Hari ini adalah kuliah perdana Azura, walaupun masa ospek sudak berakhir namun ia masih harus menghadiri kuliah tamu untuk memperkenalkan bagaimana sistem pengajaran di kampus dan juga peraturan-peraturan yang harus mereka tepati. Hari ini mereka duduk bersama teman satu jurusan, entah beruntung atau apa Azura berakhir duduk tepat di belakang gadis itu.
Azura sama sekali tidak mendengarkan penjelasan itu karena ia sudah hapal betul seluruh peraturan kampus di Indonesia, rata-rata semua sama walaupun ada sedikit perbedaan. Perhatian Azura sepenuhnya terkunci pada gadis itu, gadis yang selama satu minggu ini telah menggali masa lalunya dan memporak-porandakan pertahanannya.
"Nama kamu siapa?" Tanya Lintang pada gadis itu.
"Lisa." Jawab gadis itu singkat.
Azura mengernyit, ternyata ia tidak salah dengar, nama gadis itu memang mirip dengan 'dia'. Kebetulan macam apa ini?
"Lisa...?"
"Lisa Putri Edelweis." Lintang mengangguk, lalu tersenyum seraya menjulurkan tangannya.
"Lintang, Lintang Agustiana."
Gadis itu, Lisa melirik tangan Lintang sebentar lalu menjabat tangan Lintang, terlihat sedikit senyuman tertarik di bibirnya.
"Oh iya, kenalin, ini Raka, temen satu kelompok ospek fakultasku. Raka, ini Lisa." Ujar Lintang memperkenalkan Azura dan juga Lisa secara bergantian.
"Raka."
"Lisa."
Percakapan mereka berhenti begitu saja namun menyisihkan arti lebih bagi Azura.
Lisa nampak sibuk memperhatikan penjelasan dosen di depan sementara Azura sibuk memperhatikan Lisa, deru nafas sampai detak jantung gadis itu benar-benar menarik bagi Azura. Bolehkah dia sedikit berharap? Berharap 'dia' terlahir kembali lagi.
Azura menekuk alisnya. Tidak, tidak mungkin. Jika benar 'dia' terlahir kembali pasti disuatu tempat yang jauh dari jangkauan Azura, dengan begitu 'dia' tidak akan tersakiti lagi. Karena jika Azura menemukan 'dia' lagi maka nasib buruk akan menemuinya.
"Banyak juga ya peraturan kampus." Keluh Lintang. Gadis itu melirik Lisa lalu mendekatkan tubuhnya agar bisa berbisik pada Lisa.
"Setelah ini kan kelas kita mulai jam 1, gimana kalau makan siang dulu?" Ajak Lintang.
Lisa melirik jam nya dan terdiam sejenak, seperti sedang berpikir. "Boleh." Jawabnya singkat.
Lintang langsung menghadap ke belakang melihat Azura dengan tatapan 'Ayo ikut.'
"Raka, ayo ikut makan siang!" Ajak Lintang.
Tanpa berpikir panjang, Azura langsung mengiyakan ajakan Lintang dengan mengangguk. Lintang tentu saja langsung senang, pasalnya Azura saat ospek sangat sulit didekati, jangankan mengajaknya makan malam bareng sambil kerja kelompok, mengajaknya berbicara saja kadang tidak di sahuti dengan kata-kata.
Hanya Lintang yang selalu bisa mengajak Azura berbicara, selain itu hanya akan mendapatkan anggukan atau gumaman saja. Atau mungkin karena pertanyaan mereka tidak ada yang penting bagi Azura? Lintang sedikit menggelengkan kepalanya, mana mungkin, gadis itu juga sering menanyakan hal-hal yang tidak penting ke Azura.
***
Lintang menggandeng tangan Lisa sambil berjalan menuju kantin kampus yang terletak tak jauh dari gedung fakultasnya. Sementara Azura mengikuti mereka dari belakang, mata Azura tak henti-hentinya mengawasi Lisa, seperti ada magnet yang selalu menarik Azura untuk terus mengawasi Lisa.
![](https://img.wattpad.com/cover/174957149-288-k904193.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Eyes
Ficção AdolescenteAzura terjebak dalam relung waktunya yang sudah berhenti lama. Berulang kali Azura harus menyaksikan kematian orang yang ia cintai secara langsung. Takdir benar-benar kejam kepadanya. Memaksanya untuk hidup dan menjalani semuanya dengan patuh. Ketik...