"Hai calon pacar!" teriak Rival pada Estha and the gank.
Lantas cowok bermarga Diastha itu berlari kearah Estha and the gank. Tetapi Estha tak memperdulikan. Ya ampun untuk apa Estha peduli, bukankah yang Rival panggil adalah calon pacar, bukan memanggil namanya?
"Ih~lo kok sombong banget sih Es." ucap Rival nyolot saat sudah ada didepan Estha.
"Sombong?" beo gadis berponi itu.
"Tadi gue panggil ngga nyaut-nyaut." rengek Rival.
"Kapan lo manggil nama gue? Kan tadi lo koar-koar calon pacar deh." kata Estha.
"Lin, Es, em Rival gue duluan yah. Udah dijemput." pamit Vinda.
"Iya." jawab Estha dan Zellin bersamaan.
"Kan calon pacar gue lo. Lo pulang sama siapa?"
"Zellin."
"Pulang bareng gue aja yuk."
Perkataan Rival barusan sontak saja membuatnya keget. Terlebih ada Zellin disampingnya. Ya Tuhan, Estha benar-benar ingin menyumpal mulut Rival. Bisa-bisanya mengajak pulbar didepan Zellin.
"Gu...Gue.." ucap Estha terbata-bata.
Gugup? Sangat. Estha melirik Zellin yang masih terkejut tetapi cepat gadis itu melempar sebuah senyum tipis menandakan jika gadis itu baik-baik saja.
"Udahlah Es, kapan lagi diajak pulang bareng sama pujaan hati kamu? Aku duluan yah." goda Zellin lalu gadis itu beranjak dari hadapan Estha dan laki-laki yang dicintainya.
"Tapi Lin."
"Udah. Temen lo juga udah pulang." sambar Rival cepat.
"Emm... Gu..Gue.." ujar Estha sembari menggigit bibir bawahnya.
Estha gugup dicamput takut. Takut jika ada yang melihatnya dan bakal jadi tranding topik disekolahnya besok. Tetapi yang membuat ia lebih takut adalah Zellin. Apa kabar hati Zellin sekarang? Meskipun Zellin tampak biasa saja bahkan terkesan menggodanya, tapi Estha yakin jika itu hanya topeng.
Tapi kegugupan Estha mengenai kabar hati Zellin disalah artikan oleh cowok yang tengah menatapnya intens. Rival, ia justru berfikir jika Estha gugup karenanya. Gugup karena akan pulang bersama dengan dirinya yang mana adalah orang yang gadis itu sukai.
"Gue janji bakal anter lo pulang dengan keadaan utuh ngga kurang satupun." ujar Rival lembut.
Lalu tanpa aba-aba cowok itu menarik paksa tangan Estha pelan. Membawa tubuh Estha ke parkiran dimana motor Rival berada.
Tak jauh dari parkiran, tepatnya didekat ruang seni. Seorang perempuan cantik tengah menatap laju motor yang ditumpangi dua remaja berbeda gander. Perempuan itu terlihat menyunggingkan senyum manis dibibirnya. Tapi jangan salah, tatapan bak elang yang dihunuskan bisa mematikan.
"Lo bakal diem aja gitu ngeliat cowok yang sering lo puja-puja sama cewek lain? Biasanya ganas kenapa sekarang lembek?"
Perempuan itu tersentak, lalu menoleh kesampingnya. Maniknya menatap tajam pada lelaki yang ada disampingnya karena datang mengejutkannya.
"Lembek? Maaf, bukan gue banget." ujar perempuan itu dengan nada mengejek.
"So? What that your planning?"
Perempuan itu menatap lelaki didepannya dengan sinis, namun tidak menghilangkan senyum manis yang sendaritadi terpatri.
"Rencana apa?"
Lelaki itu terkekeh melihat raut sok polos dari perempuan didepannya. Menjijihkan dan sangat tidak pantas, pikirnya.
"Ngga usah bertele-tele Shil. Semua orang bisa lo kibulin tapi engga dengan gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
LIAL
Teen FictionSepercik sapuan halus sebuah perasaan yang belum pernah dirasakan oleh kedua remaja yang menginjak dewasa. Perasaan asing yang masih tabu dikehidupan keduanya. Masih abu-abu seperti seragam yang masih tetap harus dikenakan keduanya. Terlalu terkej...