Hujan menyelimuti kota Surabaya, membuat udara yang biasanya panas menjadi sedikit dingin dan mengakibatkan beberapa orang semakin asik bergumbul dengan selimutnya. Tapi tidak untuk Azura, apapun kondisi cuaca dan keadaan udara tidak akan membuatnya betah untuk bergumbul dengan selimut dan kasur, hal itu selalu berakhir buruk dan membuatnya gelisah. Azura lebih memilih terjaga dan melakukan suatu hal, mengamati matahari terbit misalnya.
Azura masih betah mengamati matahari terbit dari atas gedung mall yang terdapat ditengah kota Surabaya, iris matanya melirik jam yang melingkar di tangan kirinya, tepat seperti prediksinya melalui tekanan udara dan posisi matahari serta mulai padatnya jalanan disekitar mall itu, sekarang waktu menunjukkan pukul 8.30 artinya sebentar lagi kelasnya sudah hampir dimulai. Azura membenarkan letak tas punggungnya, dalam waktu sekian detik ia sudah berada disekitar lingkungan kampus.
Dengan kedua tangan dimasukkan kedalam saku celana, Azura berjalan dengan wajah datar yang selalu menghiasi wajahnya selama empat ratus tahun terakhir, sepertinya Azura sudah lupa bagaimana caranya mengubah ekspresi wajah saat ini. Setiap langkah Azura selalu mengundang perhatian dari seluruh warga kampusnya, selain karena wajahnya yang tampan, mata Azura selalu berhasil mencuri perhatian karena sangat mencolok dengan warna biru muda yang membuat kesannya semakin menarik.
Langkahnya terhenti di depan gedung FISIP, Azura mengedarkan pandangannya, mengamati setiap sudut bangunan yang akan ditempatinya selama kurang lebih 4 tahun kedepan. Azura membalikkan badannya saat ia merasakan kehadiran Lintang dan Lisa yang baru sampai parkiran, matanya langsung tertuju pada Lisa, mengamati setiap gerak gerik Lisa tiba-tiba menjadi suatu kebiasaan Azura setiap di dekat gadis itu.
"Rakaaa!!" Sapa Lintang yang masih tak jauh dari tempatnya memarkirkan motor. "Ayo Lis!" Lintang langsung menggandeng tangan Lisa ketika gadis itu sampai di sampingnya. Dengan langkah cepat Lintang dan Lisa menghampiri Azura yang masih betah mengamati Lisa.
"Kamu udah lama nunggu?" Tanya Lintang setelah sampai di depan Azura.
"Baru sampai." Bohong Azura. Lintang menganggukkan kepalanya lalu tersenyum cerah.
"Aku masih gak nyangka sekarang udah jadi mahasiswa!" Lintang membentangkan tangannya sembari melihat tulisan gedung fakultasnya dengan mata yang berbinar-binar.
"Kamu sesenang itu jadi mahasiswa?" Tanya Lisa.
"Tentu saja! Akhirnya gak perlu bangun pagi, pake seragam, bisa bebas make up sepuas hati, bisa pake baju yang kita suka, pokoknya enak lah! Makanya aku senang sekali." Jelas Lintang. Lisa hanya mengangguk medengarkan penjelasan Lintang.
Lisa melirik jam yang melingkar ditangannya, kedua alisnya tertekuk. "Ngomong-ngomong jadi mahasiswa, sekarang sudah hampir jam 9 loh." Ujar Lisa. Seketika mata Lintang membulat, dengan cekatan ia langsung menarik tangan Lisa dan juga Azura lalu berlari memasuki gedung fakultas.
***
Setelah berkeliling mencari kelas yang seharusnya mereka pakai sekarang, beberapa kali salah masuk kelas mata kuliah lain dan tersesat sampai pintu belakang fakultas, hampir saja mereka mencari ke fakultas sebelah jika tidak diingatkan Azura jika kelasnya ada di lantai tiga. Lalu setelah menemukan kelas yang tepat, mereka terlambat hampir setengah jam dan tidak boleh masuk ke dalam kelas dan berujung duduk dikursi yang terdapat di depan kelas dengan wajah Lintang yang hampir menangis.
Sebenarnya Azura bisa saja memberitahu jalan pintas menuju kelas mereka tanpa telat sedikit pun, namun ego Azura berkata lain, ia ingin lebih lama bersama Lisa dan memilih menodai reputasi yang sudah ia bangun selama empat ratus tahun terakhir. Sebelumnya Azura sama sekali tidak pernah terlambat dan selalu menjadi teladan disetiap jurusan ataupun pekerjaan yang ia ambil, namun untuk lebih lama bersama Lisa, Azura memilih mengesampingkan sifat teladannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean Eyes
Teen FictionAzura terjebak dalam relung waktunya yang sudah berhenti lama. Berulang kali Azura harus menyaksikan kematian orang yang ia cintai secara langsung. Takdir benar-benar kejam kepadanya. Memaksanya untuk hidup dan menjalani semuanya dengan patuh. Ketik...