Ini napa gw slalu baek dah ma kalian? Blm sesuai yg gw minta, lagi2 gw kasi chap baru 😄 permintaan vote 200 napa alot amat yak? ;'))
============
Ketiganya lekas tutup pintu sebelum para Vampir anyar itu mencapai rumah.
Tiba-tiba dari luar terdengar suara tawa keras dari Vaux. "Hahaha!"
"Bangsat lo!" seru Andrea sambil sibuk palangkan kayu besar seadanya ke pintu. "Lo penipu bangsat!"
Vaux terbahak. "Hah! Bukankah aku sudah tepati janji untuk kembalikan mereka? Hahaha!"
"Tapi kagak dalam bentuk Vampir, bajingan!" teriak Andrea, frustrasi. Apakah penduduk lainnya selamat, atau...
"Bwahaha! Kau hanya ingin mereka kembali, kan? Tanpa menyebutkan dalam wujud apa! Wuahaha!" Vaux tertawa puas.
Ini sudah benar-benar terlambat untuk meminta Kenzo membawa mereka ke Underworld. Andrea rasanya ingin menangis. Apakah dia dan semua yang ada di rumah ini akan mati malam ini? Kini dia sungguh menyesali sudah membuang kekuatannya.
Ternyata air mata sudah deras mengaliri pipinya. Dia panik seraya pandangi Shelly dan Jovano. Keduanya sangat rentan dan lemah. Jika dia masih bisa menggunakan kekuatan melempar, dan Kenzo bisa pakai energi Iblisnya, tapi Shelly dan Jovano tak bisa apa-apa. Lain kali dia harus pakai otaknya dibanding egonya.
"Hei, heiii... ternyata kau bisa mewek juga, heh?"
Tiba-tiba terdengar suara di ruangan itu.
"Revka!" Andrea segera usap air matanya saat mendapati ada Revka dan Pangeran Djanh yang sudah ada di ruangan tersebut secara ajaib. Ia langsung menerjang Revka, memeluk tanpa ragu. "Baru kali ini gue seneng liat elu, nek!"
"Eh, setan! Berani-beraninya kau panggil aku 'nek'!" jerit Revka tak terima. "Aku pulang aja deh kalo gini!"
"NOOOO!" Andrea makin mempererat dekapannya ke mantan musuhnya. "Iya, Revka cantik, paling cetar, paling mempesona! Di sini aja, jangan kabur!"
"Enak aja kabur!" Revka masih kesal.
"Lah, kan barusan mo pergi. Sama aja kabur, dong!"
Revka mendorong dahi Andrea. "Kabur ama pulang itu beda jauh, goblok!"
"Iya, deh iyaa~ gue goblok gakpapa, yang penting lu di sini! Djanh!" Andrea ganti memeluk Djanh yang baru saja bicara dengan Kenzo. "Jangan pergi, yah!"
Nyonya Nephylim dengan kejam tarik Andrea agar terlepas dari tubuh suaminya. "Gak usah gatelin suami orang!"
"Sudah, sudah, aku jadi tak enak diperebutkan begini..." Djanh mencoba menengahi.
"KAGAK!" Andrea dan Revka serempak meneriaki Djanh.
Brakk! Braakk!
"Astaga, mereka benar-benar tidak memberi kita waktu untuk mengobrol sebentar, yah!" Djanh terkekeh mendengar suara dobrakan di pintu depan akibat ulah para Vampir anyar ciptaan Vaux.
"Anakmu mana, Cambion begok?" tanya Revka pada Andrea.
"Di kamarnya. Aman, sih kalo di sana." Andrea tak keberatan dicemooh macam apapun oleh Revka, asalkan mereka bisa selamat malam ini.
Malam ini saja.
"Ayo, Kenz... kita bersenang-senang malam ini." Djanh tersenyum diagonal pada Panglima milik Raja Zardakh.
Kenzo mengangguk dan bersiap bila pintu dijebol dari luar.
Bruaakk!!!
Benar saja, pintu sudah ditembus oleh kekuatan para Vampir yang seakan kelaparan. Kenzo dan Djanh maju menyerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil's Fruit - Book 2
Fantasía"Kau tau Cambion? Yeah, itulah rasku. Unik namun menjengkelkan memiliki darah jenis tersebut. Dan aku sedang menanti suamiku, seorang Nephylim. Tentu kau tau itu jenis apa, bukan? Kami berdua bersatu dengan cara tak lazim. Saling benci, saling ingin...