Sudah empat hari lelaki itu tidak lagi terlihat datang ke warung tenda miliknya. Misyka mengedikkan bahunya tak acuh. Mungkin ini lebih baik baginya karena lelaki itu tidak lagi menggangu aktifitas nya.
Tapi entah bagaimana dalam hatinya terasa aneh. Seperti ... entahlah. Misyka tak bisa menjabarkan apa yang dia rasa. Apalagi sejak bertemu dengan dia orang di Mall waktu itu. Misyka merasa ada sesuatu antara mereka bertiga.
Mungkinkah kedua orang itu adalah masa lalu Ipan?
Sret!
"Aduh."
"Misy, kamu kenapa?" Gea datang dengan khawatir.
"Nggak apa-apa."
"Nggak apa-apa gimana? Keluar darah itu lukanya. Kamu melamun ya?"
Misyka terdiam. Benarkah dia tadi melamun?
"Nggak kok, Ge. Mungkin memang rejeki aku."
"Ya udah, hati-hati kalau pegang tusuk sate. Itu ada yang terlalu lancip dan tajam."
"Oke." Misyka kembali berkutat dengan para sate yang hendak dia bakar dia tas bara. Dia mencoba mengenyahkan segala sesuatu tentang lelaki itu.
Kalau memang jodoh, apapun juga akan terjadi bukan? Seperti halnya dirinya dan Yuda. Sudah akad dan tinggal resepsi malah. Karena mungkin mereka memang tidak berjodoh, akhirnya semua berantakan dengan orang tuanya yang akhirnya mengajukan pembatalan pernikahan.
Dan sekarang ... Entah bagaimana ada sedikit rindu mendengar gombalan dan ocehan lelaki bernama Rivanio itu.
***
Sore yang sibuk telah usai. Kini waktu untuk Ipan kembali ke rumah kontrakannya dengan motor matic putihnya, berharap tidak turun hujan sore ini. Ibu kota memang hampir tak pernah tidur. Dia bisa melihat bagaimana penuhnya semua angkutan umum yang tersedia di jam-jam ini. Bus, taksi, angkot juga ojek. Berbaur dengan para pengguna jalan raya, dia meliukkan motornya lincah agar cepat sampai ke rumah dan bisa beristirahat.
Hidungnya terasa gatal sejak siang tadi. Sedikit tanda yang memberitahukannya bahwa jika tidak segera beristirahat, dia akan segera tumbang karena flu.
Sesampainya di depan rumah kontrakannya, Ipan segera membuka gerbang setinggi pinggang itu dan memasuki halaman sempitnya agar bisa segera memasukkan motornya ke garasi. Tak lupa dia menutup gerbang dan memeriksa pekarangan rumah sebelum dia memasuki rumah dan membersihkan diri.
Usai membersihkan diri, dan mengenakan pakaian rumahannya yang berupa kaus oblong putih dan celana katun selutut, dia memanaskan sayur dari dalam kulkas dan menata nasi ke dalam piring. Untung saja dia tadi sudah menunaikan kewajibannya di masjid kantor, jadi dia bisa segera mengisi perutnya.
Ipan membawa piringnya yang telah dia isi dengan nasi, sayur dan lauk ke ruang tamu dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya membawa segelas air putih.
Sambil mulai mengunyah makan malamnya, Ipan menyalakan Televisi, namun belum sempat dia memilih saluran, ponselnya yang dia letakkan di kamar terdengar menjerit-jerit. Tak ingin mengabaikan orang yang menghubunginya, Ipan segera meletakkan piringnya dan berlari ke kamar untuk mengambil ponselnya.
"Assalamualaikum," sapa Ipan yang telah kembali ke ruang tamu dan menyuap nasi.
"Wa'alaikumusalam, gimana kabar lo bro?" tanya dari seberang sana.
Ipan menelan nasinya terlebih dahulu dan menjawab. "Baik. Ngomong-ngomong ada perlu apa lo sampai hubungi gue?"
"Gue butuh teman curhat."
Curhat?!!
Ukhukk!!
"Si-sssialann lo. Gue keselek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Kamu Di Hatiku
RomanceSekuel dendam 1 Gagal menikah? Lebih tepatnya dia yang membatalkan pernikahannya sendiri saat semua tamu sudah datang? Sakit? Sangat. Tapi dia tahu jika dia melanjutkan pernikahan itu, dia yang terluka. *** Misyka, namanya. Cantik orangnya. Dan baik...