Azura nampak sedang duduk berhadapan dengan seorang laki-laki paruh baya, ditengah ruangan yang hanya diterangi oleh sinar rembulan dan lampu yang hanya menyala di sudut-sudut ruangan membuat suasana semakin mencengkram.
Laki-laki paruh baya itu menatap Azura dengan pandangan dingin, setelah ratusan tahun ia mengenal sosok paruh baya itu Azura semakin yakin jika laki-laki itu sudah tahu apa saja yang sedang ia lakukan belakangan ini. laki-laki itu sangat suka mengawasi Azura, hingga sulit bagi Azura untuk bergerak bebas dan tidak mengikuti peraturan yang sudah di tetapkan.
"Aku pikir kau sudah belajar dari pengalaman terakhir." Ujar laki-laki itu setelah diam beberapa menit, matanya terus menatap Azura tanpa berkedip. "Seharusnya kau tau, wanita itu tidak akan terlahir kembali. Jangan berharap lebih." Lanjutnya.
Azura hanya terdiam, enggan untuk menjawab. Matanya nampak sibuk memperhatikan rembulan yang sudah terbentuk sempurna dari jendela yang terletak dibelakang laki-laki paruh baya itu.
"Kau tau bukan, apa yang akan dilakukan asosiasi jika mengetahui hal ini?"
"Iya, aku paham."
"Kau merupakan salah satu yang terbaik. Jangan mengecewakan asosiasi, lebih baik kau fokus dengan tugasmu."
"Baik." Azura mengangguk setelah itu ia bangkit dan berjalan meninggalkan ruangan itu, namun Azura berhenti diambang pintu. Laki-laki paruh baya itu masih memperhatikan Azura, menunggu apa yang akan diucapkan Azura.
"Kau tau Adison, aku sudah melupakannya." Laki-laki paruh baya itu –Adison- menautkan kedua alisnya dan menyipitkan matanya, ia tidak yakin dengan pernyataan Azura.
"Buktikanlah."
***
Sedang menjelajahi ranah yang jauh dari sebelumnya hehehe.
Semoga banyak yang suka ^^
24 Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Eyes
Teen FictionAzura terjebak dalam relung waktunya yang sudah berhenti lama. Berulang kali Azura harus menyaksikan kematian orang yang ia cintai secara langsung. Takdir benar-benar kejam kepadanya. Memaksanya untuk hidup dan menjalani semuanya dengan patuh. Ketik...