Estha mengernyit bingung kala Kiki mendudukan gadis itu dibangku sebelah cowok itu. Lama memandangi cowok itu, akhirnya cowok itu mengangkat kepalanya."Nih jaket lo." ucap Estha datar.
Dibalik suaranya yang datar, Estha menyimpan sejuta kegugupan juga cemas yang luar biasa. Jika kalian tidak memahami posisi Estha, maka kalian cukup bayangkan saja jika kalian masuk kedalam kandang singa dengan kesadaran seratus persen.
Estha menyerahkan papper bag coklat yang berisi jaket abu-abu milik Rival kepada sang empunya.
"Pakein dongg..." ujar Rival dengan nada manja.
Estha membelalakan matanya. Tentu saja dirinya tidak akan menuruti kemauan itu. Meski teman sekelas Rival tidak terang-terangan menonton dirinya, tapi Estha yakin jika mereka masih mengawasi dirinya.
"Ngga mau!"
"Gue lagi sakit nih Es." kata Rival dengan menunjukan wajah memelasnya.
Estha tertegun, Rival sakti? Apa itu karena dirinya? Karena jaket yang dikenakan dirinya hingga Rival sendiri terkena angin dan berujung sakit?
Karena merasa tak enak juga merasa berhutang budi, dengan berat hati san ogah-ogahan, Estha mengambil jaket Rival didalam paper bag dan dikenakan pada sang pemilik yang mengeluh sakit.
Apa yang dilakukan Estha, membuat siapa saja yang melihat akan merasa iri. Terlebih kaum hawa yang menjerit tertahan karena iri ingin diposisi Estha. Sedang kaum adam hanya bisa melongo melihat Rival diperlakukan manis oleh lawan jenisnya. Karena setahu mereka, Rival tak tersentuh oleh kaum hawa.
Tet!
Tet!
Tet!
Bel tanda masuk berbunyi, membuyarkan rasa iri juga rasa heran mereka semua. Juga dengan Estha yang akan beranjak dari tempatnya duduk untuk segera menuju kelasnya. Namun sebelum Rival menahannya.
"Es, gue pusing nih pijetin dong!"
"Lo ngga denger tadi udah bel?" seru Estha.
"Tapi gue pusing Es!" rengek Rival manja.
Kido simost atau Kiki Aldo hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah tak biasa dari sahabatnya.
"Noh ada sahabat lo, minta sama mereka aja sana!" ujar Estha menunjuk Kidho alias Kiki dan Aldo.
Tapi respon kedua cowok yanh ditunjuk Estha sungguh berbeda.
"Lo yang namanya Estha? Kenalin gue Aldo sahabatnya Rival dan Kiki." ujar lelaki itu mengulurkan tangannya.
Estha memutar bola matanya, tanpa ngenalin diri juga Estha juga udah tahu siapa mereka.
"Estha." jawab Estha malas.
"Ekhem."
Tautan tangan itu terlepas karena refleks mendengar deheman Rival. Menginstrupsi keduanya jika permainan akan segera berlanjut.
"Gue maunya lo yang pijetin gue Es."
Ingatkan Estha untuk menambah stok kesabaran juga tidak melayangkan satu bogeman pelan pada wajah sok memelas Rival.
"Kalau gue disini nanti gue bakal ngga ikut kelas. Gue bakal ketinggalan pelajaran ogeb!"
"Ya lo disini aja Es, di kelas gue. Apa bedanya coba? Sama-sama kelas? Sama-sama dapet pelajaran kan?"
Ya salam, Rival tuh ngga ada jaim-jaimnya banget sih. Harusnya tuh cowok ganteng cool, pendiem, ngomongnya dikit kayak di wattpad kan jadi banyak yanh tertarik. Lah ini? Cowok jelmaan kayaknya, bibirnya aja udah kayak emak-emak komplek yang kalo udah nggosip kereta mah lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIAL
Teen FictionSepercik sapuan halus sebuah perasaan yang belum pernah dirasakan oleh kedua remaja yang menginjak dewasa. Perasaan asing yang masih tabu dikehidupan keduanya. Masih abu-abu seperti seragam yang masih tetap harus dikenakan keduanya. Terlalu terkej...