“Attention guys,” Suara Amora menggema di seluruh sudut klub. Sontak membuat semua tamu undangan mengalihkan pandangan ke arahnya. “Gue mau lo semua tinggalin keasyikan malam ini. Lima sampai sepuluh menit.”
“Kenapa Mo? Tanggung, nih,” celetuk cowok bertubuh tinggi besar.
Musik yang menghentak pun berhenti, terganti oleh suara Amora.
Amora mengalihkan pandangannya ke cowok itu. “Di tengah sana,” Telunjuk Amora mulai mengarah ke tengah. “Sebentar lagi akan diadain games. Khusus buat old member sama new member Elegan aja, sih. Tapi gue harap lo pada kumpul ke tengah buat liat keseruan gamesnya ya!” lanjutnya tersenyum cerah.Amora masih saja berbicara di atas panggung sana. Sementara, di tengah ruangan ini sudah ada Sea dan Tania. Mereka berdiri berhadapan. Saling menatap nyalang sembari menyungingkan senyum meremehkan.
Kalau boleh jujur ada ketakutan hinggap dalam diri Tania. Ia takut kembali berhadapan dengan seseorang di masa lalunya—Sea Gandari.“Tan, sebelum kita benar-benar dipermalukan mending pulang,” kata Nidya untuk kesekian kalinya.
Andaikan bisa Tania pulang sekarang pasti akan dilakukan. Sayang, itu hanya angan. Ia tidak bisa lari. Jangankan lari, pergi ke kamar mandi pun, tak diperbolehkan.
“Pulang bukan berarti kita takut sama mereka. Tapi, ini demi harga diri kita, Tan,” ucap Nidya lagi.
“Diem. Lo bikin gue makin deg-deg-an,” pungkas Tania.
"Oke whatever. Gue nggak ikut-ikutan. Kalau lo kenapa-napa jangan salahin gue." Nidya mundur beberapa langkah dari samping Tania.
Bersamaan dengan berakhirnya ucapan Nidya, para undanganpun mulai mendekat. Mereka berkerubung mengelilingi Sea dan Tania, saling berbisik-bisik, bahkan memandang sinis. Sangat menganggu.
“Oke guys karena kalian sudah berkumpul di sini gue bakal segera mulai permainannya.” Dara—selaku panitia game dadakan— buka suara.
Riuh para undangan yang hadirpun mulai terdengar.“Jadi, kita akan main Truth or Dare. Permainan yang cukup mainstream di kalangan anak muda seperti kita kan?” ucap Dara persis di titik tengah club. Para tamu mendengarkan dengan seksama. Rasa penasaran dan ketidaksabaran mulai menyelimuti para tamu. “Tapi, gue jamin ini game nggak akan mainstream. So are you ready guys?” lanjutnya menanyai para penonton yang sudah membentuk lingkaran besar dengan sempurna.
“Ready!” sahut hampir semua yang ada di ruangan besar itu.
“Buruan mulai!” celetuk salah satunya.
“Mulai, mulai, mulai ....” sorak sorai kembali terdengar.
Sebelum bermain Dara menyebutkan peraturannya. Jadi di tengah sini sudah ada meja kaca yang di atasnya diletakan sebuah botol panjang. Permainannya mudah. Jika ujung tutup botol mengarah ke arah Sea atauTania, itu artinya salah satu dari mereka harus memilih melakukan sebuah tantangan atau mengakui sebuah kejujuran. Permainan ini dilakukan empat kali putaran.
“Kita mulai ya?” ucap Dara bersiap memutar botolnya.
“Tuhan selalu bersama aku. Tuhan akan berbaik hati pada orang baik,” ucap Tania dalam hati. Yang jadi masalah, apakah Tania termasuk orang baik? Entahlah, tapi intinya semoga Tuhan selalu melindunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
colorless
Novela Juvenil[T E E N F I C T] colorless: ks. 1 tanpa warna. 2 tak menarik.The story was utterly c. Cerita itu sama sekali tak menarik. . Hidupnya tak lagi berwarna ketika sebuah rahasia yang selama ini tersimpan rapat tiba-tiba terungkap.