun apa? Jorok, yah?" tanya Revka di depannya.
Andrea menatap ke arah mantan saingan. "Otak gue beda ama otak elu, tong!"
"Heh! Udah aku tolong bisa-bisanya gak sopan, yah kamu!" Revka mendelik gahar ke Andrea.
"Iya, iyaaa~ maaf, dan terima kasih atas kedatangan serta bantuan kamu di sini, Kitty sayank~" Andrea menirukan cara Djanh memanggil Revka.
"Hei! Ngeledek?" Revka masih melotot sebal.
"Kagak, Nyah!" Andrea spontan menjawab dengan tampang lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil's Fruit - Book 2
Fantezie"Kau tau Cambion? Yeah, itulah rasku. Unik namun menjengkelkan memiliki darah jenis tersebut. Dan aku sedang menanti suamiku, seorang Nephylim. Tentu kau tau itu jenis apa, bukan? Kami berdua bersatu dengan cara tak lazim. Saling benci, saling ingin...