12. Sekolah

262 50 10
                                    

Dengan langkah ringan ia berjalan menyusuri koridor yang terbilang ramai. Beberapa siswa terlihat tengah berlarian di tengah lapangan, mereka sedang bermain bola basket.

Langit cerah, semilir angin yang menyapa menjadi teman beberapa siswa. Hari ini seharusnya menjadi hari yang padat, tetapi untung saja para guru sedang ada rapat masalah nilai raport tengah semester, jadi murid-murid dibebaskan untuk bebarapa hari ke depan.

“Woy! Pesen apaan, lo?”

Heh onta, lo tuh ye, bisa gak sih gak toa dikit, malu gue dengernya.”

“Duduk dulu, Da.”

“Hilda, Lis. Mau gue bunuh lo!” Hilda memelototkan matanya, nyalang.

“Apasih, sensi amat lo, belom juga siang.”

“Dapet kan lo?” tebak Nanas.

Hilda mengangguk, setelahnya ia beranjak duduk, menyilangkan kaki di sebrang meja.

“Pernah kram perut gak sih pas dapet?” tanya Chalista.

Nanas menyahuti. “Gue sih gak pernah.”

“Gue nanya Hilda, o'on!” Tangannya yang bebas bergerak menjitak kepala Nanas.

Malas melihat pertengkaran dua sahabat yang sebenarnya sama-sama bego, Hilda lebih memilih pertanyaan Chalista untuk ia jawab. “Jarang sih, tapi pernah.”

“Gue kadang bingung, kan gue ada sakit maag nih ... terus, misalnya kemaren gue abis makan pedes eh besoknya gue menstruasi, perut gue jadi kram njir ....

“Iya sih, banyak juga kok yang kayak begitu.”

“Malahan nih ya, Si Cabe dulu, waktu MOS pernah pingsan, gegara dateng bulan terus disuruh lari-lari sama osisnya.” sahut Hilda.

“Kok tahu? Lo deket sama Si Cabe ya ... hayo ... ngaku!” tuduh Nanas, Hilda pun segera menyangkal. “Hiih ... ogah banget, dulu gue sama dia satu pleton waktu MOS,” Nanas dan Chalista manggut-manggut. “dulu badannya gak sebagus sekarang.” sambungnya.

Woah masa?” tanya Chalista tak percaya, membuat Hilda mengangguk mantap. “Iya beneran.” jawab Hilda meyakinkan.

“Kan jadi lupa, lo pada mau pesen apa? Laper nih.” Hilda yang memang doyan makan merasa lapar di perutnya.

“Mie ayam kayak biasanya aja 'ya? Gue pesenin dulu kalo gitu,”

Selang beberapa menit, pesanan mereka datang. Nanas berjalan di belakang ibu kantin yang membawa nampan berisi pesanan mereka. Dengan wajah yang masam ia meletakkan dua gelas es teh dengan kasar.

“Gila ya kalian berdua! Gue susah gini cuman diliatin doang.” oceh Nanas, membuat dua gadis di depannya malah tertawa terpingkal-pingkal.

Pesanan mereka sudah tertata rapi, saatnya makan ....

“Btw guys, gue mau nanya nih.” Tangan Chalista menarik tisu untuk membersihkan saus yang berada di sudut bibir.

Sedang asik menyeruput kuah mie ayam, Hilda jadi mengalihkan fokusnya pada Chalista. “Nanya apaan?”

“Apa?” Nanas mengusap ingus karena kepedesan, Chalista mendesis jijik, tanpa ragu ia melemparkan tisu bekas ke Nanas, yang dilempari pun mendengus.

HEART HARBOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang