part 3

17 6 0
                                    

#awalmula

                            👇👇
Jam kosong? Memang menyenangkan. Otak kita tidak diperas untuk memikirkan pelajaran rumit yang melebihi rumitnya masalah hidup. Tidak usah berpura-pura mendengarkan agar tak disuruh maju. Tidak perlu bersusah payah mengangguk saat guru menceritakan harta dan masa lalunya agar tak pelajaran.

Tapi tak semua siswa menyukai istilah jamkos. Ada juga siswa yang merasa dirugikan karena tak mendapat pelajaran. Yah mereka semua adalah kelas 11 IPA 1, dimana hampir setiap siswanya adalah murid good yang sangat memperhatikan nilai dan pelajaran.

Estha juga tengah merasakan kebosanan yang mendalam dan rasa mengantuk karena tak tau ingin melakukan apa.

"Vin lo ngga bosen apa main hp mulu?"

Vinda menggeleng tanpa mengalihkan perhatiannya pada ponsel.

Estha menggerutu kecil karena respon yang diberikan Vinda. Tapi dirinya memaklumi Vinda yang seorang kpopers.

"Estha, aku bikin doodle art (maafkeun kalo salah) nih liat."

Estha mengambil kertas yang sudah tak suci lagi karena tinta yang berkumpul dan menjadi indah.

"Bagus, tapi ini masih ada yang kosong. Kalo diisi apa gitu pasti lebih bagus. Kan sebelah sini udah penuh, kalo disini kosong ngga imbang." saran Estha.

Zellin mengangguk lalu kembali menarik kertasnya kembali. Menumpahkan tinta hitam yang nantinya akan menjadi indah.

Zellin kembali menyerahkan kepada Estha. Estha yang melihat tentu saja terkejut karena Zellin menambahkan tulisan RIVAL VALLENO DIASTHA pada doddle art itu.

Estha menghela nafas pelan, ia gemas sendiri pada Zellin. Dirinya atau Vinda sudah sering menawarkan Zellin untuk membantu mendekatkan Zellin dengan Rival. Tapi jawaban Zellin kekuh tidak mau. Meskipun menyakitkan menjadi pengagum rahasia tapi biarlah Zellin merasakan dan menjalankan kisah cintanya semasa abu-abu. Meski tak bersama tapi Zellin bersyukur bisa setiap hari melihat Rival, sang pujaan hati.

"WOY! DIMEJA ESTHA SAMA ZELLIN ADA DOODLE ART TULISAN RIVAL VALLENO DIASTHA."

Estha tersadar dari lamunanya saat Deno-teman sekelasnya-berteriak memberitahu satu kelas.

Teriakan Deno sontak membuat semua siswa menatap Estha dan Zellin dengan penasaran. Estha apalagi Zellin tentu saja terkejut dengan ini.

"Siapa yang suka Rival?"

"What! Lo suka sama Rival Es?"

"Kenapa suka sama Rival? Kenapa ngga coba suka sama gue aja."

"Zellin, lo suka sama Rival bebeb gue?"

"Nembah saingan aja nih."

Itulah beberapa tanggapan yang didengar Estha. Rasanya Zellin ingin menghilang ditelan bumi detik ini juga. Zellin seperti mafia yang baru saja kepergok. Desakan penasaran membuat Zellin  berkeringat deras didahi mulusnya, tangan bergetar dan bibi pucat. Zellin sudah pasrah jika semua orang tau abapagi gang Shila, Zellin sudah siap untuk dibully.

Estha yang tak tega melihat sahabatnya seperti itu tanpa pikir panjang langsung angkat tangan, berbicara pada teman sekelasnya jika dirinyalah yang menyukai Rival.

"Gue yang suka sama Rival." seru Estha.

Siapapun yang mendengar pernyataan Estha sontak ternganga. Meski jawabannya hanya Estha dan Zellin tapi rasanya aneh saja murid pendiam seperti Estha menyukai Rival si troublemaker sekolah.

LIAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang