nineteen

2K 231 35
                                    

11.00 WITA.

Untuk pertama kalinya Nawang menginjakan kaki di rumah Ketut—nama sang ayah kandung. Kedamaian serta kenyamanan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya tiba-tiba datang. Rasanya tenang ketika menghirup udara di balkon kamar yang menghadap langsung ke bentangan sawah hijau. Nyaman dan tidak ada polusi. Fix Nawang jatuh hati pada suasana rumah ini.

Nawang dan Melki sudah sampai di Pulau Dewata sejak dua jam yang lalu. Begitu sampai di Bandara Ngurah Rai mereka berdua langsung disambut oleh Nadia—si anak ketiga. Untuk pertama kalinya juga Nawang bertemu dengan kakak perempuannya. Cantik. Mirip dengan Mas Andre dan Mas Melki versi perempuan.

Saat pertama datang, Nawang langsung dihadiahi pelukan hangat Nadia. Bahkan cewek yang sedang menunggu kelahiran anak pertama itu sempat meneteskan air mata. Nadia terharu melihat Nawang yang dulu terlahir prematur sekarang sudah tumbuh menjadi remaja tampan. Adiknya sudah tumbuh besar. Bahkan Nawang sudah bisa menyalip tinggi badan Nadia.

Sesi kangen-kangenan sudah terjadi beberapa waktu lalu. Sebenarnya Nadia belum puas memeluk tubuh adik bungsunya. Namun, terpaksa terhenti karena suaminya bilang kalau Nawang lelah. Adik kecilnya itu butuh istirahat dan dengan berat hati Nadia pun menuruti perintah sang suami. Ia akan membiarkan Nawang istirahat lebih dulu. Lalu nanti setelah bangun Nadia berjanji akan kembali melampiaskan kerinduannya pada Nawang. Ia juga bilang kalau nanti malam akan tidur dengan Nawang. Dan kalau Nadia sudah berkata tidak akan ada yang bisa menganggu gugat keputusannya.

Tadi Nawang sudah bertemu dengan kakak ketiga. Namun, ia belum bertatap muka dengan ayah kandungnya—I Ketut Partayandha. Satu sisi Nawang bersyukur, sisi lain tidak sabar ingin segera bertemu. Kalau begini ia tak bisa membayangkan bagaimana reaksinya serta sang ayah ketika saling bertatap muka untuk pertama kalinya.

Saat ini Nawang menerka-nerka reaksi apa yang nanti Ayahnya akan berikan padanya. Apakah pria itu akan memeluknya seperti Nadia? Atau malah sebaliknya? Entahlah. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan itu membuat Nawang takut.

Ngomong-ngomong kalian pasti bertanya mengapa Nawang belum bertemu dengan sang ayah kan? Jawabannya adalah karena Ketut masih kerja. Fyi, pria yang berprofesi sebagai Nahkoda kapal pesiar itu belum pulang. Jadwal pulangnya masih nanti jam lima sore.

Sedikit cerita tentang Ketut. Semenjak Ibu Nawang meninggal, pria itu memilih menekuni kembali pekerjaannya sebagai nahkoda. Semenjak kejadian pria itu jadi jarang pulang. Apalagi semenjak Nadia menikah. Ingin rasanya Ketut menghabiskan seluruh waktunya di laut.

“Do,” panggilan itu membuyarkan lamunan Nawang.

“Bapak udah pulang. Beliau mau ketemu sama kamu. Ayo, mas anter ke ruangannya,” kata Melki melambaikan tangan.

Jantung Nawang berdebar puluhan kali lebih kencang. Ia sengaja memelankan langkah. Melihat hal itu membuat Melki menyunggingkan senyum sembari menggelengkan kepala. Adiknya itu ada-ada saja.

Melki tahu bagaimana perasaan Nawang saat ini, karena dia pun merasa takut jika berhadapan dengan ayah kandung, Ketut. Sebenarnya pria itu bukan orang jahat, tetapi beraura dingin. Tatapannya tajam, bisa mati berdiri kalau menatap mata elangnya itu.

Melki merangkul pundak sang adik.
“Slow aja, Do. Meskipun Bapak keliatan dingin, tapi dia baik kok,” katanya mulai melangkah menuruni anak tangga.

Sepanjang perjalanan menuju ruangan Ketut, Melki dan Nawang tak banyak bicara.

Hingga mereka sampai di depan sebuah pintu, lalu mengetuknya. Nawang menduga di sini ayahnya berada.

colorless Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang