3. Dicoba aja dulu

332 132 38
                                    

Gadis dengan seragam sekolah lusuh dan bau asam di tubuh yang masih menempel itu ketar-ketir sendiri. Membayang'kan kemarahan ibundanya nanti.

Ia akan segera lari ke kamar dan mengunci pintunya agar tak mendapat omelan. Namun, belum sempat ia melangkah menuju kamarnya, suara yang sangat familiar menyapa pendengaran.

"CHALISTAAAAAA!!"

Suara teriakannya seakan membuat bumi berguncang, burung berterbangan, daun berguguran, lautan es terbelah. Teriakan berskala besar itu terdengar sangat menggelegar.

Antara takut ibundanya marah atau juga  memutus semua fasilitasnya, gadis dengan rambut sepinggang, bermata sipit serta kulit pucat itu hanya bisa menampakkan cengiran khasnya. Tangannya ia tautkan dan ia remas kuat-kuat.

Wanita berusia 45 tahun dengan model rambut bob berjalan cepat mengahampiri putrinya, tangannya berkacak pinggang. "Mobil mommy kamu apain?!" tanyanya garang.

"Eum ... anu ... hehe," Yang ditanya tak kunjung menjawab. Mau menjawab apa Chalista? Jujur? Atau berbohong saja? "Keserempet." cicitnya lirih, sangat lirih. Kepalanya menunduk, merasa bersalah.

Memelototkan matanya marah dengan kedua tangan yang masih di pinggang, bukan pertanda baik jika seorang Prahapsari Bramasta melakukan hal tersebut.

***

"Aaa ... mommy ... maaf. Maafin Chalista ya? Ya, ya, ya?"

"Ayolah mom ... janji deh gak bakal bawa mobil sendiri lagi ...."

Dua pembantu dengan celemek itu terkikik geli melihat ulah sang anak majikan yang terlampau manja di usianya yang sudah tidak bisa dibilang bocah lagi.

"Udah ah pusing mommy!" pungkas Sari, menyerah.

"Yeah!"

Kalian harus tahu, rayuan maut Chalista bukan sekali dua kali ia rapalkan, melainkan puluhan kali, oleh sebab itu Sari merasa jengah dengan anaknya yang satu ini. Sungguh, ia banyak cakap.

Keduanya berusaha membantu Bik Diah dan Bu Leha untuk menyiapkan makan malam di sore hari ini. Jangan kaget, meskipun Sari juga ibu rumah tangga yang aktif membersihkan rumah tapi masalah dapur, Rendra Bramasta menyerah. Ia lebih memilih menyerahkan masalah dapur kepada kedua pembantu terpercayanya.

"Kalo mau mommy maafin, penuhi dulu kemauan mommy." ujat Sari tiba-tiba, mambuat gadis di depannya segera menatap sang ibunda tak mengerti.

"Maksud mommy? Tadi katanya udah dimaafin?"

"Kata siapa?!" bentak Sari.

Nyali Chalista menciut. "Eh enggak-enggak, mommy mau apa?" tangannya masih sibuk bermain dengan piring dan lap di meja makan. "Tas branded lagi? Minta daddy deh, aku gak ada duit mom."

"Janji dulu sini." Sari menunjukkan kelingkingnya, bermaksud agar mereka melakukan pinky promise, namun malah tak mendapat sambutan sedikitpun dari Chalista.

"Apa dulu? Entar yang aneh-aneh lagi ... gamau!" Ia pikir mommynya ini pasti akan meminta sesuatu yang natinya susah untuk Chalista turuti. Jadi, apasalahnya jika memastikan terlebih dahulu bukan.

HEART HARBOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang