3. Anjang Sana

45.6K 2.7K 5
                                    

Keesokannya Ayya rewel. Ketika bangun tidur ia langsung mencari Daddy-nya namun tidak ditemukannya. Itulah penyebabnya--tidak adanya Daddy di rumahnya. Hingga Kalea kewalahan menghadapinya, bujuk rayuannya tak mempan. Karena Ayya hanya butuh Daddy-nya.

"Ayya mau ikut Daddy, Bunda!" hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Ayya. Tidak ada yang lain.

"Daddy 'kan lagi kerja, sayang." ujar Kalea lembut.

"Ayya mau ikut Daddy kerja, Bunda!" setelah itu Ayya menangis kencang. Kalea mencoba menenangkannya dengan memeluk tubuh kecil Ayya.

"Nanti kalo Daddy udah pulang, Ayya boleh ikut Daddy." ujar Kalea membujuk.

Kalea melirik jam dinding, jarumnya masih di angka 10 itu artinya Dirga masih mengajar di kelasnya. Karena profesi Dirga adalah sebagai Dosen di salah satu Unviersitas Negeri ternama.

Tak lama kemudian, Kalea mendengar dengkuran halus yang membuatnya menundukkan kepala. Ayya tertidur. Lalu tangan Kalea terulur untuk mengusap kepala Ayya yang penuh keringat. Setelah itu Kalea membaringkan tubuh Ayya dan ia melanjutkan aktivitasnya kembali.

"Bunda selalu sayang Ayya," bisik Kalea dan memberikan kecupan di kening Ayya.

°^°

Sore ini sesuai rencana Kalea, ia dan Ayya akan berlibur di rumah orang tuanya. Sekarang mereka sedang berada di sebuah halte untuk menunggu mobil travelnya datang. Karena tidak memungkinkan bagi Kalea yang sedang berbadan dua untuk berkendara sendiri dengan jarak yang jauh. Barang yang dibawa pun tidaklah banyak namun cukup, hanya beberapa pakaian ganti dan sedikit oleh-oleh.

Dan hanya beberapa menit menunggu, mobil travel Kalea telah tiba dihadapannya. Ia dan Ayya pun segera masuk mobil tersebut untuk segera meluncur ke tempat rumah orang tuanya yang memakan waktu satu jam.

Baru beberapa menit perjalanan Ayya tertidur dipangkuan Bundanya. Sedikit susah sebenarnya--mengingat Kalea yang sekarang. Dan Ayya tertidur hingga tiba di tempat tujuan mereka; rumah orang tua Kalea.

Itu karena rumah orang tua Kalea memang terletak di pinggir jalan. Jadi memudahkan mereka untuk tidak harus berjalan kaki terlebih dahulu. Sebelum turun, jarak beberapa meter Kalea membangunkan Ayya terlebih dahulu. Kakinya cukup pegal dan terasa kesemutan, tentu saja itu terjadi.

"Bangun, Ayya." bisik Kalea sembari mengusap pipi Ayya lembut. "Udah sampe, sayang." katanya lagi.

Bisikan lembut Kalea tak kunjung membuat Ayya terbangun, malah ia mencari posisi ternyamannya dengan memeluk Bunda-nya. "Ayya bangun,"

Alih-alih bangun Ayya malah merengek dan melanjutkan tidurnya. Itu membuat Kalea menghembuskan napasnya lelah, ia sangat lelah. Terpaksa Kalea menggendong Ayya yang tidak kecil lagi itu. Namun Kalea juga tetap memperhatikan makhluk lain yang ada dikandungannya. Dengan pelan-pelan ia turun dari mobil travel itu dan ia pun langsung memencet bel yang terdapat di sebelah gerbang rumah milik orang tua Kalea.

Begitu gerbang yang tingginya hanya beberapa sentimeter di atas kepalanya. Kalea langsung bertatap muka dengan wanita paruh baya yang dipanggilnya Mama.

"Kalea!" wanita itu terkejut yang mendapati Kalea ada di depan rumahnya. Kalea tersenyum manis.

"Assalamu'alaikum, Ma." ucap Kalea sambil menarik pelan tangan sang Ibu dan mencium punggung tanganya.

"Wa'alaikumussalam," Ibunya Kalea langsung mengambil alih Ayya dari gendongannya, karena beliau tahu jika anaknya itu lelah.

"Ayo, masuk dulu!" ajaknya sembari berjalan mendahului Kalea yang sedang menenteng koper yang berukuran sedang.

R E P E A T | TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang