"ESTHAAA....!!!!!
"Astaga."
Estha terkejut, baru saja dirinya mengambil laptopnya untuk maraton film terbaru yang sudah lama dirinya ingin tonton, suara nyaring sang ibu negara membuatnya terkejut. Untung saja tidak refleks membanting tuh laptop.
Tak lama pintu kamar Estha berbederit tanda ada orang yang masuk tanpa ketuk pintu. Main masuk aja. Dan Estha sudah menebak jika itu adalah emaknya.
"Es, ada kasep tuh dibawah." heboh ibu negara alias emaknya Estha.
"Kasep? Si Justin? Ngapain ke rumah Estha kan dah putus lagian udah ada istri. Atau Shawn Mandes? Atau mantan pertama Estha, si Zayn Malik?" jawab Estha dengan ikut heboh.
"Ck itu mah gebetan mama kali. Si kasep Rival tuh."
"Ooh." acuh Estha. "APA?! Rival? Ngapain dia kesini?" teriak Estha saat gadis itu sudah sadar siapa yang datang bertamu kerumah orangtuanya.
"Ngapelin bi Surti ya kamu lah."
"Ngapel?" beo Estha.
Rasa-rasanya kata apel, diapelin, pacar sangat asing ditelinga Estha. Agak geli jika salah satu kata itu merujuk pada dirinya.
"Udah sana temuin aja." ujar Mama Estha dengan menarik kerah baju tidur Estha.
"Ish emang Estha kucing apa? Ngga mau ah, buang-buang waktu mending mama bilang aja kalo Estha ngga ada."
Nindia tersenyum miring mendengar kata yang dilontarkan anaknya. "Ngajarin mama boong yah? Mama sih seneng-seneng aja kalo uang jajan kamu mama kurangin."
Estha yang menangkap kata 'uang jajan dikurangin' melotot. Sampai kapan pun dirinya tidak akan rela jika uang jajannya dipotong. Gadis itu akan melakukan apa saja untuk menuruti sang emak.
"Yah nambah saldo mama buat arisan sama kesalon. Kalo perlu nanti ma-"
Belum sempat Nindia menyelesaikan ucapannya, Estha sudah buru-buru turun dari ranjang, memakai sandal lalu berlari dari kamarnya.
"Ck ngapain juga sih tuh orang kesini. Saudara bukan, temen bukan, pacar bukan apalagi suami. Ganggu aja!" gerutu Estha.
Karena saking buru-buru, Estha hampir saja jatuh jika tidak ada tangan yang cepat menyangga tubuh gadis itu.
"Tau kok pasti dah rindu sama gue. Buat kedepannya ngga usah lari-lari kayak gitu."
Awalnya Estha merasa terpesona karena wajah fresh dan juga cara lelaki didepannya memadupadankan apa yang dikenakannya. Mungkin benar apa kata pepatah jika orang ganteng pake apa aja juga ganteng.
"Apaansih. Ngapain kesini?"
Baru aja dipuji dikit, Rival sudah menghilangkan kesan terpesona Estha karena sikap percaya dirinya yang tinggi.
Baru saja Rival akan menjawab tapi keburu ada Nindia datang membawa dua gelas minuman dan tiga toples berisi makanan ringan.
"Estha apaan sih. Mama ngga pernah loh ngajarin kamu kayak gitu. Ayok nak Rival diminum, jajannya juga nih dimakan."
Rival tersenyum hangat jenis senyum yang ditampilkan lelaki jika bertemu dengan orangtua gadisnya.
"Iya tante. Makasih loh udah mau repot-repot."
"Eh ngga repot kok. Jangan sungkan ayo, anggap aja rumah sendiri."
Rival mengangguk dengan masih mempertahankan senyum hangatnya. Harus gitu kalo didepan calon mertua, senyum aja terus kaya iklan pasta gigi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIAL
Teen FictionSepercik sapuan halus sebuah perasaan yang belum pernah dirasakan oleh kedua remaja yang menginjak dewasa. Perasaan asing yang masih tabu dikehidupan keduanya. Masih abu-abu seperti seragam yang masih tetap harus dikenakan keduanya. Terlalu terkej...