Chalista, Hilda dan Nanas berjalan beriringan di koridor sekolah. Tiba-tiba suara berat mengagetkan pendengaran mereka. "Gue ikut dong." Mereka menoleh bersamaan, ternyata Raffa.
Nih koala satu bener-benerr yaa ....
"Sorry Raf, kayaknya gak bisa deh."
"Why?"
"Kita —— "
"Pake mobil gue deh, gue jemput juga kalian." Mendengar pernyataan Raffa membuat mata Hilda dan Nanas mengerling antusias.
Helaan napas terdengar. Chalista sebal! Padahal mereka ingin menghabiskan waktu bersama tanpa ada gangguan atau sejenisnya. Tapi untuk saat ini sepertinya tidak bisa menolak, apalagi jika sudah diembel-embeli seperti itu.
"Bolehin lah, Lis ...." mohon Hilda dengan mata yang dilebar-lebarkan agar terkesan lucu dan imut. Namun, malah terlihat menjijikkan di mata Chalista. Akhirnya ia mengangguk menyetujui.
Chalista dan kawan-kawan sudah sampai di Mall sedari lima belas menit yang lalu. Tujuan utama ciwi-ciwi ini selalu toilet, hanya untuk mengecek dandanan mereka dan jangan lupakam untuk mengambil satu jepretan mirror selfie.
"Makan dulu yuk, gaes." ajak Chalista.
Raffa berpaling ke belakang. "Kuylah gue traktir." timpalnya.
Mereka memutuskan untuk singgah di
McDonald's. Sepertinya sore-sore begini makan paket ayam krispi dengan soda sebagai minumannya sangat pas, apalagi ditambah traktiran Raffa, sungguh sempurna!
Setelah menunggu beberapa saat pesanan mereka datang. "Asalkan kalian tahu kawasan Mall ini milik om gw tauk!" ucap Raffa dengan mulut penuh.
Hilda berusaha menelan makanannya, lalu segera menimpali, "Sombongnya ...."
Nanas dan Chalista hanya tertawa sebagai respon. Netra gelap cewek dengan rambut pendek terangkat dari meja, dan jatuh kepada Raffa. "Seriusan?" tanya Nanas masih dengan sedikit tawanya.
Raffa mengangguk yakin dengan mantap. Ia meraih gelas berisi Coca-Cola dan meneguk sedikit. "Serius." Raffa mengacungkan dua jari berbentuk huruf V di udara guna meyakinkan teman-temannya.
"Beneran om?" Kali ini Chalista yang ikut bersuara. Ia juga ikut penasaran, kalau memang itu omnya Raffa --
"Hehe ... temen papa gue maksudnya."
Yah ~ ketiga gadis itu mendengus bersamaan. Memang kalau dasarannya seorang playboy, bicara apa saja jadi sering berbohong ya. Jikalau diajak berdebat pasti pandai sekali Raffa bersilat lidah, benar-benar seperti seorang wanita.
Setelah dirasa perut sudah cukup kenyang mereka berempat segera bergegas menuju lantai tiga, tempat di mana bioskop ada di sana.
"Jangan yang horor ya?" anjur Chalista. Sebenarnya lebih ke paksaan, karena sejujurnya Chalista takut dengan film horor atau thriller.
Hilda dan Nanas mengernyit tak suka. Dengan segera Hilda membantah, "Enakan yang horor kali, Lis."
"Hu'um, bener!" timpal Nanas.
Mbak-mbak penjaga loked malah senyum-senyum melihat mereka memperdebatkan genre film yang nantinya akan mereka tonton. "Yang romantis aja lah ...." Chalista menunjukkan puppy eyes andalannya, biasanya mempan sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART HARBOUR
ChickLit(POST ULANG) Start : Desember 2018 (Repost) : April 2020 Finish : _ REVISI, SETELAH TAMAT.