#hukuman
👇👇
Estha buru-buru nuruni anak tangga rumahnya. Estha merutuki apa yang mamahnya sampaikan, suasana baru? Menurut Estha ini sama saja. Ngga dirumah lama, ngga dirumah baru, Estha selalu saja berangkat telat. Entah apa itu alesannya ia belum bisa bangun pagi."Estha ini sarapannya sayang." ujar Nindia menahan laju jalan Estha.
"Makasih mah." ucap Estha melanjutkan jalannya tapi tak jadi karena intrupsi dari sang ibu negara.
"Ka, pamit dulu dong ngga sopan ma-"
"Estha pamit mah Asslamualaikum. Pah, Estha pamit." teriak Estha lalu berjalan kearah depan rumah dimana sang ojek online sudah menunggu.
Nindia berdecak kecil. "Lah wong papa kamu aja udah berangkat. Estha-Estha.."
Estha melirik jam tangan putih, waktu sudah menunjukan pukul 06.50 menit. Yang berarti sepuluh menit lagi bel masuk berbunyi dengan nyaring.
"Kang bisa cepetan lagi ngga? Saya udah telat banget nih." ucap Estha panik.
"Jangan ngebut neng bahaya. Pelan-pelan saja asal selamat." ujar pria berkumis itu.
"Nyawa emang selamat. Tapi saya pasti ngga selamat dari hukuman. Mending saya aja yang bawa motornya." kesal Estha.
Mendengar nada penumpangnya yang kesal, tukang ojol (ojek online) menambah kecepatan gasnya.
"Oke neng pegangan saya ngebut."
Sembilan menit kemudian Estha sampai didepam gerbang sekolahnya. Ia turun dari motor dan merogoh sakunya untuk membayar.
"Makasih kang, maaf udah bentak-bentak tadi." ujar Estha.
"Iya sama-sama. Saya ngerti kok, saya juga pernah jadi pelajar jadi maklum. Saya duluan neng."
Estha mengangguk lalu membalikan badannya karena waktu sudah semakin tipis untuk bisa masuk. Tanpa diduga, dibelakang Estha yang sekarang jadi didepannya sudah berdiri menjulang sosok dengan pahatan dewa Yunani. Jarak wajah mereka hanya sejengkal. Estha bisa merasakan hembusan nafas beraroma mint milik Rival. Tak ada satupun yang berniat melepaskan pandangannya seolah-olah sedang menikmati pemandangan indah. Hingga bel berbunyi dan disusul oleh bunyi gerbang yang ditutup menyadarkan keduanya lebih tepatnya Estha.
Estha berlari kearah satpam penjaga gerbang. Belum sampai kesana suara Rival membuat Estha berhenti.
"Stop!"
Estha tak mau berurusan lagi dengan Rival dirinya tetap melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
"Kalo lo deketin gerbang sekolah, yang ada lo bakal ketauan telat." ujar Rival datar.
Estha membalikan badannya menatap Rival. "Terus gue harus gimana? Pulang kerumah?" ujar Estha khawatir.
Estha memang beberapa kali pernah terlambat, dan dihukum. Tapi ia tak akan merasa secemas ini kalo pelajaran pertama bukan pelajaran yang diampuh pak Bintoro, salah satu jajaran guru killer.
"Ikut gue." ujar Rival.
"Kemana? Lo ngga mau macem-macem kan?" tanya Estha panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIAL
Teen FictionSepercik sapuan halus sebuah perasaan yang belum pernah dirasakan oleh kedua remaja yang menginjak dewasa. Perasaan asing yang masih tabu dikehidupan keduanya. Masih abu-abu seperti seragam yang masih tetap harus dikenakan keduanya. Terlalu terkej...