Part 8 - Amarah Si Bos

724 17 2
                                    

“Kau belum tidur?” sebuah sapaan terdengar di telinga Yi Seul. Di sampingnya seorang lelaki tampan membawa dua buah cangkir yang masih mengepul.

“Untukmu, coklat panas.”

“Terima kasih, Henry- ssi.”

“Langit di Jeju sangat indah. Kita bisa melihat bintang.”

“Hem, kau benar.” Yi Seul menyesap cangkirnya. Memberi kehangatan pada tubuhnya. Udara malam ini cukup dingin. Wajar saja, beberapa hari yang lalu musim dingin baru saja berakhir.

“Memikirkan sesuatu? Wajahnya terlihat muram.”

“Bukan masalah besar. Hanya sedikit penasaran dengan sesuatu.”

“Yi Seul- ah, wajahmu…”

“ Wae?” Yi Seul membelalak. Benda lembut berwarna pink itu mencium bibirnya. Tidak. Lebih tepatnya mengecup. Yah, Henry mengecupnya. Hanya menempel. Tidak ada pergerakan di sana. Tapi perbuatan Henry menimbulkan efek kejut luar biasa pada jantung Yi Seul.

“Hem, manis. Tadi ada coklatbyang tertinggal di sudut bibirmu.”

Tanpa Yi Seul sadar ada seseorang yang mengawasi mereka. Seorang lelaki mengepalkan tangannya. Kakinya menendang tembok di depannya. Lelaki itu, Gi Kwang ingin memukul wajah Henry yang dengan kurang ajar mencium Yi Seul. Tunggu dulu. Mengapa dia kesal melihat Henry menciumnya? Bahkan Gi Kwang tak memiliki hubungan special dengannya selain sebatas atasan danbsekretarisnya.

Di satu sisi, Henry terkikik geli. Dia mengulum senyum. Ekspresi Yi Seul yang kaget terlihat sangat lucu. Selain itu raut kesal pada sahabatnya membuat dia senang. Fakta bahwa Gi Kwang memang mempunyai perasaan pada Yi Seul membuatnya bahagia sekaligus sedih. Sebenarnya dia sengaja mencium Yi Seul. Tak ada coklat di sana. Dia ingin menguji Gi Kwang. Dia berharap Gi Kwang akan kesal dan menghajarnya.

“Yi Seul- ah, aku rela mengalah asal kau berjanji akan bahagia bersamanya.”

“ Mworago? Apa maksud ucapanmu?”

“Aku tahu, kau menyukai Presdir dingin itu bukan?” Semburat merah muncul di kedua pipi Yi Seul. Membuat Henry gemas dan tak tahan untuk tidak mencubitnya.

“Kejarlah cintamu. Saat ini dia pasti sedang sangat kesal. Tadi dia melihat kita berciuman,” kata Henry kalem sambil mengedikkan dagu ke sudut di mana Gi Kwang tadi berada.

“Henry- ssi, kau tidak bercanda kan? Tapi mengapa aku harus mengejarnya?”

“ Pabo. Dia juga menyukaimu. Dia terlalu polos dan tidak menyadarinya.”

Yi Seul mematung. Otaknya bekerja lambat untuk mencerna ucapan dari Henry.

“Pergilah. Bujuk dia, jangan sampai dia marah. Acara besok bisa kacau kalau mood Lee Gi Kwang memburuk.”

Tanpa menunggu perintah lagi. Yi Seul berlari mencari keberadaan Gi Kwang. Saat dia sampai di titik Gi Kwang berada tadi, dia melihat punggung lelaki pendek tersebut berjalan tergesa ke kamarnya. Yi Seul memaksa kakinya menghampiri tubuh kekar tersebut.

Terlambat. Kakinya yang kalah pendek dari Gi Kwang membuatnya tertinggal cukup jauh. Saat ini Gi Kwang sudah masuk ke kamarnya. Yi Seul dilema. Haruskah dia masuk? Tapi ini kamar pribadi. Sudahlah, sebaiknya dia menuruti perkataan Henry. Dia tidak ingin acara besok kacau. Anggap saja ini tanggung jawabnya sebagai seorang sekretaris.

Gi kwang baru saja menjatuhkan badan di kasur saat sebuah ketukan terdengar dari pintu kamarnya. Sambil menggerutu dia menghampiri handel pintu. Dia terkejut mendapati Yi Seul yang sudah berdiri di depannya. Dia mundur beberapa langkah, memberi jalan pada Yi Seul untuk masuk. Merasa mendapat ijin, Yi Seul melangkah masuk sambil menunduk. Tak berani menatap Gi Kwang.

“Ada apa?” tanya Gi Kwang dengan kasar. Dia melangkah santai ke sofa, duduk bersedekap dan menatap Yi Seul datar.

“Tadi… di… di taman… kata…”

“Bicara yang jelas. Aku capek.”

Yi Seul memejamkan matanya. Kaget atas bentakan Gi Kwang. Dia semakin gugup bagaimana harus menjelaskan pada atasannya ini.

“Apa yang Presdir lihat tadi tidak sepenuhnya benar,” jelas Yi Seul pelan. Jantungnya berdetak dua kali lipat.

“Salah lihat? Memangnya aku lihat apa? Hanya sepasang kekasih yang sedang melepas rindu. Yah, sepasang kekasih yang sedang berciuman.”

“ Ani. Bukan…”

“Yak, kau malam-malam kemari hanya ingin mengatakan jika kau punya hubungan khusus dengan namja asal Kanada itu? Kalau iya, sebaiknya kau keluar.”

“Itu… kata Henry tadi… Presdir pasti sedang marah. Ternyata… dia benar.”

-tbc-

My Secret(ary)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang