4.

1K 164 13
                                    


Baru saja Ipan tiba di kantor, dia mengernyit melihat betapa hebohnya penampilan sebagian besar kaum hawa yang bernaung di bawah perusahaan besar yang memproduksi barang -barang elektronik ini.

Dengan keheranannya dia menghampiri Juan yang sedang merayu Dina, resepsionis perusahaan.

"Pagi, mas bro."

"Eh..pan. pagi juga."

"Pagi mas Ivan." Sapa Dina yang menjunjung tinggi panggilan. Kan namanya Rivano, dia tidak akan mau memanggil dengan sebutan 'Ipan'.

"Pagi mbak Dina." Sapa Ipan. Lalu beralih pada Juan lagi. "Ada apaan sih, mas. Kok cewek - cewek pada heboh gitu dandanannya?" Tanya Ipan penasaran.

Juan berdecak. "Boss besar udah balik dari Australia. Kabarnya hari ini dia datang ke kantor sana Anaknya. Pada penasaran deh para cewek- cewek yang kecentilan itu." Terang Juan yang sebal. Iyalah..Dia sudah jomblo sejak dua bulan yang lalu dan belum ada yang mendekat, sementara ini? Anak boss datang, beeeh..pada caper semua.

Pada kecentilan semua.

"Terus kenapa mas sebal?"

"Ya harus dong, pan. Lo gimana sih? Giliran anak boss yang tampil, semua berebut cari perhatian. Lha kita- kira gimana nasibnya?" Kata Juan sewot.

Ipan mengenyeritkan dahi dengan aneh. Dia heran dengan pemikiran teman satu divisinya ini.

"Mas Juan aja kali, mas Ivan kan cakep. Pasti gampang dapat cewek." Sela Dina.

Wajah Juan semakin keruh saja mendengar pendapat Dina. Kenapa dia lupa jika Ipan itu cakep? Hadeeh ..kenapa juga banyak sekali saingan cintanya. Kapan dia akan mendapatkan jodoh? Pikirnya merana.

Ivan tersenyum ceria dan berlalu. Jam masuk kantor hampir tiba dan para karyawan sudah berkumpul di lobi untuk menyambut boss besar dan anaknya.

***

Misyka baru saja selesai menghitung jumlah pengeluaran bulanan yang dia catat di buku agendanya, saat Gea datang dengan barang belanjaan yang dia beli di mini market. Ada dua kantung yang dibawa Gea. Perlahan Gea mengeluarkan barang yang ada di tas pertama. Sebuah dress cantik bermotif kupu- kupu.

Tak lama dia mengeluarkan isi tas yang satunya. Sebuah mini dress berwarna biru muda yang cantik sepanjang lutut dengan rok mengembang.

"Misyk, liatdeh. Cantik nggak?" Gea mengangkat tinggi dua dress yang dia beli di tangan kanan dan kirinya secara bersamaan.

Misyka menoleh sejenak dan tertegun. Dress berwarna biru itu mirip dengan dress yang pilih untuk resepsi pernikahannya. Hanya saja jika dress ini hanya sebatas lutut, dress yang dia pesan untuk resepsi sepanjang mata kaki bahkan mungkin lebih panjang lagi mengingat ekor dress yang panjang menjuntai menyapu lantai.

"Cantik." Ucap Misyka singkat. Dia tidak tahu harus berkata apa.

Dering ponsel di atas meja membuat dia punya alasan untuk menghindar dari pertanyaan Gea seputar dress itu, dia segera bangkit dan memberi kode untuk mengangkat panggilan.

"Assalamu'alaikum." Sapa Misyka begitu dia mengangkat panggilan yang ternyata dari ibunya.

"Wa'alaikumusalam. Misyk, ini mama."

"Iya, ma. Gimana kabar mama dan papa? Sehat kan?"

Terdengar helaan nafas dari seberang sana. Dia tahu jika ibunya itu pasti akan membujuk dia untuk pulang lagi. Sudah dua tahun dia pergi dan hanya berkirim kabar lewat telepon dengan orang tuanya. Dia merasa belum siap untuk pulang dan bisa sewaktu- waktu bertemu dengan dua orang yang menorehkan luka di hatinya itu. Pengecut? Mungkin. Rasanya tentu saja tidak akan pernah sama bertemu mereka setelah kejadian besar itu. Pasti akan sangat menggangu. Meskipun masih sama- sama tinggal di ibukota namun karena pekerjaan yang Misyka geluti membuat persentase pertemuan mereka sangat mustahil mengingat selera makan Yuda dan perempuan itu. Sementara jika dia pulang, persentase pertemuan mereka meningkat drastis mengingat mereka tinggal dalam satu komplek perumahan yang sama.

Ada Kamu Di HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang