Yuuto masih terjaga. Dia sama sekali tidak bisa tidur. Jangankan tidur, sekedar memejamkan mata saja ia tak sanggup. Tapi, masih bisa berkedip, sih.
Ah, abaikan ini!
Pemuda pendek itu bergerak gusar di tempat tidurnya. Miring ke kanan-kiri. Menyandarkan kaki ke dinding, dan kepalanya menggantung di pinggiran tempat tidur. Berharap dengan melakukan itu, rasa kantuk akan menghampirinya. Dan sayangnya, itu tidak terjadi.
"Apa maksudnya mengatakan semua itu?"
Yuuto kesal. Sangat. Ini sudah hampir jam 3 pagi tapi dia belum mengantuk. Yuuto bangkit dari posisinya, kemudian turun dari tempat tidur. Di dekatinya meja belajar yang terletak di sudut kamar.
"Hah.. Apa-apaan dia itu? Kalau ingin bicara sesuatu tinggal telepon atau mengirim pesan lewat ponsel-"
Yuuto menatap amplop putih di meja tersebut. Itu surat dari Aihikari dan belum dia baca.
"-Tidak perlu menyuruh Kakeknya mengantarkan surat seperti ini. Dia pikir, sekarang hidup di jaman apa?"
Di ambilnya amplop tersebut, dan mengeluarkan isinya. Tidak tahu kenapa, Yuuto merasa ragu membaca tulisan tangan di kertas yang ia pegang. Pemuda itu menarik nafas panjang--
'Siapa tahu setelah membaca ini aku bisa tidur.' batinnya, kemudian duduk manis di kursi beroda miliknya, dan mulai membaca.
“Yuuto-san, bagaimana kabarmu hari ini? Aku harap kau sehat, dan baik-baik saja.”
Tanpa sadar pemuda itu tersenyun samar, setelah membaca kalimat pembuka surat itu. Dari pada menyapa, Aihikari memilih menanyakan kabar. Yah, memang seperti itulah dia.
"Kau tahu, Aihikari? Sejak kemarin kondisiku tidak baik-baik saja..." bisiknya. Seolah sedang bicara dengan orangnya. Matanya bergulir ke bawah, membaca kalimat selanjutnya.
“Ano... Aku sungguh minta maaf, sudah bersikap buruk padamu saat di rumah Mitsutada-san. Ku harap, kau mau memaafkanku...”
Yuuto mengehela nafas. Kali ini minta maaf, eh? Untuk apa? Toh, Yuuto tak begitu mengharapkan Aihikari mengatakan hal itu. Harusnya Yuuto yang meminta maaf, kan?
"Ya, tidak apa-apa. Sekali-kali kau memang harus marah seperti itu." kini Yuuto terkekeh.
“Yuuto-san... Mungkin untuk 3 atau 5 hari ke depan aku tidak bisa ke sekolah. Haha~ Aku melakukan kesalahan fatal sepertinya. Makanya, Saniwa-san melarangku keluar mansion, atau menggunakan ponsel/laptop. Hahh... Agak membosankan memang, berdiam diri di mansion seperti ini. Ah, tolong abaikan itu ya, hehe~”
Yuuto mengernyit. Matanya meredup. Ia cukup tahu pola hidup Aihikari seperti apa? Ia juga mengerti, maksud dari kesalahan fatal yang disebut gadis itu dalam suratnya. Dan sekarang ia juga mengerti, kenapa Mikazuki repot-repot menyampaikan surat ini padanya?
Yuuto sangat sadar, meski selalu menepis kenyataan. Bahwa ia dan Aihikari hidup di dunia yang berbeda.
“Uhm... Bolehkah aku minta tolong padamu, Yuuto-san? Selama aku tidak masuk sekolah, tolong awasi anggota kedisiplinan gedung A. Uhm.. Aku tahu kau tidak begitu menyukai mereka. Tapi... Sebenarnya mereka tidak seburuk kelihatannya. Jangan ragu untuk memberi perintah pada mereka. Termasuk Kara-san. Ah, aku rasa cukup sampai disini dulu. Terimakasih banyak, atas bantuan dan kerja samanya. Sampai jumpa di sekolah, Yuuto-san.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Yamanbagiri StepBrother
FanfictionYamanbagiri Chougi dan Yamanbagiri Kunihiro. Dua makhluk yang tak pernah akur ini terpaksa bernapas dan hidup satu atap karena pernikahan orang tua mereka. Bukan pernikahan, sih. Tapi hanya acara pemberkatan atas hubungan dua sahabat yang telah lama...