9. Musibah

40.6K 2.4K 29
                                    

Ujian itu tak melulu tentang duka, melainkan suka juga. Bersyukur saat suka atau hanya mengeluh saat duka
.
.
.

Beranjak petang dengan hiasan mega merah yang cantik juga begitu apik. Sang surya terus menenggelamkan diri mengikuti rotasinya. Dan tak lama adzan maghrib berkumandang, Kalea langsung bergegas mengambil wudlu tak lupa pula ia mengajak Ayya yang asyik menonton televisi yang sedang menayangkan Upin & Ipin.

"Dikecilkan volume-nya, Ayya." perintah Kalea sebelum memasuki kamar mandi untuk mengambil air wudlu, karena ada adzan yang sedang berkumandang. Ayya menuruti perintah Ibunya, lalu ia mendekat ke arah televisi agar tetap bisa mendengar suara dari tayangan tersebut.

Begitu Kalea keluar ia melihat Ayya yang menonton televisi dengan jarak dekat itu langsung menegurnya, "Nonton televisi-nya jauhan, Ayya."

"Sekarang ambil wudlu dulu, abis itu sholat." sambungnya.

"Bentar, Bunda."

"Alayya," Ayya langsung bangkit dari lesehannya dan berjalan ke arah kamar mandi dengan kaki dihentak-hentakkan. Kalea terkekeh melihatnya.

Setelah selesai melalukan ritual; wudlu. Kalea mengajak Ayya sholat berjama'ah di rumah--Kalea yang menjadi imamnya.

Sebelum memulai sholat, Kalea menguji Ayya terlebih dahulu. "Niatnya sholat maghrib, gimana Ayya?"

"Usholli fardlo maghribi tsalaatsa roka'ati makmuman lillahi ta'alaa." baru setelah itu Kalea memulai sholat maghrib-nya sebelum waktunya habis. Allahu akbar.

Beberapa menit kemudian, sholat maghrib mereka usai. Ayya langsung melepaskan mukena-nya dengan melipatnya secara asal dan berlenggang pergi setelah mencium punggung tangan Ibunya.

Lalu Kalea melanjutkan kegiatan selanjutnya; mengaji. Namun baru membaca beberapa ayat, Ayya berteriak memanggilnya membuat kegiatan mengajinya itu tertunda dan tak dilanjutkan lagi.

"Bunda, Ayya laper pengen makan."

Kalea segera melipat mukena-nya dan menutup al-qur'an yang dibacanya lalu meletakkannya di sebuah rak. Setelah itu ia segera menghampiri Ayya yang sudah duduk di depan televisi.

"Mau makan sama apa?" tanya Kalea seraya mendekati anaknya itu.

"Kayak tadi siang," jawab Ayya tanpa menolehkan pandangannya dari televisi.

Kalea mencoba mengingatnya sebentar, "Sayur sop sama ayam?"

"Hehem," Kalea langsung mengambilkan makanan di dapur, yang diletakkannya di rak khusus menyimpan makanan. Begitu selesai mengambilkan makanan untuk Ayya, Kalea kembali ke ruang televisi.

"Makan sendiri, kan?"

Ayya menggeleng, "Disuapin Bunda," bahkan menjawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.

Kalea mendekati Ayya lantas duduk di sampingnya; meleseh di karpet. "Berdoa dulu,"

Ayya pun berdoa sebelum makan, setelah itu barulah mendapat suapan dari sang Ibu. Dengan telaten dan penuh sabar Kalea menyuapi Ayya. Karena Ayya tetap fokus dengan tontonan yang ditayang televisi yang berukuran 21 inch tersebut. Tak jarang Ayya merengek meminta lauk ayamnya yang potongannya besar. Begitu selesai, Ayya langsung meminta Ibunya untuk dibuatkan susu. Dan Ayya memiliki jadwal untuk minum susu; pagi hari minum susu vanilla rasa madu dan malam hari minum susu rasa coklat. Itupun Ayya yang membuatnya sendiri.

"Bunda minum susu,"

"Bentar, Bunda buatkan susunya dulu."

Kalea segera menghilang dibalik ruangan menuju dapur untuk membuatkan Ayya susu. Tak lama kemudian ia kembali dengan membawa gelas yang berisi susu coklat.

R E P E A T | TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang